[NOVEL] Still Intact-PROLOG

Penulis: Priska Natasha

Prolog - Merenungkan yang akan Datang

 

 

Kesunyian malam adalah suasana terbaik untuk menenggelamkan resah.

Perempuan itu akhirnya berhasil bangkit berdiri saat Sabtu hampir berganti menjadi Minggu. Dengan langkah berat, dia berjalan ke arah pintu apartemen, nyaris tergoda untuk keluar dari tempat paling nyaman dalam hidupnya.

Namun, niatnya urung dengan cepat. Sebagai penggantinya, dia memilih untuk memutar kunci. Bagi orang yang tidak terlalu pandai mengungkapkan perasaan sepertinya, lari pada buku-alih-alih ke dunia luar-setiap dia punya masalah memang terasa lebih aman. Sering kali dia ingin menjelajah sampai tersesat di cerita-cerita orang lain. Terkadang, dia hanya ingin menemukan teman senasib.

Jadi, malam itu, dia berusaha membaca. Melahap satu buku dalam tiga jam sudah menjadi keahliannya, tapi malam itu dia gagal. Gagal memahami cerita Ayuh—rasanya seluruh kalimat yang tertangkap mata tak berhasil menembus pikiran apalagi perasaannya. Sebentar-sebentar dia meletakkan buku itu, membelai permukaannya, terkadang menghirup aroma kertasnya sebelum berusaha menjelajah ke Loksado lagi.

Akan tetapi, hingga jarum jam menunjuk pada angka tiga dini hari, dia bahkan tak berhasil menembus halaman 72.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Terlalu penuh. Terlalu sesak. Terlalu ... marah, sampai dia merasa ketakutan.

Akhirnya, pada pukul tiga lewat dua menit, perempuan itu memutuskan untuk menyimpan bukunya, sebelum dia melakukan hal yang bakal dia sesali. Setelah itu, dia mulai membersihkan apartemennya: menyapu, mengepel, dan merapikan barang-barang yang tidak tertata pada tempatnya. Dia membongkar isi kulkasnya dan mulai menyortir. Seluruh debu bandel yang berani menempel pada harta bendanya juga dia bersihkan.

Dia mahir melakukan semuanya karena selalu berpikir harus mempersiapkan diri untuk menjadi ibu rumah tangga yang baik.

Ketika matahari terbit, barulah perempuan itu menghentikan seluruh aktivitasnya dan kembali ke tempat tidur. Lama dia membujur di sana dengan mata terbuka, menatapi tirai jendela yang mulai diwarnai sinar. Pikirannya otomatis kembali kepada pertengkarannya dengan laki-laki itu semalam. Saat dia menutup mata, rasa sakit yang menggerogoti hatinya telak berhasil mengalahkan nyeri pada memar di pinggangnya.

Laki-laki itu benar. Apa yang menanti di depan sana mendadak saja jadi menakutkan.

***

Baca ribuan cerita seru dan tuliskan ceritamu sendiri di Storial!

www.storial.co
Facebook: Storial
Instagram: storialco
Twitter: StorialCo
YouTube: Storial co

Baca Juga: Still Intact-BAB 1

Storial Co Photo Verified Writer Storial Co

#CeritainAja - Situs berbagi cerita | Baca ribuan cerita seru dan tuliskan ceritamu sendiri di Storial!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya