[NOVEL] Pictures of You-BAB 1

Penulis: Ratih Cahaya

Riana terbangun oleh suara gedebuk keras dari kamar orangtuanya. Dia membuka mata perlahan, melihat ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul tujuh pagi. Sinar matahari menyusup pelan-pelan dari tirai kamar yang belum dibuka. Dia tidur lagi setelah salat Subuh, mumpung hari Minggu.

Suara gedebuk terdengar lagi, kali ini diiringi teriakan mamanya. Tidak jelas Mama berteriak apa, tetapi suara Papa yang menyahut setelah Mama jelas tertangkap telinga Riana.

"Ya udah kalau kamu nggak betah, nggak ada yang maksa kamu tinggal di sini!"

Riana terlonjak, lalu buru-buru keluar kamar dan menemukan Mama sudah berdiri di depan pintu kamar sambil menenteng tas besar bermuatan penuh. Matanya memelotot dan wajahnya tampak gusar, tetapi berusaha melunak saat melihat Riana berdiri tanpa kata-kata.

"Ana, maafkan Mama. Mama nggak bisa tinggal di sini lagi," kata Mama lalu buru-buru menyeret tasnya keluar dari rumah.

Riana bahkan tidak sempat bertanya mengapa. Dia telanjur kaget dengan semua yang terjadi saat ini. Tadi malam sepertinya Mama dan Papa biasa saja, tidak ada keributan sama sekali. Mama lembur dan pulang malam. Beliau bekerja sebagai supervisor di sebuah pusat perbelanjaan. Lembur dan pulang telat sudah menjadi kebiasaannya.

Hari-hari sebelumnya juga tidak terdengar pertengkaran, sejauh yang diketahui Riana. Mereka berdua tampak baik-baik saja sampai pagi ini. Riana jarang mendengar Papa marah, apalagi sampai bersuara keras seperti tadi. Jika beliau sampai melakukan hal itu, berarti ada sesuatu yang sangat besar terjadi.

Riana masih mematung sambil memandang pintu rumah yang tidak ditutup mamanya. Dia bingung harus melakukan apa. Papa masih di dalam kamar, tanpa ada suara.

Kaki Riana melangkah ke depan kamar orangtuanya. "Pa," panggil Riana "Mama kenapa?"

"Biarkan saja mamamu pergi, Ri. Dia memang tidak betah di sini," sahut Papa. Suaranya terdengar lebih tenang daripada yang tadi didengar Riana.

Kening Riana mengerut mendengar perkataan Papa. "Kenapa?" tanya gadis itu bingung.

Terdengar suara pintu dibuka. Papa keluar kamar, memandang putrinya dengan mata basah. "Nanti Papa akan jelaskan kalau waktunya sudah tepat." Papa menghela napas lalu melanjutkan, "Tolong jangan bilang-bilang Yangti tentang kejadian ini, ya?"

Riana diam. Ia masih berusaha memproses apa yang sebenarnya terjadi antara Mama dan Papa. Akan tetapi, melihat wajah Papa yang penuh permohonan, akhirnya gadis itu mengangguk.

Papa mengacak rambut sebahu Riana sambil berusaha tersenyum. "Untuk sementara kita tinggal berdua dulu. Mamamu tinggal di rumah Opa."

"Ke...." Pertanyaan Riana tertahan. Ia mengurungkan pertanyaan kenapa yang muncul di benak saat melihat Papa kembali masuk ke kamar.

Kekhawatiran mulai menyusup di hati Riana. Ia takut... ah, sudahlah. Papa dan Mama akan kembali berbaikan, kan? Paling nanti sore atau paling lambat besok pagi, Mama sudah balik ke sini lagi, pikir Riana penuh harap, dan hidupnya akan kembali seperti biasa.

Sayang, harapan Riana tidak terkabul. Hidupnya berubah 180 derajat setelah itu.

----

Setelah mandi dan sarapan, Riana mendapat pesan dari Ulfi, teman sekelas sekaligus sahabatnya selama hampir dua tahun bersekolah di SMA Permata Bangsa Bogor.

Ri, jadi kan, hari ini ke Botani Square? Mau ketemu di sana jam berapa?

Riri mengetik balasannya.

Jadi. Jam setengah 11 aja, enak pagi-pagi biar nggak terlalu ramai.

Oke.

Kemarin mereka janjian ingin mencari buku latihan soal untuk kenaikan kelas 12. Riana sebenarnya sudah punya, tetapi baru satu buku, khusus untuk mata pelajaran IPS. Dia butuh buku soal Matematika karena otaknya lemah di pelajaran tersebut. Ulfi juga butuh buku tersebut. Mereka berdua sama-sama lemah dalam pelajaran Matematika.

Menjelang pukul sepuluh pagi, Riana sudah rapi jali. Sementara itu, Papa masih mendekam di dalam kamar. Saat hendak pamit ke kamar Papa, sayup-sayup Riana mendengar suara Papa berbicara kepada seseorang di telepon.

"Aku sudah capek banget, Mel. Aku sudah cukup lama menoleransi perbuatan Erin, tetapi dia malah keenakan dan berbuat semaunya. Kasihan Riri, tetapi mau gimana lagi."

Papa sedang menelepon Tante Meli, adik beliau satu-satunya. Riana terdiam, berusaha menangkap suara balasan dari tantenya, tetapi tidak jelas terdengar.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

"Dia bilang dia mau ngajuin gugatan cerai. Terserah dialah. Toh, aku juga punya bukti kelakuannya." Suara Papa terdengar putus asa.

Mulut Riana terbuka, lalu buru-buru ia tutup dengan sebelah tangannya. Mama mengajukan gugatan cerai? Mengapa?

Otak Riana tiba-tiba seolah berhenti berfungsi. Ia bingung, takut, cemas, tidak tahu harus melakukan apa-apa. Ingin rasanya mendobrak pintu kamar dan bertanya kepada Papa, tetapi entah mengapa ia merasa sangat takut. Satu-satunya hal yang terpikirkan olehnya adalah ia harus segera keluar dari rumah. Ia butuh udara segar!

---

Riana terpaksa menaiki angkutan umum untuk menuju Botani Square. Biasanya, Riana selalu diantar Papa ke mana pun dia pergi. Riana belum berani mengendarai kendaraan pribadi, walaupun Papa pernah menawarinya sebuah sepeda motor agar Riana bisa leluasa pergi ke mana-mana sendiri.

Ketika sudah duduk di angkot, Riana mengirim pesan kepada Papa bahwa dia pergi bersama Ulfi. Mungkin agak lama, tambah Riana. Papa hanya membalas dengan kalimat singkat, iya, hati-hati.

Dia dan Ulfi janjian di depan lobi Botani Square. Saat Riana tiba di sana, Ulfi sudah menunggunya dengan senyum lebar.

"Pucat amat, sih!" Ulfi langsung berkomentar sesaat setelah menghampiri gadis itu.

Riana menghela napas. "Aduh, Ul. Pagi ini kacau banget tahu, nggak?" ujarnya frustrasi.

"Kacau kenapa?" tanya Ulfi penasaran. "Eh, lo udah sarapan belum? Mau makan dulu?" tawarnya lagi.

Sahabat Riana yang satu ini memang tidak pernah melupakan agenda makan. Pipinya gembil dan badannya montok. Ulfi selalu punya camilan di tasnya dan tak pernah menolak jika diajak makan di kantin atau restoran.

Riana sudah sarapan, dengan setangkup roti yang berisi selai kacang, tidak lama setelah insiden Mama meninggalkan rumah. Akan tetapi, setelah Ulfi menawarkan makan, perutnya merasa lapar lagi.

"Sudah, sih. Tapi, makan lagi juga boleh," kata Riana.

Ulfi mengangguk setuju, lalu meraih tangan Riana menuju tempat makan favorit mereka di pusat perbelanjaan itu. Sebuah kedai kopi dan roti. Lagi-lagi roti, pikir Riana, tetapi tidak apalah, yang penting dia bisa curhat dulu kepada Ulfi.

---

"Jadi, lo kenapa pagi-pagi?" tanya Ulfi setelah mereka duduk dan memesan makanan.

Wajah Riana merengut. Seketika dia bimbang, apakah dia akan menceritakan kejadian tadi pagi kepada Ulfi atau tidak. Sekarang, peristiwa itu rasanya cukup memalukan untuk dibicarakan.

"Ortu gue berantem," jawab Riana akhirnya.

Ulfi mengangguk paham. "Nanti juga baik lagi. Nggak usah terlalu dipikirin."

Riana diam. Mungkin bagi anak yang sering melihat orangtua mereka bertengkar kemudian akur lagi, itu bukan sebuah masalah besar. Sayangnya, Riana hampir tidak pernah melihat kedua orangtuanya berseteru, adu pendapat saja jarang.

Memang, sih, Papa dan Mama juga bukan pasangan romantis seperti yang tampak di Instagram para keluarga artis, tetapi setidaknya mereka juga bukan pasangan yang sering ribut. Apalagi Mama tiba-tiba meninggalkan rumah dan Papa membicarakan gugatan cerai. Riana benar-benar takut, tetapi bingung bagaimana mengungkapkannya.

Riana melanjutkan makan tanpa bicara, hanya mendengarkan Ulfi bercerita tentang adu mulut yang sering terjadi di antara kedua orangtuanya. "Bokap sama nyokap gue, kalau lagi berantem suka merembet ke anak-anaknya. Tahu-tahu aja apa yang lagi kita lakukan salah di mata mereka, terus diomelin. Kalau seperti itu, mending gue pergi dari rumah," ujar Ulfi. "Pas gue pulang, udah adem-ayem lagi."

Riana mengangguk sambil menyunggingkan senyum tipis. Bertanya-tanya apakah orangtuanya juga akan akur lagi setelah kejadian tadi pagi.

---

Baca ribuan cerita seru dan tuliskan ceritamu sendiri di Storial!

www.storial.co
Facebook: Storial
Instagram: storialco
Twitter: StorialCo
YouTube: Storial co

Baca Juga: Pictures of You-BAB 2

Storial Co Photo Verified Writer Storial Co

#CeritainAja - Situs berbagi cerita | Baca ribuan cerita seru dan tuliskan ceritamu sendiri di Storial!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya