[NOVEL] Bad Boy Hijrah-BAB 5

Penulis: Achi TM

Pura-Pura

 

Lagi kosong

Ngga ada quote

Adanya hati yang hampa-gelisah-gundah-gulana

Galau-kacau-balau. Yang berusaha untuk dikendalikan.

Supaya si hati ngga jalan kemana-mana.

Jangan menclok juga ke hati si Suci... bahaya!

~Hijrah (Masih ngga punya nama panjang)

 

"Ini gue, Hikmah!" alih-alih suara ibunya, ternyata itu adalah suara adik perempuan semata wayangnya. Ibunya pasti menyuruh dia untuk menelepon. "Kak... udah di mana, sih? Sebentar lagi mau tiup lilin, nih," suara Hikmah terdengar cemas di seberang sana.

Hijrah bisa menebak apa yang sedang dilakukan ibunya. Hari ini ibunya ulang tahun ke-38. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, ia pasti sibuk menghias kue ulang tahunnya sendiri, sibuk merias diri dan menyanggul rambut. Tak lupa mematut diri dengan gaun terbaik dan aksesoris mahal yang bisa dipamerkan pada teman-teman sosialitanya. Membayangkan hal itu sudah membuat Hijrah jengah, rasanya mau kabur saja tapi ia belum siap di cap anak durhaka.

"Otw," jawab Hijrah singkat. Ia segera mematikan ponselnya.

Dengan mengendarai N-Maxnya, Hijrah pergi ke sebuah bengkel sepeda motor yang ada di ujung komplek perumahannya. Bengkel Bang Burhan, sesuai nama pemiliknya. Lelaki pemilik bengkel ini adalah abang sepupunya. Lebih tepatnya adalah anak sulung dari kakak ayahnya. Ibunya sangat membenci ayahnya, sudah pasti seluruh keluarga ayahnya adalah mutlak dibenci oleh ibu. Ia tak akan sudi bertandang ke bengkel bang Burhan. Itulah sebabnya bengkel ini menjadi tempat aman untuk Hijrah menyembunyikan jati dirinya.

Ia memasuki area bengkel sambil mengucap salam. Nampak beberapa pekerja sedang memperbaiki motor-motor pelanggan yang rusak. Mereka menjawab salam Hijrah sambil lalu. Hijrah sudah biasa dengan sikap cuek para karyawan Bang Burhan. 

Di sudut bengkel ada minibar kecil yang menjual aneka jenis kopi dan minuman Boba. Hijrah memarkir N-Maxnya di depan minibar itu kemudian berjalan masuk ke dalam garasi besar yang berisi motor motor modifikasi. Di ujung garasi itu terdapat sebuah motor yang ditutupi oleh sarung. Tanpa ijin siapa pun, Hijrah menarik sarung motor itu. Kawasaki Ninja 250 berwarna hijau terlihat gagah menantang di hadapan Hijrah. Motor kesayangannya, setidaknya sampai enam bulan yang lalu.

Sepotong ingatan kecil jatuh ke dalam pikiran Hijrah. Ketika ibunya membelikan motor itu saat kelas 3 SMP. Orang yang pertama kali ia bonceng adalah Suci. Mereka berkeliling kota dengan motor tanpa helm dan surat surat lengkap. Setelah lelah menantang angin di jalanan, mereka duduk di tepi danau Cipondoh menikmati senja sambil makan es kelapa. Menganggap diri berada dalam keromantisan pinggir pantai. Terlalu larut dalam suasana syahdu, sehingga setelah hampir satu tahun berpacaran akhirnya mereka melakukan dosa manis pertamanya.

Hijrah bergidik. Mengalirlah istigfar dari mulutnya.

Berapa ribu istigfar yang harus aku lakukan Ya Allah sampai aku bisa melupakan semua itu? Hijrah menghela napas panjang. Hidungnya perih, air mata menggumpal di ujung mata tapi enggan keluar. Sungguh, Hijrah takut dosanya tak diampuni Allah. Semanis apa pun dosa itu, pada akhirnya akan jadi pil pahit yang membuat hidupnya jadi sepet.

Ia pikir ia sudah lupa pada semua kenangan tentang Suci. Namun hanya sekali berjumpa saja, bisa mendistraksi segala ilmu agama yang ia bangun pelan-pelan. Mengotori hati yang ia isi dengan dzikir setiap saat. Pertemuan biasa ia bisa kontrol. Pertemuan kedua? Pelukan tadi?

Pelukan neraka.

Kalau saja ia tahu betapa beratnya melupakan dosa, tak akan ia lakukan hal itu.

"Kenapa lo, bro?" suara Bang Burhan terdengar menyapa. Hijrah berbalik badan. Lelaki berotot kekar itu melempar botol mineral ke arah Hijrah dan dengan cekatan ditangkap sepupunya itu. "Kayak abis ketemu setan."

"Setan bernama mantan."

Brusssh! Bang Burhan yang sedang menyesap colanya langsung menyembur dan tersedak. Ia terbatuk lalu menyeka wajahnya yang berjenggot.

"Suci?"

Hijrah mengangguk.

"Dia berhasil nemuin elo?"

Hijrah mengangguk lagi.

"Salah gue juga, sih, bang kemaren sempat negor dia di Cafe Mengenang Mantan."

Jika bicara dengan Bang Burhan dan seluruh anggota keluarganya, Hijrah selalu bicara dengan gue-elo, terbawa kultur keluarga Betawi dari bapaknya.

"Cari penyakit, lo," Bang Burhan ketawa. "Kalau udah lupain mantan harusnya elo anggap dia amoeba. Ngapain pake disapa. Cks...."

Hijrah menertawakan dirinya sendiri. "Niatnya sih nyambung silahturahim, bang."

"Nyambung silahturahim tuh sama yang punya hubungan darah. Kalau sama mantan namanya nyambung tali jemuran!"

"Kok jemuran, bang?"

"Iya elo bakal ditangkap, diperes, terus dijemur pakai jepitan., digantung sampai elo kepanasan meraung-raung minta maaf terus balikan."

"Ngaco," Hijrah membuka air mineral botol di tangannya, ia jongkok dan mulai minum.

"Gue udah dua puluh enam tahun, Jrah. Pengalaman percintaan gue lebih panjang dari elo."

"Ngga percaya gue, bang. Kata Kak Andri, cowok kalau belum menikah, belum pas disebut pakar cinta. Tapi pakar gombal."

Bang Burhan menarik handuk dari lehernya kemudian ia lempar ke Hijrah. Sepupunya tertawa sambil menghindar sehingga handuk jatuh ke lantai. Hijrah lalu mengambil sebuah box besar yang ada di sebelah motor Kawasaki Ninja 250 miliknya lalu membuka tutupnya.

Di dalam sana ada jaket jeans dengan tulisan "Bad Boy", celana jeans belel yang sobek di bagian dengkul, lima kaos katun dengan lima corak, anting tindikan yang diletakkan di sudut box, ransel penuh coretan serta cat rambut berwarna biru. Hijrah bergegas membuka baju kokonya, tubuhnya kini hanya berbalut singlet. Ia melempar baju koko itu ke dalam box kemudian mencomot satu kaos putih bertuliskan BAD BOY pemberian adiknya.

"Katanya elo udah hijrah, kenapa, sih, masih berdandan gitu terus?"

Bang Burhan mengambil handuknya dari lantai lalu menyenderkan tubuhnya ke tembok, ia melipat tangan sambil sesekali menyesap cola dinginnya.

"Abang tahu kisah Hijrah Rasulullah dan Abu Bakar?" Tanya Hijrah datar sambil memakai jaket jeansnya yang agak berbau apek.

"Tahulah, gini-gini juga gue belajar agama."

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

"Beliau-beliau itu hijrah dari Mekkah ke Madinah apakah dengan sekali kedip sudah berpindah tempat?" Hijrah tak menunggu jawaban dari Bang Burhan. "Ngga, kan? Hijrah itu berproses, bang. Dalam perjalanannya kita akan ketemu banyak ujian, darah, air mata."

Bang Burhan terbahak-bahak, "Sok tua lo! Udah nih kunci motor lo!" Ia melemparkan kunci motor Kawasaki Ninja ke arah Hijrah lalu pergi kembali ke area kantor bengkel.

"Makasih, ya, bang udah ijinin nitip motor gue di sini, gratis!"

"Bayar!"         

Hijrah hanya nyengir, ia tahu bahwa abang sepupunya itu hanya bercanda. Bang Burhan mendekati Hijrah lalu mengacak rambut adik sepupunya yang lurus dan halus.

"Gue harap lo bisa ketemu bokap elo, ya. Biar elo ngga menderita begini."

Tak ada jawaban dari Hijrah. Mendengar kata 'bokap' saja sudah membuat hatinya nyeri. Bang Burhan tahu, ucapannya barusan bukan suatu bahan obrolan yang disukai Hijrah. Ia menepuk lengan Hijrah sekali sebelum melanjutkan pekerjannya memodifikasi motor-motor gede. Hijrah memegang anting hitam kecil yang dulu sering ia pakai saat nongkrong.

"Happy anniversary, ya!" suara Suci terngiang di kepala Hijrah.

Mantan cantiknya itu memperlihatkan sebuah anting hitam kecil ke hadapan Hijrah. Ia segera memegang telinga Hijrah dan melepaskan anting perak yang dipakai Hijrah.

"Aw... anniversary apaan, sih?" Hijrah agak terganggu. Ia menepis tangan Suci tapi gadis itu lebih cekatan, ia menarik kuping Hijrah agak keras. "Ya Lord! Sakit tahu!"

"Aku lebih suka kamu pakai anting hitam, lebih macho."

Suci berhasil mengganti anting di telinga kanan Hijrah.

"Ya Anniversary apaan?"

"Jadian."

"Hah? Jadiannya siapa?"

"Kamu dan aku," Suci tersenyum manis.

"Kapan?"

"Sekarang...."

Hijrah bengong beberapa saat, mencoba menerima dialog tadi dengan nalarnya yang mungkin sedang terbatas.

"Siapa yang nembak?" tanyanya.

"Kamu... ayo tembak, dong, sekarang." Suci bergelayut manja di lengan Hijrah.

Mereka sedang duduk di sofa, nongkrong bersama teman-teman geng SMP mereka di rumah Bagas. Cowok paling tajir nomor satu di sekolahan. Bagas mengadakan acara main X Box bareng. Ia dan Suci sudah berteman baik sejak kelas satu SMP, mereka satu geng, satu kelas dan satu meja tempat duduk.

"Dor..." ujar Hijrah pelan seraya menempelkan telunjuknya ke dahi Suci.

"Kok bukan di hati?"

"Biar kamu inget aku terus," senyum manis Hijrah mengembang.

Tiba-tiba Hijrah tersentak lalu merasa tubuhnya merinding. Ia istigfar berulang kali.

Seharusnya aku tembak di dengkulnya bukan di otak! Hijrah kesal sendiri, ia bergegas memakai anting hitam itu. Berulang kali ia berniat membuang dan membeli yang baru tapi niat itu tak pernah terealisasi. Selama ini dia baik-baik saja melihat benda itu, tak pernah se-impulsif ini. Tentu saja karena dua hari berturut-turut diteror Suci, membuat kenangan itu bangkit dari kubur.

Ponsel Hijrah kembali berdering. Hijrah menjawab panggilan.

"Hai bad boy! Hari ini mau Ibu lo mati atau berumur panjang?" suara Ibu terdengar menggelegar di telinga Hijrah, membuat lelaki itu gelagapan.

"Ya... ya umur panjanglah, Bu."

"Buruan ke sini! Hari ini umur gue tiga puluh delapan tahun! Kalau elo ngga ke sini, gue ngga akan tiup lilin dan ngga akan make a wish umur panjang, buat apa hidup panjang kalau ngga ada elooo my baby bad boy!"

Hijrah tersenyum kecut. Kadang ia pikir, salah satu alasan ia menyukai Suci adalah kesamaan antara gadis itu dengan ibunya dalam hal cerewet dan agresif.

"Oke, Bu, Otw."

Saatnya berpura-pura menjadi bad boy. Setelah menutup panggilan, Hijrah memakai cat rambut secara sembarang. Ia mengecat rambutnya berantakan sehingga berwarna kemerahan. Hijrah bercermin di kaca spion, ia menarik napas sangat berat.

Ibu adalah halangan terbesarnya untuk berhijrah.

***

Baca ribuan cerita seru dan tuliskan ceritamu sendiri di Storial!

www.storial.co
Facebook : Storial
Instagram : storialco
Twitter : StorialCo
Youtube : Storial co

Baca Juga: [NOVEL] Bad Boy Hijrah-BAB 4

Storial Co Photo Verified Writer Storial Co

#CeritainAja - Situs berbagi cerita | Baca ribuan cerita seru dan tuliskan ceritamu sendiri di Storial!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya