[NOVEL] Lemon Lime: Bab 1

Penulis: Imelda A. Sanjaya

Surat Cinta

 

“Lucuuuuuuuuuuuuu! Mau dong!”
Aditi merengut mendengar teriakan heboh tidak bermutu itu di saat ia sedang serius membaca. 

“Sssssst! Adek-adek bisa diem, nggak? Aku mau belajar, nih. Ntar ada kuis.”
Kiky mencibir kepada Aditi. “Adek-adek? Sok tua, ih! Mbak Aditi nggak lihat sih cowok keren ini.”

“Mana? Mana?“ Aditi belagak melongok ke jendela kaca besar yang memajang pemandangan halaman kampus dan trotoar padahal ia tahu yang dimaksud cowok keren oleh rekan-rekan kerjanya pasti cowok bohongan yang cetakan wajahnya nangkring di majalah atau tabloid.

“Ini, nih!” Wita menyodorkan majalah dunia hiburan ke depan hidung Aditi. Tampak jelas seorang cowok memandang tajam ke arahnya, rambutnya setengah basah, dan senyum  yang sok cool— yang bagi Aditi minta ampun menyebalkan. Sudah begitu gambarnya diambil close-up lagi. Buat apa coba? Cowok yang bergaya habis-habisan itu tampil sempurna cuma untuk mengiklankan sampo antiketombe. Kasihan.

“Apanya yang lucu?”

“Maksudnya ngegemesin, bikin seneng. Karena itu cowok-cowok cute kayak gini kami bilang lucu!” Kiky membela rombongannya yang ikut mengangguk-angguk setuju.

“Mata sipit, kulit kuning kayak orang sakit, rambut lepek kayak dua minggu nggak dicuci. Buat aku ini sih menyedihkan, bukannya lucu.”

“Dasar rasis!” Kiky merebut majalah Wita dari tangan Aditi lagi dan menjauh. Untuk sementara Aditi bisa lega dan angka-angka aneh yang mengisi tabel checklist internal audit mulai bisa terbaca lagi sampai ....

“Yang ini juga lucuuuuuuuuu!”
Grrrrrrrrrrrrrrrrhhhhhhhhhh!

Rasis? Aditi tidak protes sewaktu Kiky menyebutnya begitu tadi tapi di dalam hati Aditi membantah habis-habisan. Ya, nggaklah! Kalau rasis, Aditi tidak mungkin kerja sambilan di distro punya Aleen yang notabene keturunan Tionghoa. Aditi tidak punya masalah dengan semua orang yang berasal dari ras Asia Timur. Kecuali cowok-cowoknya.

Bukan salah cowok-cowok itu juga, sih tapi salah David. Lho, kok? Apa hubungannya? David adalah kakak kelas Aditi di SMA dulu. David kelas tiga sewaktu Aditi duduk di kelas satu. David itu termasuk cowok yang rajin berorganisasi, banyak teman, ketua ini, ketua itu pokoknya tipe murid sibuklah. Tidak ada urusan apa-apa antara Aditi sama David. Mereka cuma kenal-kenal anjing begitu, sekadar tahu nama, kadang-kadang saling sapa. Sudah. Tapi masalahnya adalah teman David, Faiz.

Faiz, cowok kalem yang tidak banyak bergaul tapi pintar adalah gebetan bersama antara  Aditi dan Dinda. Terang-terangan Aditi dan Dinda bersaing secara fair untuk merebut perhatian cowok yang kayaknya nggak tertarik apa pun selain buku pelajaran itu. Aditi tahu ia dan Dinda cuma sekadar naksir Faiz, tidak sampai jatuh cinta tapi namanya juga anak SMA. Segala yang biasa bisa dibikin heboh dan segala yang heboh bisa dibuat jadi spektakuler. Naksir Faiz cuma buat lucu-lucuan aja.

“Dit, ayo kita taruhan! Siapa yang berani menyatakan suka duluan ke Kak Faiz dia yang menang dan boleh makan bakso sekenyang-kenyangnya di Bakso Kumis.” Tantang Dinda.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

“Siapa  takut? Kapan deadline-nya?”

“Lho ini kan adu cepat? Nggak ada deadline, dong! Eh, ada ... sebelum kelulusan. Keburu Kak Faiz lulus dan kabur, nih.”

“Setujuuuu!!”

Sementara Dinda sibuk merancang bagaimana bisa berkata-kata kepada Faiz, Aditi menulis surat. Masih konsep sih, banyak coretannya dan kata-katanya nggak bermutu. Namanya juga usaha. Yang menjadi masalah, surat itu ditulis di dalam buku tulis, di dalam lembaran tengah kertas buku Biologi dan sewaktu Aditi sudah lupa di mana dia menulis surat itu, ada ulangan Biologi mendadak yang perlu lembaran kertas di tengah buku. Selanjutnya Aditi menyobek kertas yang salah di buku yang salah dan surat itu lalu jatuh ke tangan orang yang salah.

Pak Sulaiman ternyata tidak sudi repot-repot mengoreksi ulangan Biologi itu dan menyuruh anak kelas tiga yang mengoreksi ulangan tersebut. Aditi belum ngeh sewaktu kertas ulangan yang akhirnya bernilai enam setengah itu kembali kepadanya dalam keadaan tidak utuh. Cuma separuh. Emang gue pikirin. Batin Aditi. Yang penting lembaran jawabannya komplet. Kertas itu terlupakan sampai Senin depannya saat mading mulai dipasang.

Pagi-pagi betul, sebelum upacara bendera, mading sudah dirubungi murid-murid yang sibuk cekikikan. Aditi ikut mengintip di sela-sela ketiak belasan manusia dan terkejut karena surat cinta nggak berkelas itu sudah menempel di bagian tengah mading, dikurung dinding kaca yang terkunci. Pakai dihias dengan pita-pita dan glitter segala. Surat itu tampil dalam bentuk aslinya, tidak diedit, dirapikan, atau disamarkan nama penulisnya

 

Dear, Kak Faiz
Di IPA-1
Pa kabar, Kak?
Baek aja kan? Aku harap Kak Faiz selalu sehat-sehat aja dan terus rajin belajar, ya biar bisa mencapai cita-cita kakak sebagai Ahli Kimia.
Aku sudah sukaaaaa sama kakak sejak  pertama kita ketemu di acara orientasi sekolah. Kakak cool, baek tapi asyik. Mau deh punya pacar kayak kakak. Tapi pasti Kak Faiz sudah punya pacar, ya?
Kalo belum, hubungi aku kapan aja.
Love,
Aditi (1-5)

 

Mana Aditi mencantumkan kelasnya segala lagi, dan siapa pun yang punya kerjaan jahat itu sudah berhasil membuat seisi sekolah punya hiburan menarik di hari Senin. Sewaktu upacara, Pak Darta, pembina upacara menyampaikan amanat penuh dengan wejangan sekaligus membuktikan bahwa mading dibaca oleh semua orang. Semua orang.

“... dan yang paling penting adalah belajar. Jangan melulu pacaran, apalagi yang sukaaaaa  banget sampai mengirimi kakak kelasnya yang sudah mau ujian akhir dengan surat cinta.”

HAHAHAHAHAHA! Satu lapangan tertawa terpingkal-pingkal sambil menengok ke barisan 1-5 tempat Aditi bersembunyi. Terpisah dua baris darinya—untuk melengkapi penderitaannya—Dinda menatapnya kasihan.

***

Baca ribuan cerita seru dan tuliskan ceritamu sendiri di Storial!

storial.co
Facebook: Storial
Instagram: storialco
Twitter: StorialCo
YouTube: Storial co

Baca Juga: [NOVEL] Lemon Lime: Bab 2

Storial Co Photo Verified Writer Storial Co

#CeritainAja - Situs berbagi cerita | Baca ribuan cerita seru dan tuliskan ceritamu sendiri di Storial!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya