[NOVEL] Lovesthesia-BAB 5

Penulis: Ririn Ayu

FFD700 (2)

 

Mata yang mengamati dirinya itu sepertinya hanya perasaannya saja karena sekarang Haysel terlihat berbincang dengan rekannya. Bahkan, saat Deska mengamati panggung sekali lagi-kali ini dengan lebih saksama, gadis itu tidak peduli padanya. Haysel bahkan mulai terlihat sibuk mengatur setting gitar yang tadi dibawanya. Hal yang membuat Deska mengetukkan jari dengan tidak sabar di atas permukaan meja. Biasanya dirinya yang jadi pusat perhatian dan diperhatikan. Sekarang dirinya yang diabaikan. Namun, dia buru-buru menghentikan tindakannya kala menyadari kalau siapa pun gadis itu, dia tidak terlalu berharga untuk membuat ujung jarinya terluka.

Kafe tetap sepi sampai Haysel selesai mengatur gitarnya. Gadis itu lalu berdiri di belakang standing microphone setelah menyandarkan gitarnya di dekat kursi tinggi-yang sepertinya nanti akan dipakai untuknya duduk selama acara. Tangannya menyentuh gagang mikrofon dan mulai bicara. Di bawah cahaya lampu yang terang di atas

"Selamat malam, teman-teman semua. Saya Haysel, malam ini saya akan membawakan beberapa buah lagu. Setelah lagu pertama nanti teman-teman juga boleh request, ya," katanya terdengar ramah dan menyenangkan.

Deska menyipitkan mata dan melihat percikan-percikan warna kuning samar di atas kepala gadis itu. Nada bicaranya memang ceria dan menyenangkan. Pemuda itu berdeham pelan lalu memutar bola mata, mendadak takut Seta akan menyadari pikirannya. Namun, Seta sepertinya benar-benar fokus menatap ke panggung. Bibirnya bahkan terbuka sedikit kala Haysel sekarang menarik gitar dan menaruh pantat di atas kursi. Ujung pick gitarnya terdengar seperti mencubit senar-senar itu sementara jari-jari di tangan kirinya bergeser beberapa menyesuaikan kunci. Dentingan pertama terdengar di telinga lalu pola warna emas meluncur ke udara. Deska terenyak, rasanya ada yang salah dengan pola yang dilihatnya.

"Don't speak, no, don't try. It's been a secret for the longest time." Suara Haysel memecah ruangan membuat Deska menarik napas lebih panjang.

Di luar dugaan suara gadis itu terdengar tenang, lalu dalam saat nada rendah dan melejit naik di nada tinggi. Suaranya jernih dan memberikan kesan berbeda dengan penyanyi aslinya. Deska menatap lebih lekat untuk memperhatikan pola yang dibentuk oleh dentingan gitar yang kini lebih terdengar seperti digesek dengan teratur hingga menghasilkan nada yang enak didengar.

Pola untuk gitar biasanya berwarna emas dengan pola bersiku. Akan tetapi, warna itu akan terbentuk kalau dimainkan dengan alat musik lain. Untuk musik akustik biasanya akan menghasilkan warna cokelat membosankan dengan pola mirip aliran air. Semacam sungai yang keruh setelah hujan, akan tetapi tidak sampai banjir jadi lebih monoton dan membosankan. Namun, di sisi lain menenangkan untuk dilihat. Awalnya, Deska juga mengira kalau pola membosankan itu yang akan terbentuk hanya saja entakan warna emas di awal tadi memberikan sensasi lain.

Deska melirik Seta yang mulai mengangguk-anggukkan kepalanya ke depan setelah bunyi musik mulai mengalun. Benar-benar terlihat seperti sedang dugem, mungkin kepala anak itu berada di tempat yang salah. Deska mulai membenarkan letak duduknya dan mencoba untuk lebih fokus. Suara musik yang dihasilkan Haysel mendadak terlihat unik. Normalnya Deska akan mendengarkan musik secara keseluruhan karena kunci dan tone lagu berpengaruh dalam warna serta pola yang dibentuk. Namun, sekarang dentingan gitar yang dihasilkan Haysel membentuk pola-pola mirip kotak yang melompat ke udara. Ukuran kotak itu cukup kecil kalau dilihat dari tempat ini.

Kotak-kotak itu tidak hanya berwarna emas, akan tetapi ada pulasan warna lain. Bahkan ada beberapa kotak yang memiliki beberapa warna sekaligus. Deska mengerjap untuk melihat titik-titik warna yang ada di kotak-kotak itu. Pemuda itu bahkan belum sempat berkedip kala muncul bentuk lain saat nada itu menyentuh A minor. Sekarang gelembung-gelembung berbagai warna muncul di udara. Bagaimana bisa semua ini terjadi? Seharusnya suara gitar akustik hanya akan membentuk pola membosankan. Terbentuknya kubus saja masih membuatnya kaget setengah mati lalu sekarang muncul bentuk gelembung.

Deska menahan napas, matanya membola kala bola-bola itu mendadak pecah. Pecahannya juga tidak beraturan hingga membuat banyak percikan warna kuning, biru, merah, hitam lalu entah warna apalagi muncrat keluar. Tangan Deska mengepal suara Haysel yang melengking kini membentuk bangunan segitiga mungil yang meluncur ke atas. Benda melayang dan bercampur dengan bentuk kubus yang sejak terbentuk dari petikan gitar.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Lalu bentuk gelembung itu berasal dari suara apa?

Rasa-rasanya dia pernah melihat benda-benda semacam itu, hanya saja Deska tidak ingat waktu dan lokasinya. Tangannya mengepal erat hingga beberapa kali dia membuka kepalannya karena telapak tangannya mulai berkeringat. Baru kali ini dia melihat bangun-bangunan tidak beraturan dengan warna yang sulit ditangkap. Mulutnya mulai membuka karena napasnya sesak. Satu hal yang pasti benda-benda yang terbentuk di panggung sana dan dihasilkan oleh permainan akustik Haysel sangat indah. Terlalu indah hingga membuatnya sulit bernapas. Namun, dia tidak ingin menyerah. Dia bisa mengamati semuanya dan mengabadikannya nanti. Sekarang dia memilih untuk menatap lekat-lekat. Sialnya, beberapa kali pun Deska mencoba menangkap warna yang timbul dan bentuk-bentuk yang terbentuk di sana, akan tetapi seketika dia gagal karena terlalu banyak hingga sulit sekali untuk fokus pada satu titik.

"Wah, Bro, jaga matamu jangan sampai melompat keluar!" Seta mendadak berbicara. Ada nada puas dalam suaranya seakan dia yakin telah berhasil membuat seseorang jatuh dalam perangkapnya.

Pemuda itu memilih untuk tidak menjawab karena bayangan di panggung itu mendadak kabur. Deska mengangkat tangan untuk mengucek kelopak matanya. Sekarang dia juga mulai menggeleng beberapa kali untuk mengusir sakit kepala yang mendadak muncul. Keringat mengucur deras di punggung dan tengkuknya. Mendadak dia merasa mual kala benda-benda di sekitarnya mulai bergoyang. Deska mengulurkan tangan untuk meraih gelas terdekat. Dia ingin minum karena tenggorokannya mendadak kering. Deska bahkan tidak peduli ketika hanya menemukan cangkir espresso miliknya, dia memilih untuk meneguk cairan itu. Rasa pahit dan hangat memenuhi mulutnya, akan tetapi tidak mengurangi sakit yang mendadak menyerang kepalanya.

"Kamu sudah gila sampai menenggak espresso kayak gitu, Bro?" Suara Seta terdengar di antara bunyi nyanyian.

"Des, kamu baik-baik saja, kan?" Kresna menimpali.

"Des! Deska!"

Deska tidak bisa mengatakan kalau dia baik-baik saja saat matanya mulai berkunang-kunang dan nyeri mendadak menusuk dadanya. Pemuda itu mengangkat tangan dan menyentuh jantungnya yang rasanya seperti akan melompat dari rongganya. Bibirnya mengatup rapat sementara giginya saling beradu. Kepalanya semakin berat hingga dia memilih untuk menjatuhkannya saja di atas meja-atau di mana pun. Tidak lagi peduli kalau isi perutnya menggelegak keluar dari mual yang menyiksa. Dia masih mendengar suara Seta dan Kresna memanggil namanya, akan tetapi Deska tidak bisa memberikan respons apa pun. Lama-lama semuanya berputar dan pandangan matanya menggelap.

***

Baca ribuan cerita seru dan tuliskan ceritamu sendiri di Storial!

www.storial.co
Facebook: Storial
Instagram: storialco
Twitter: StorialCo
YouTube: Storial co

Baca Juga: [NOVEL] Lovesthesia-BAB 1

Storial Co Photo Verified Writer Storial Co

#CeritainAja - Situs berbagi cerita | Baca ribuan cerita seru dan tuliskan ceritamu sendiri di Storial!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya