Lost in the Pandemic-BAB 3

Penulis: Laura Ariesta

Pandemi: #WFH yang Kebablasen...

 

Sumpah, Aurelia butuh teman curhat!


Tapi sama siapa? Lovina dan Ulfah... mereka berdualah teman wanita akrabnya tiga tahun belakangan ini. Karena kehidupan mereka bertiga itu 80% isinya urusan kantor. Entahlah apakah mereka workhaholic atau menjadikan pekerjaan sebagai pelarian masalah hidup? Pokoknya kalau mereka bertiga sudah berkumpul atau bergosip, yaaaa isinya 80% urusan perkantoran. Baik masalah pekerjaan, atau gibahin para karyawan.

Atau... ngomongin Pak Julian dan Pak Robert yang gantengnya selangit. Iyaaa... atasan Aurelia si Pak Julian itu ganteng. Mirip bintang drakor So Ji Sub. Malah kata para penggemar drakor di kantornya, Pak Julian lebih ganteng dari So Ji Sub. Versi lebih imutnya. Imut tapi tegas. Bayangin saja sendiri, deh.

Aurelia sih bukan penggemar drakor, tapi gara-gara kegantengan Pak Julian yang kerap jadi sumber bisik-bisik rekan cewek sekantor, dia mulai nonton film-film Korea. Film loh ya, bukan drakor. Aurelia takut nanti malah hobi nonton drakor, eh lupa kerja.

Dan Aurelia dibuat terpana sama ke-kiyut-an aktor-aktor Korea itu. Dia terpana melihat kegantengan Gong Yoo yang main di Train To Busan. Alamaaak sampai terngiler-ngiler dia nontonnya. Aurelia mengucek-ucek mata berkali-kali melihat Gong Yoo ganteng pisan di sana.

Banyak teman-teman cewek di kantornya yang sirik bin dengki waktu tahu Aurelia, Ulfah, dan Lovina bisa melapor langsung ke Pak Julian. Bahkan Pak Julian sering mengajak mereka makan siang atau makan malam bersama. Pak Julian cukup memanjakan tim-nya, meski untuk urusan pekerjaan dia serius dan tegas. Bikin jiper.

Awalnya Aurelia sih naksir Pak Julian juga, tepatnya sebelum dia jadian sama David. Yah, meski enggak mirip Gong Yoo, David enggak bisa dibilang jelek. David mungkin enggak ganteng, namun dia berkharisma. Semangat kerja keras dan kepintaran otaknya membuat banyak wanita berangan-angan jadi pendampingnya.

Lah Aurelia saja enggak menyangka David malah menyukainya. Awalnya Aurelia kenal David di sebuah masjid besar dekat kawasan perkantoran mereka. Masjid tersebut suka mengadakan ceramah ustaz-ustaz beken dan acara mabit. Aurelia beberapa kali hadir di acara ceramah sepulang kerja di sana, dengan beberapa teman kantornya. Salah satu temannya, Joko, mengenal David. Di sanalah mereka berkenalan.

Sejak itu setiap mereka hendak mendengarkan ceramah di sana, geng kantor Aurelia suka janjian bertemu sama geng kantor David. Sepulang nonton ceramah, mereka makan bareng. Di sanalah cinta bersemi.

Untuuung Pak Julian enggak mirip Gong Yoo. Coba mirip, mungkin Aurelia sulit berpaling ke David. *gaya lu Rel, kek Pak Julian mau ama elu aje*.

Aurelia melirik layar HP-nya. Telepon.. enggak... telepon... enggak... telepon, enggak, yah? Duh!

Ingin dia berkeluh-kesah kepada David, tapi takut.

Takut apa?

Iya, takut apa ya?

Aurelia berpikir keras. Apa yang dia takuti jika bilang ke David jika dia dipecat?

Oh ya... Aurelia ingat, David itu kan pekerja keras ya, dia suka cewek yang punya sikap dan punya aktivitas. Karenanya David bukan tipe cowok yang suka antar-jemput pacarnya. Dia suka cewek mandiri yang enggak lupa kodratnya. Maksudnya meskipun mandiri, tetap ada butuh lelakinya. Dih, ribet enggak sih?

Aurelia takut jika David tahu dia dipecat, akan membuat value dirinya di mata David berkurang. Karena dia pengangguran.

Pliss deh, Rel. Lebay banget cara berpikir lu. Emangnya pemecatan ini kemauan lu? Kalau David enggak bisa terima, berarti dia bukan pria terbaik untuk lu!

Dih, napa sih ini suara-suara enggak jelas, suka benar analisisnya. Ketakutannya memang tak beralasan.

Keluarganya sendiri belum tahu dia di-pehaka. Beruntunglah lagi era #wfh, jadi dengan sering-sering nongkrong depan laptop, keluarganya pasti berpikir dia sedang bekerja. Padahal mah, nonton YouTube. Sambil mencari ide, dia harus ngapain pasca dipecat.

Etapiii... tunggu-tunggu...

Aurelia mengerutkan jidatnya.

Perasaan nih ya... sejak dia di-pehaka... David juga belum mengontaknya deh. Aurelia melihat layar HP-nya. Memastikan tanggal berapa mereka terakhir chat. OMG... tepat... sejak dia di-pehaka lima hari lalu, mereka belum chat atau teleponan.

Ada apa gerangan? Kenapa David tak tergerak menanyakan kabarnya?

Aurelia menggigiti bibir atasnya.

Tiba-tiba Reza datang menghampirinya dan langsung menjatuhkan diri di dekatnya. Berbaring dengan menjadikan telapak kakinya sebagai bantal.

Adipati yang suka cemburu buta, enggak mau kalah. Ikut datang dan berusaha menggeser Reza dari telapak kaki Aurelia. Reza tak suka ketenangan rebahannya terganggu. Dia menangkis tangan Adipati yang menabok kepalanya. Lalu Reza bangkit dan berdiri, berhadapan dengan Adipati. Mereka saling tabok.

Hanya Jefri yang cuek. Melihat keduanya sejenak, lalu menurunkan kepalanya lagi. Dia mah kaum rebahan paling anteng. Bukan gaya Jefri menunjukkan rasa cemburu atau baper lihat makanan. Dia mah acuh, cool. Dikasih syukur, enggak dikasih... ya enggak mungkin juga. Mana mungkin Emak Aurelia tega membiarkannya kelaparan?

Sesimpel itu cara berpikir Jefri.

Andai Aurelia bisa sesimpel itu pula berpikir.

"Ngeeeeng...."

"Ngsssskkkk!"

Reza dan Adipati masih berebut perhatiannya.

"Duh, Zaaa... Diiii... Mbok anteng dulu kayak Jefri noh. Rebahan di sana gih!" Aurelia mendorong keduanya menjauh dari dirinya.

Pikirannya masih sibuk ke David. Kenapa doi?

Aisssh... jangan-jangan David sudah tau dia dipecat? Pastiii! Pasti dia tahu dari Joko! Ya, pasti! Lalu David kecewa karena calon istrinya pengangguran dan memilih menjauhinya.

Harap maklum, Aurelia jadi super baper sejak dipecat. Perasaannya semakin sensitif. Dia pusing memikirkan masa depannya.

Dua malam setelah dipecat, dia sibuk berpikir negatif akan masa depannya. Suram, butek, jadi gelandangan di pinggir jalan.

Lebay emang nih anak!

Sadar, woy!

Untunglah di hari keempat grup berempat antara dirinya, Lovina, Ulfah dan Ali mulai aktif. Awalnya mereka saling mengungkapkan kesedihan dan kekecewaan masing-masing, tapi kemudian mereka saling menyemangati.

"Kita tak boleh menyerah! Hidup boleh susah, hati harus tetap riang!" cetus Ali dengan emoticon lengan berotot.

"Hmm... yaaah... semoga...." sahut Lovina.

"Au ah, gue masih butek!" ini sih Aurelia.

"Ulfah..." panggil Ali.

Jeda... diam...

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Enggak ada yang typing.

"Fah... are you okay?" kali ini Lovina yang memanggil.

Aurelia bodo amat. Dia enggak punya waktu memikirkan perasaan Ulfah, dia pusing sama perasaannya sendiri.

"Fah!" Ali typing lagi.

"Gue telepon aja kali yak," jawab Lovina.

"Gih," jawab Aurelia.

Beberapa menit berlalu.

"Ga diangkat!" Lovina menjawab.

"Lah, napa tuh anak... apa masih sedih?" Ali khawatir.

"Fah, jangan lebay deh, kita semua sedih juga... muncul dong, biar pada semangat," Aurelia enggak tahan juga.

Tak lama kemudian terlihat Ulfah is typing.

Ketiga pasang mata menatap layar HP masing-masing, tak sabar menanti teman mereka selesai typing.

"Sorry... sorry... gue lagi packing dagangan buat pembeli... yah ada apa, ada apa...."

Semua terpana menatap jawaban Ulfah.

Packing dagangan... buat pembeli? Maksudnya?

"Gue sekarang jualan masker lucu-lucu di Shopee dan Tokped... Alhamdulillah laku."

Ketiga temannya bengong. Ternyata Ulfah berpikir selangkah lebih maju dari mereka. Akhirnya ini yang membedakannya dengan pemikiran Lovina yang selalu dianggap kembarannya.

How come? Bagaimana Ulfah bisa secepat itu berubah haluan? Help... ketiga temannya mematung membaca chat darinya.

Ulfah minta maaf karena lambat membalas chat. Dua hari setelah pemecatan dia juga bingung, takut, stres. Untungnya dia punya seorang adik yang hobi jualan. Indah, adiknya Ulfah sejak SMP memang keranjingan jualan. Bahkan ketika lulus kuliah, Indah tak bertahan lama bekerja kantoran. Cuma tiga bulan, selanjutnya dia memutuskan resign dan jualan. Apa saja dijualnya. Sesekali Ulfah membantunya packing atau mengecek pemesanan di marketplace.

Saat kakaknya kebingungan, Indah berhasil membuka pikirannya. Indah bilang era pandemi ini, orang pada pakai masker, kenapa enggak jual masker-masker kain yang lucu-lucu. Masker batik, masker berbagai motif, sampai motif lukisan. Sebuah masker bisa dihargai 10 ribu rupiah, atau 20 ribu rupiah, atau 50 ribu rupiah mendapatkan 3 buah, tergantung motif. Modalnya enggak besar, pesangon yang didapatnya lebih dari cukup.

"Hebat lu, Fah..." Ali merasa salut.

"Ayooo kalian juga bisa.... cari idenya, entar pemasarannya kita pikirin bareng-bareng. Adek gue jagonya nih!" Ulfah menyemangati.

Namun, Aurelia belum bisa berpikir mau berbuat apa atau berjualan apa. Lagian dia tidak berjiwa enterpreneur. Apa bisa?

Katanya sih kalau atas nama the power of kepepet, apa saja bisa.

Hmm... pikirannya masih dipenuhi dengan David... David... dan David. Ke mana pula pacarnya itu. Tega pula tidak mengabarinya.

Tidak tahan, Aurelia mencari nama Joko di phonebook HP-nya. Dia harus meneleponnya.

"Hai Rel, apa kabar?" sahut Joko.

"Jok...." Aurelia bingung.

"Rel, gue turut prihatin ya, lo dan temen-temen kena perampingan, jangan nyerah ya...."

"Lo kena enggak Jok?" Aurelia penasaran. Soalnya Joko bekerja lebih dulu di kantor itu.

"Belum sih... tapi enggak tahu, kata Pak Alfian lihat perkembangan sebulan ke depan, kalau perusahaan masih begini-begini saja, kemungkinan ada gelombang kedua yang di-pehaka. Mungkin gue kena saat itu."

"Oh, semoga sih enggak ya, Eh Jok... gue mau nanya dong."

"Gue turut prihatin juga ya, Rel... soal David." Joko memotong.

Aurelia tersentak.

"Prihatin... ke... napa?"

Joko terdiam.

"Joko!"

"Eh, jangan bilang lo enggak tau deh..." Joko langsung curiga dan kaget.

"Ih, serius gue nanya...."

"David kan juga kena pecat. Dia kecewa banget karena dia sempat dipromosikan naik jabatan menjadi manajer di sana, kan. Kalau dia jadi manajer, langkahnya menuju posisi GM dan CEO semakin berpeluang."

Aurelia syok. Sumpah... dia enggak tahu.

Pantesss... pantas David enggak menghubunginya. Tapi kenapa? Bukankah mereka bisa menghadapi kesedihan ini bersama-sama.

David pasti sedang mengurung diri di kamarnya saat ini. Aurelia tahu pasti. Karier bagi David adalah yang utama. Apalagi bagi seorang lelaki, karier dan uang adalah harga dirinya.

Kini Aurelia bingung. Haruskah dia menghubungi David, atau memberinya waktu untuk berkabung.

Tapi... berapa lama?

***

Baca ribuan cerita seru dan tuliskan ceritamu sendiri di Storial!

www.storial.co
Facebook: Storial
Instagram: storialco
Twitter: StorialCo
YouTube: Storial co

Baca Juga: Lost in the Pandemic-BAB 4

Storial Co Photo Verified Writer Storial Co

#CeritainAja - Situs berbagi cerita | Baca ribuan cerita seru dan tuliskan ceritamu sendiri di Storial!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya