[NOVEL] Lemon Lime: Bab 2

Penulis: Imelda A. Sanjaya 

Pertemuan

 

“Iya, kamu yang menang. Ntar aku traktir bakso di Kumis.” Dinda lebih kelihatan ingin menghibur ketimbang kesal  karena kalah taruhan.

“Nggak mau traktiran! Pokoknya aku nggak terima! Aku akan bunuh manusia yang memasang surat itu di mading!” pekik Aditi lantang sewaktu istirahat. Jamal, ketua kelas yang ada di dalam kelas saat itu, merengut,

“Jangan anarkis gitu, dong! Gih labrak aja sana orangnya kalau berani!”

“Siapa tuh orangnya?” Dinda menoleh. 

“David, IPA-1 juga. Dia kan pengurus mading. Kebetulan minggu ini giliran madingnya IPA-1 yang tampil  jadi dia pasti ada hubungannya dengan pengumuman itu.” kata Jamal.

Aditi naik pitam lalu melangkah lebar-lebar mendatangi IPA-1 dan sebelum sampai sudah disambut dengan ledekan riuh kakak-kakak kelasnya yang sedang nongkrong di depan kelas mereka,

“Duuuuh! Sudah mau melamar Faiz sekarang, nih?” Celetuk salah-satu murid IPA-1. Meski wajahnya merah padam, Aditi memaksakan diri melongok ke dalam kelas. Sepi, isi kelas ini juga sedang beristirahat.

“Mana David?”

“David atau Faiz?” yang lain lagi berkomentar.

“DAVIIIIIID!” Aditi melengking tapi kelas itu nyaris kosong dan sosok David tidak ada di sana. 

“Cari aku, ya?” Suara David terdengar di belakangnya. Aditi menoleh dan mendapati cowok itu sedang memegang plastik es sirop lengkap dengan sedotannya, di sebelahnya, Faiz yang manis melakukan hal yang sama, ditambah senyum lebar. Bagi Aditi, sekarang senyum itu bagai meledek.

“Kamu!” Aditi menunjuk David tepat di wajahnya. “Apa yang bikin kamu merasa berhak menempel surat pribadi orang lain sembarangan di mading!”

David menepiskan telunjuk Aditi dengan tenang, “Surat pribadi? Seharusnya kan nggak ditulis di kertas yang akan dibaca orang lain seperti kertas ulangan.”

“Mana aku tahu kamu yang bakal mengoreksi ulangan itu! Harusnya kan Pak Sulaiman ....”

“Kamu mau surat kamu dibaca Pak Sulaiman?”
Aditi menggeram, “Seenggaknya Pak Sulaiman nggak akan memajang suratku di mading. Itu aib!”

“Suka sama aku itu aib, ya?” tiba-tiba Faiz bersuara. Sekarang perasaan suka Aditi kepadanya langsung hilang seluruhnya. Dia berpaling dengan marah kepada Faiz.

“Jangan ge-er, ya. Itu cuma surat taruhan. Yang berani menyatakan suka bakal ditraktir bakso. Jadi bukan karena cinta atau apalah ...,” Aditi membela diri.

“Yang bilang suka sama Faiz ditraktir bakso? Asyik, dong!” kata David meledek.

“Ya ... bakso. Karena cuma segitu nilai kamu di mata aku sama temanku. Cuma seharga bakso. Nyesel aku pernah suka cowok nggak gentle kayak kamu, Faiz. Dan kamu David, kamu nggak pantes jadi ketua organisasi apa pun selain organisasi mafia. Dasar resek! Biar kupanggil teman-teman sekelasku!”

Aditi berbalik pergi tapi tangannya ditarik David sehingga badannya kembali lagi ke belakang. David memutar tangan Aditi sehingga Aditi berbalik menghadap David. David menatapnya tajam.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

“Sudah puas, Non? Bukan aku yang menulis surat konyol itu tapi memang aku yang menempelkannya di mading. Maaf untuk itu. Sekarang berhenti bertingkah yang aneh-aneh  apalagi membawa-bawa teman-teman sekelas sebelum hal-hal memalukan lain terjadi sama kamu. Mengerti?”

Mata David benar-benar serius mengancam. Aditi ngeri. “Me..mengerti.”
Aditi melepaskan tangan David dari tangannya lalu berbalik pergi sambil menangis. Dialah sang korban tapi kenapa dia juga yang menanggung semua kesalahan? Dunia tidak adil! Sejak saat itu tidak ada senyum, sapaan atau sekadar lirikan dari Aditi setiap bertemu David atau Faiz. Dinda juga ikut-ikutan membenci Faiz. Faiz memang menyebalkan karena ikut bersikap menghina tapi biang keroknya adalah David. Dan David kebetulan berwajah oriental.

***

“Ssssst ... lucu banget ....”

“Iya, cute abis lagi.” 

Aditi sudah hampir mengomeli Kiky dan Wita saat menyadari bahwa yang mereka komentari bukan artis atau model di majalah tapi orang betulan, yang sekarang sedang mengelilingi ruang distro dengan langkah pelan dan hati-hati.

Cowok itu, sangat tinggi. Mungkin sekitar 185 cm. Kulitnya seputih lobak, rambutnya lurus. Oriental habis! Tubuhnya ramping tapi tegap, dan siang-siang bolong begini dia memakai jas lengkap. Mungkin eksekutif muda. Ngapain eksekutif muda ke distro?

Mereka kan seharusnya ke butik-butik branded apaaa gitu! Oh, mungkin mencari celana pendek atau kaus untuk dipakai di rumah, pikir Aditi lagi. Cowok berkacamata itu sekarang meliriknya lalu menatapnya agak lama. Aditi gelisah. Mau apa dia? 

Aditi melempar buku cetak kuliah auditnya ke dalam laci kasir dan menyingkir. Urusan melayani biar ditangani Kiky atau Wita. Lebih baik Aditi kabur daripada harus meladeni pelanggan aneh yang sudah sepuluh menit kelayapan di distro sempit itu tapi bahkan belum juga tertarik untuk melihat atau menyentuh apa pun di sana. Aditi beringsut ke belakang tempat baju-baju persediaan disimpan. Dari dalam samar-samar Aditi mendengar cowok itu sekarang bersuara, menanyakan sesuatu pada Wita.

“MBAK ADITIIIIIIIII!”
Aditi keluar dari dalam secepat kilat ditambah lototan, “Apa-apaan sih, Wit? Nggak usah pake jerit-jerit segala lagi.” 

“Anu ... mumpung Mbak Aditi lagi di dalam. Bapak ini mencari T-shirt model A-19 ukuran L. Cariin ya di dalam.”

Aditi mengangguk, menghilang sebentar dan kembali dengan selembar kaus A-19 ukuran L. “Yang ini, Pak? Boleh dicoba dulu, kok.”

“Mbak ... siapa namanya?” tanyanya sambil menatap Aditi lekat, caranya mengucapkan ‘Mbak’ aneh sekali. Betul tapi janggal.

“Aditi.”

“Oooh ... ” dan ‘Ooooh’ barusan terdengar sangat meremehkan.

“Ya?”

“Saya beli yang seperti ini sepuluh. Nggak perlu dicoba, langsung bungkus saja.” Katanya cepat. Lagi-lagi meskipun menggunakan Bahasa Indonesia tetap terdengar kaku.

“Eh...iya, bungkus Wit!” Aditi bengong masih menatap cowok itu yang sekarang membelakanginya, menelepon seseorang dalam bahasa yang tidak familier bagi Aditi. Sebentar, itu kan bahasa ... Korea?

***

Baca ribuan cerita seru dan tuliskan ceritamu sendiri di Storial!

storial.co
Facebook: Storial
Instagram: storialco
Twitter: StorialCo
YouTube: Storial co

Baca Juga: [NOVEL] Lemon Lime: Bab 3

Storial Co Photo Verified Writer Storial Co

#CeritainAja - Situs berbagi cerita | Baca ribuan cerita seru dan tuliskan ceritamu sendiri di Storial!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya