[NOVEL] Aksioma - BAB 1

Penulis: Citra Novy

SHAFAY


"Akun ig ini nge-follow anak satu sekolahan, deh, kayaknya," ujar Laras seraya memperlihatkan layar ponselnya padaku dan Fadia. Kami sudah berada di kelas ketika siswa mungkin masih dalam perjalanan ke sekolah.

Sebuah akun instagram bernama @halalketawa membuat geger siswa satu sekolah sejak liburan akhir semester kemarin. Akun itu mencari perhatian dengan mem-follow akun semua siswa dan mem-posting foto-foto dan video aib cowok-cowok di sekolah. Benar-benar akun kurang kerjaan.

"Gue yakin, sih, orang di balik akun ini cowok." Fadia merebut ponsel Laras. "Ini orang ngiri sama cowok-cowok most wanted di sekolah."
Aku mengangguk.

"Atau mungkin akun itu sengaja dibikin supaya semua cewek ilfeel sama cowok-cowok itu. Kasian juga, sih, yang udah ke-posting di situ."

Aku meringis membayangkan foto Kak Bara yang sedang mangap hampir ngiler ketiduran di ruang OSIS, juga Kak Aryan yang lagi ngupil diam-diam di koridor kelas XII, belum lagi Riswan yang tiba-tiba saja kesan gantengnya luntur saat videonya yang sedang bersihin gigi pakai kuku di kantin tersebar, dan yang paling parah ....

"Yang sialnya paling melekat di kepala gue adalah ketika lihat video Kak Sakti yang tampan dan gagah berani lagi galer di-" ucapan Laras terhenti karena Fadia mendorong keningnya.

"Ras!" bentak Fadia. "Berisik! Galer, galer! Lo mau bantu garukin?"

Aku tertawa, sedangkan Laras segera menangkup kedua matanya. "Mata gue mendadak perih kalau inget itu. Astaga."

"Dan setelah liat video itu lo masih berada di jajaran fans nggak tahu dirinya Kak Sakti?" tanyaku pada Laras dengan wajah meringis.

"Kalau dia minta tolong ke gue buat bantu garukin, sih, ya...." Laras malah cengar-cengir.

"Ini bego lo udah meresap banget kayaknya, ya?" Fadia kelihatan gemas dan tawaku meledak.

Laras tertawa. "Tapi, Fay. Kak Yugo belum masuk sini. Semoga nggak."

Aku hanya mengangkat bahu. "Semoga aja."

"Mau masuk, mau nggak. Tetep ganteng ya dia buat lo?" tanya Fadia.

"Kakak OSIS tertampan. Ulu ulu." Laras mencolek daguku.

"Udah, ah. Kantin, yuk!" Aku berdiri dari bangku, dua tanganku menarik tangan Laras dan Fadia. Makin lama membicarakan posting-an akun itu, bisa-bisa niat sarapan pagiku hilang.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

"Belum sarapan emang?" tanya Laras sambil mengikutiku yang kini melangkah mundur, karena aku berjalan menghadap pada dua temanku itu.

"Apa yang bisa gue harapkan di rumah? Ayah bikin roti panggang yang gosong atau Bang Ardi masak mie instan yang kuahnya kayak air di Kali Angke?" tanyaku sarkastik. Setelah melihat Laras dan Fadia tertawa, dengan cepat aku membalikkan tubuh karena merasa sudah sampai di batas pintu keluar. Namun, langkahku terhenti secara otomatis dan dua telapak tangan menangkup dada. Kaget. Aku melihat Akas hendak masuk ke kelas dan langkahnya terhenti di luar pintu karena-mungkin-nggak mau bertabrakan denganku.
Aku memutuskan untuk mengambil satu langkah ke kanan, bermaksud memberinya ruang agar dia bisa masuk. Namun, Akas melakukan hal yang sama, sehingga kami kembali berhadapan. Selanjutnya, dengan cepat aku mengambil satu langkah ke kiri, dan sialnya Akas juga melakukannya. Begitu terus, sampai Fadia menangkap pundakku.

"Kamunya diem dong, Dungu," bisik Fadia padaku. "Kasih dia jalan buat masuk," lanjutnya kemudian.

"Silakan, Kas." Laras dengan ramah mengarahkan tangannya ke dalam kelas, mempersilakan Akas masuk.

Akas melewati kami, tanpa suara. Selalu. Tanpa suara. Berasa buang-buang tenaga banget mungkin kalau bicara sama orang nggak penting kayak kami. Iya, sih, dia ketua OSIS, ganteng lagi, wajar saja mau berlagak sok cool seperti itu.

Dan ketika Akas sudah menjauh, aku mendengar kedua temanku membuang napas lega.

"Lo yang hadap-hadapan sama Akas kok ya gue yang deg-degan." Fadia memegang dadanya.

"Kalau liat mata Akas tuh detak jantung gue mendadak nggak waras," gumam Laras seraya mengikuti langkahku yang sudah keluar kelas duluan. "Takut tiba-tiba dia teriak di depan idung gue gitu. Serem."

"Bukannya lo bilang seserem-seremnya Akas tetep bisa bikin semua cewek-Eh, sori, semua cewek setipe lo-meleleh?" cibirku.

"Iya, sih." Laras kembali menoleh ke ambang pintu kelas, tapi Akas sudah nggak kelihatan. "Apa lo nggak lihat dia tadi? Dia cuma berdiri di depan pintu kelas, satu tangan megang tali tas punggungnya dan satu tangan dimasukin ke saku celana. Dia diem doang, tapi gue berasa liat dia lagi photoshoot." Mata Laras berbinar.

"Lo doang, Ras," sahutku.

Laras memotong langkahku saat kami sudah sampai di koridor kelas X. "Boong!" tuduh Laras. "Masa lo nggak terkesima?"

"Terkesima? Jijik banget, sih." Aku menatap Laras dan Fadia bergantian.
Laras berteriak. "Jahattt! Masa Akas dijijikin!"

***

Baca ribuan cerita seru dan tuliskan ceritamu sendiri di Storial!

www.storial.co
Facebook: Storial
Instagram: storialco
Twitter: StorialCo
YouTube: Storial co

Baca Juga: [NOVEL] Aksioma - BAB 2

Storial Co Photo Verified Writer Storial Co

#CeritainAja - Situs berbagi cerita | Baca ribuan cerita seru dan tuliskan ceritamu sendiri di Storial!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya