[NOVEL] Baby Without Daddy: Bab 1

Penulis: Pradnya Paramitha

[2006]

Malam itu udara terasa lebih dingin dari biasanya. Angin malam yang masuk dari jendela kamar indekosnya membuat tirai bergoyang-goyang. Pun dengan jemuran seprai di balkon kamarnya yang berada di lantai dua, berkibar-kibar menimbulkan suara-suara sabetan yang berisik. Angin-angin itu pula yang meniupkan suara teriakan dari rumah di seberang jalan. Terkadang berupa potongan-potongan makian kasar pria, terkadang hanya dengungan-dengungan percakapan.

Pria itu sekuat tenaga berusaha menulikan telinganya. Lagu-lagu The Beatles mengalun perlahan dari radio di kamarnya, berusaha keras menyamarkan suara-suara mengerikan dari rumah di seberang jalan. Pertengkaran sudah seperti tontonan harian dari rumah dua lantai itu. Bukan, bukan hantu. Hanya sebuah rumah tangga yang penuh dengan kekerasan dan tragedi kematian.

“Dasar jalang!”

Pria itu menutup mata. Ada rasa pedih di dadanya setiap kali mendengar makian. Ingin rasanya dia berlari untuk menyelamatkan siapa pun yang sedang dipukuli di seberang sana. Namun, ketakutan terlalu menjerat dirinya. Dulu, dia sudah kenyang dengan pertikaian dan kekerasan. Dirinya lebih memilih mati daripada harus terlibat lagi.

“Kenapa sih kamu bikin semuanya makin sulit?? Jangan harap! Sampai kapan pun pernikahan itu nggak akan terjadi! Ngerti?!”

Rasa takut itu masih mencekak dadanya. Namun, pria itu kalah dengan rasa penasaran. Perlahan, dengan sedikit mengendap, dia berjalan keluar dari pintu menuju balkon. Angin dini hari langsung menampar kulitnya. Rumah di seberang jalan terlihat terang benderang, di balkon yang letaknya sejajar dengan tempatnya berdiri, ada sepasang laki-laki dan perempuan yang sedang berdiri berhadap-hadapan.

Pria itu menggeser tubuhnya sedikit ke sisi terdalam balkon kamar kosnya, berusaha menyembunyikan diri di balik tiang jemuran.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

“Si anak bungsu,” gumam pria itu lirih, seolah takut angin akan membawa suaranya hingga ke seberang.

Dua orang yang tengah diamatinya itu sedang beradu pendapat. Si pria terlihat sangat agresif, menunjuk-nunjuk dan membentak. Sementara si perempuan lebih defensif. Percakapan mereka terdengar sepotong-sepotong dari tempatnya berdiri. Percakapan itu kian memanas, dan puncaknya, si pria mengangkat tangan dan mendaratkan tamparan di pipi si perempuan. Tubuh kurus perempuan itu jatuh terduduk di sudut balkon. Pria di balik tiang jemuran membekap mulut. Kakinya maju dua langkah, dan nyeri terasa di pipinya padahal jelas-jelas tamparan itu tak sampai padanya.

Seolah belum cukup melampiaskan amarah, pria tinggi besar di seberang menarik berdiri perempuan itu dan menjambak rambutnya. Perempuan itu terlihat kesakitan, tetapi mulutnya bungkam. Dalam penerangan yang seadanya, pria itu bisa melihat wajah perempuan itu pucat pasi, seperti menyimpan penderitaan, perlawanan, kepasrahan, dan amarah yang menjadi satu.

Untuk beberapa saat mata keduanya bertemu. Perempuan itu menatapnya dengan wajah yang nyaris beku. Sebuah permintaan tolong yang tak dikatakan. Pria itu menelan ludah. Jantungnya berdetak luar biasa kencang. Sungguh dia ingin berlari ke rumah di seberang jalan. Sungguh dia ingin menyelamatkan perempuan itu dari tamparan demi tamparan yang dilayangkan si pria. Namun, yang dia lakukan justru berbalik masuk ke kamar kos dan menutup pintu.

Baru kali ini, dia begitu membenci dirinya sendiri.

***

Baca ribuan cerita seru dan tuliskan ceritamu sendiri di Storial!

storial.co
Facebook: Storial
Instagram: storialco
Twitter: StorialCo
YouTube: Storial co

Baca Juga: [NOVEL] Baby Without Daddy: Bab 2

Storial Co Photo Verified Writer Storial Co

#CeritainAja - Situs berbagi cerita | Baca ribuan cerita seru dan tuliskan ceritamu sendiri di Storial!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya