[NOVEL] Rumah untuk Cinta-BAB 5

Penulis: Riawani Elyta

Demi Yang Tersayang

 

Dua minggu kemudian,

"Assalamu'alaikum....Moi, astagfirullah, kamu ngapain?" Ferdy yang baru saja tiba di rumah, langsung terbeliak saat melihat pemandangan ajaib yang terhampar di depan matanya. Ruang tamu dan ruang kerjanya yang saling menyatu, dan berada paling frontal dari keseluruhan isi rumah, terlihat amat sangat berantakan. Beberapa kursi tungging balik, nyaris separuh buku dalam lemari kacanya berpindah ke meja dan ke lantai. Moira tampak sedang merangkak di bawah meja, diantara 'reruntuhan' buku-buku, seakan tak terpengaruh oleh kehadiran Ferdy juga suasana disekelilingnya yang seperti baru mengalami gempa.

"Moiraaa....kamu lagi ngapaiiiin?"

Dug! Kepala Moira langsung membentur meja, kaget oleh kehadiran Ferdy yang tahu-tahu sudah berdiri di depannya. Ia lalu cepat-cepat keluar dari kolong, seraya mengusap kepala dan memasang raut tanpa dosa.

"Aku lagi nyari novel yang kemarin itu, kak. Udah se-rumah-an kucariin, tapi nggak nemu-nemu....."

"Tapi nggak perlu pake acara berantakin rumah kaya' maling kepepet 'kan?" Suara Ferdy masih bertahan di nada tinggi. Ia adalah makhluk pecinta keteraturan dan ketertiban. Maka, kekacauan di sekitar meja kerjanya itu membuatnya gusar bukan main.

"Sori, kak. Abisnya, aku perlu banget novel itu. Bentar lagi acara talkshow dengan penulisnya, dan aku mau kesana, mau minta tanda tangannya. Juga mau lihat dari dekat seperti apa penulisnya. Aku 'kan ngefans banget sama Tatya Mariska, kak."

Ferdy tertegun. Moira tidak hanya memelas, tetapi juga seperti hendak menangis. Perlahan-lahan, emosi Ferdy mencair. Rasa ibanya muncul. Iba yang bercampur sedikit rasa bersalah, karena sebenarnya dia-lah yang secara tak sengaja sudah me-lari-kan novel itu.

Pas malam itu, ketika novel yang dicari Moira tepat berada di bawah injakan kakinya, sesudahnya Ferdy cepat-cepat menyimpannya di dalam tas laptopnya, dengan maksud agar tidak ketahuan Moira kalau ia telah membacanya tanpa izin. Tetapi, berkat sifat pelupa Ferdy yang suka muncul sewaktu-waktu, walhasil novel itu ngumpet di tasnya tanpa ia sadari dan mengikuti ke manapun ia pergi.

"Jam berapa acaranya, Moi? Dimana?"

Moira melirik arlojinya lalu menghela nafas pasrah. "Jam empat kak. Senayan City. Kaya'nya nggak bakal terkejar deh."

Ganti Ferdy yang mengintip arlojinya. "Masih cukup waktu kok kalau kita cabut sekarang. Udah kamu gih siap-siap, biar kakak bantu cariin, ntar kesananya kakak yang anter."

Kedua mata sipit Moira langsung membesar penuh takjub. "Kakak mau nganterin?"

"Iya, kenapa?"

"Tapi, kak Ferdy 'kan baru pulang kerja. Apa nggak capek?"

Ferdy tersenyum, menatap Moira lembut. "Demi kamu capeknya bisa ngalah kok."

"Asyiiik..." Moira bertepuk tangan. Tetapi di detik berikutnya, wajahnya kembali muram. "Tapi kak, novelnya 'kan belum ketemu? Rugi aja dong maksain dateng tapi nggak bisa minta tanda tangan."

"Biar kak Ferdy yang cariin. Insya Allah ketemu. Sekarang kamu cepetan siap-siap....."

"Aku dah siap-siap dari tadi lagi."

Ferdy tertegun. Baru menyadari kalau Moira telah mengenakan outfit khas abegenya, kaus gombrong dan jeans selutut plus tas selempang mungil warna permen.

"Kalo gitu kakak mau ganti baju dulu. Nggak nyambung banget ke acara talkshow pake kemeja panjang begini."

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

"Kak, trus novelnya......" Pertanyaan Moira menggantung di celah bibir. Ferdy telah lenyap dibalik pintu kamarnya. Hanya dalam beberapa menit, Ferdy muncul kembali dengan t-shirt Polo warna hijau army dan celana cargo warna abu-abu tua. Penampilan jaim dan sok dewasa-nya lenyap sempurna, tergantikan dengan sosok pria seperempat abad yang casual alami. Tetapi, bukan penampilan santai Ferdy - yang sudah menjadi pemandangan langka sejak Ferdy menanggung hidup mereka berdua - yang membuat Moira langsung terkesima, melainkan tangan kanan abangnya yang menggenggam.......novel!

"Ini 'kan yang kamu cari?"

"Kak! Nemu dimana?"

"Ya di kamarkulah! Kamu nggak inget kali pernah baca-baca di kamar kakak?" ujar Ferdy tenang seraya melewati Moira. "Kok bengong? Ayo cepetan! Ntar acaranya keburu selesai!"

Masih dengan rasa penasaran, Moira membuntuti Ferdy menuju halaman. Lalu naik ke Honda Jazz warna kuning jreng milik Ferdy yang punya nama kesayangan si Oneng.

Perlahan, si Oneng membelah jalan raya yang di sore ini mulai memasuki moda macet. "Kira-kira panitianya mau nunggu nggak ya?" Moira berbisik lirih, ketika sebuah metromini tiba-tiba memotong seenaknya sehingga Ferdy harus menekan rem mendadak.

"Berdoa aja, Moi. Semoga acaranya ngaret."

"Kak, bikin novel itu susah nggak ya?" celetuk Moira, sesaat setelah metromini kurang ajar itu berlalu. Ferdy menoleh. "Kenapa? Kamu mau jadi penulis novel?"

Moira tak langsung menjawab. Melainkan menimang-nimang novel The Deep Erosion dalam dekapannya.

"Aku pengen jadi kaya' Tatya Mariska, kak. Tulisannya enak dibaca, nggak monoton dan nggak klise, bahasanya sederhana, nggak bersayap-sayap kaya' sastra yang berat-berat itu, tapi bisa bikin perasaan kita tersentuh."

Kedua mata Moira berbinar-binar saat memuji penulis kesayangannya itu. Ferdy hanya tersenyum kecil. Dasar aneh. Biasanya gadis belia seusianya kepingin jadi model, pemain film atau penyanyi. Tapi Moira justru ingin jadi penulis.

Lampu merah yang menyala di perempatan membuat perjalanan mereka kembali terhambat, dan pemandangan di luar berupa antrian mobil yang padat, sama sekali tidak asyik untuk dinikmati.

Moira mulai gelisah. Beberapa kali menyeka peluh di dahi seraya melirik arloji. Ferdy yang duduk di sebelahnya, sekilas menangkap kegelisahan adik semata wayangnya itu. Sesungguhnya ia pun sama gelisahnya, saat melirik jarum jamnya yang telah kian jauh bergeser, tak mau berkompromi sedikit pun pada kemacetan. Sesungguhnya bukan hanya Moira yang menyimpan keinginan kuat untuk bertemu Tatya Mariska, tetapi juga dirinya. Tentu saja, dengan misi yang berbeda.  

"Ntar kalo ketemu penulisnya, kamu mau minta tanda tangan doang?" tanya Ferdy serileks mungkin. Berusaha meredam kegelisahan Moira, juga kegelisahannya sendiri.

"Ya enggak dong kak." Jawab Moira seraya meraih tisu dari kotaknya di atas dasbor untuk kesekian kali. Tak hanya AC kamarnya, AC di dalam mobil ini pun sepertinya sudah waktunya untuk mendapat perhatian ekstra. Sejak berangkat dari rumah tadi, hembusan hawa dingin yang seharusnya cukup melegakan, nyatanya menguap entah kemana, meninggalkan dua anak manusia di dalam mobil yang terus-terusan kegerahan sampai akhirnya harus membuka kaca lebar-lebar.

"Eng.....Aku mau ngobrol sama dia meski cuma sekejap. Trus aku mau nanya, gimana sih caranya nuangin ide dan ngoleksi khayalan sampe jadi buku ratusan lembar gitu? Gimana sih bisa nemu kosakata yang enak dibaca? Apa nggak bosen tuh kerjaannya ngetik mulu? Trus, yang pernah kudengar 'kan kalo penulis itu penghasilannya kecil, nggak kaya' artis atau YouTuber, tapi kok betah ya jadi penulis?" pertanyaan polos Moira mengalir beruntun, penuh antusias.

Ferdy tersenyum lagi, seraya menukar persneling ketika ular panjang antrian itu mulai bergerak dan traffic light telah berganti warna. "Kalo mau nanya yang begituan mah tinggal buka blognya aja, Moi. Mau yang lebih lengkap dari itu juga ada."

"Emang kakak pernah buka blognya Tatya ?"

"Eh...enggak kok, enggak," Ferdy gugup. Cepat-cepat menarik nafas agar dapat sesegera mungkin mengusir kegugupannya. "Maksudku, biasanya para penulis 'kan suka berbagi tips-tips menulis di blog pribadi mereka, ujung-ujungnya promosiin buku-bukunya. Nggak jauh beda jugalah dengan kerjaan kakak. Ngasih tips-tips ngatur interior juga jenis perabotan yang sesuai dengan ruangan dan selera klien, ujung-ujungnya kakak bakal nawarin jasa profesional buat membantu mereka menata interior rumahnya."

Moira hanya manggut-manggut. Ia tidak pernah tertarik kalau Ferdy sudah bercerita tentang pekerjaannya. Perlahan, si Oneng mulai merayap di basement park Senayan City, tempat acara talkshow penulis kesayangan Moira sedang berlangsung.

***

Baca ribuan cerita seru dan tuliskan ceritamu sendiri di Storial!

storial.co
Facebook: Storial
Instagram: storialco
Twitter: StorialCo
YouTube: Storial co

Baca Juga: [NOVEL] Rumah untuk Cinta-BAB 4

Storial Co Photo Verified Writer Storial Co

#CeritainAja - Situs berbagi cerita | Baca ribuan cerita seru dan tuliskan ceritamu sendiri di Storial!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya