[NOVEL] Aksioma - BAB 3

Penulis: Citra Novy

SHAFAY

Aku berjalan di sisi jalanan kompleks. Rasanya sudah sejak tadi aku melihat pagar rumahku, tapi entah kenapa rasanya nggak sampai-sampai. Mungkin karena hari ini aku benar-benar kelelahan. Sepulang sekolah, aku harus latihan gerakan mayoret untuk lagu baru. Latihan di lapangan basket seharian memang benar-benar menguras tenaga, tapi demi mengikuti kompetisi marching band pertama kalinya sebagai mayoret, aku harus semangat.

Langkahku sekarang sudah sampai di depan pintu pagar. Namun, tanganku yang akan membuka pintu pagar terhenti karena melihat kotak kecil berwarna merah yang tersimpan di depan pagar. Aku tersenyum, dia mengirimiku hadiah lagi. Dia, yang nggak kutahu siapa sebenarnya.

Aku meraih kotak itu, melihat isi kotak yang selalu sama dan dikirim di tanggal yang sama, apel merah yang diikat pita merah muda.

Apel ke 26 di tanggal yang sama.

Apel itu dikirim setiap tanggal 26 setiap bulannya. Dan itu artinya, orang yang mengirim apel ini sudah melakukan hal aneh ini selama 26 bulan, lebih dari dua tahun. Dan ... bodohnya sampai saat ini aku belum tahu siapa yang melakukannya.

Bukan karena aku nggak berusaha mencari tahu, melainkan sudah menyerah karena nggak pernah berhasil. Lagi pula, sepertinya orang ini juga nggak mau aku mengetahui siapa dia sebenarnya.

Aku masuk ke rumah sambil mengeluarkan apel itu dari kotaknya. Pintu rumah kubuka, selanjutnya aku mendengar teriakan Bang Sultan dari ruang tengah. Lalu .... "Sayang, udah pulang?" Papa muncul dari balik dapur mengenakan celemek merah.

Tunggu. Aku akan memejamkan mataku sejenak untuk menenangkan diri.

Selanjutnya, aku mempersiapkan diri untuk melihat keadaan rumah yang sekarang pasti sangat menyedihkan. Bang Sultan sedang berbaring sambil memegang stick PS dikelilingi kulit kacang. Saat langkahku sampai di dapur, aku melihat cucian piring menumpuk dengan meja dapur yang sangat berantakan: kulit telur, kulit bawang, saus cabai, kecap yang berceceran, dan banyak lagi.

Aku menjatuhkan apel di tanganku hingga menggelinding di lantai dan ditangkap oleh Bang Sultan.

"Makasih, Fay!" ujarnya, kemudian ia menggigit apel itu tanpa tahu perasaanku sekarang.

"CUKUP!" Teriakanku membuat Bang Sultan bangkit berdiri dan Papa menjatuhkan spatula yang dipegangnya. Aku menatap kedua pengacau itu bergantian. "Siapa yang ngizinin Bang Sultan ngeberantakin ruang tengah?"

Bang Sultan hanya mengerjap tiga kali sambil melongo.

"Siapa juga yang nyuruh Papa masuk ke dapur?" Aku melotot pada Papa.

Papa memungut spatula yang jatuh tadi, lalu mematikan kompor. "Fay ...."

Aku memijat pelipis, tiba-tiba pusing. Biasanya, Bang Sultan dan Papa akan pulang larut malam. Bang Sultan selalu sibuk dengan tugas kuliah dan organisasinya di kampus,

Papa juga selalu sibuk dengan pekerjaannya di kantor. Jadi, biasanya aku akan pulang ke rumah dengan keadaan rumah yang masih sama seperti saat aku berangkat ke sekolah.

"Papa mau bikin kejutan buat kamu, bikin telur orak-arik," ujar Papa dengan suara pelan, mungkin takut aku mengamuk lagi.

Apanya? Apanya telur orak-arik? Dapur orak-arik? "Nggak usah, Pa. Nggak usah. Fay bisa masak sendiri." Aku memutar tubuh Papa untuk menghadap ke belakang lalu membuka simpul tali celemek dan melepasnya dari tubuh Papa. "Sekarang Papa duduk di meja makan. Mau bikin apa tadi? Telur orak-arik?" tanyaku.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Papa berjalan perlahan menuju meja makan dan duduk di sana. "Mau bikin telur ceplok, sih. Tapi pecah terus yang kuningnya. Ya udah, jadi Papa orak-arik aja di wajannya."

Aku menghela napas panjang. "Fay bikinin telur ceplok buat Papa, tapi Papa janji nggak akan masuk dapur lagi." Aku menudingkan spatula ke arah Papa dan Papa mengangguk.

"Bang Sultan tolong beresin ruang tengah sekarang!" perintahku.

"Gue mau mandi dulu bentar, nanti-"

"Sekarang! Sekarang juga!" Aku melotot.

Bang Sultan cemberut. "Iya, iya."

Di sekolah, aku bisa saja disebut princess oleh Pandu, bisa menjadi perhatian satu kelas saat presentasi di depan kelas, bisa berdiri di depan semua anggota marching band dan menggerakan baton memerintah mereka untuk merapikan barisan. Namun, di rumah Shafay tak ubahnya seorang upik abu yang punya dua anak segede bagong.

Harusnya aku memang nggak boleh mengeluh, karena aku yang meminta Papa untuk nggak mendatangkan asisten rumah tangga yang dua puluh empat jam berada di rumah.

Mereka hanya datang seminggu tiga kali untuk membereskan semua pekerjaan rumah.

Setelah semuanya selesai, mereka pulang.

Dan harusnya ... aku memang sudah terbiasa dengan keadaan ini. Karena sejak aku dilahirkan, aku menjadi satu-satunya perempuan di rumah ini karena Mama meninggal dunia saat melahirkanku. Namun, rasanya aku ingin selalu memarahi kedua pengacau itu kalau sudah mulai mengacak-acak rumah.

Jadi, istirahat di rumah sepulang ekskul hanya wacana untuk hari ini.

Ponsel di saku seragam beergetar terus-menerus, menandakan banyaknya notifikasi yang masuk. Dan aku segera melihatnya sambil menggoreng telur. Aku membaca cepat pesan-pesan itu dan mengabaikan chat nggak penting yang saling bersahutan di grup chat kelas. Aku hanya membaca satu pesan yang menurutku penting.

Pandu Prayata: Besok jadi ulangan Kimia. Tuh, ya.

Aku ingin menangis membacanya. Kupikir bisa istirahat malam ini, tapi ulangan Kimia besok nggak mengizinkan aku untuk memiliki waktu istirahat yang cukup.

"Bu, saya pesennya telur dadar, ya. Pakai irisan bawang sama cabe." Bang Sultan sekarang ikut duduk di meja makan, di samping Papa.
Boleh nggak aku melempar spatula dan wajan ke wajah Bang Sultan sekarang?

***

Baca ribuan cerita seru dan tuliskan ceritamu sendiri di Storial!

www.storial.co
Facebook: Storial
Instagram: storialco
Twitter: StorialCo
YouTube: Storial co

Baca Juga: [NOVEL] Aksioma - BAB 4

Storial Co Photo Verified Writer Storial Co

#CeritainAja - Situs berbagi cerita | Baca ribuan cerita seru dan tuliskan ceritamu sendiri di Storial!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya