[CERPEN] Episode Kopdar

Kepalsuan telah menyelimuti hati mereka

 

Seorang cewek dan seorang cowok berkenalan di media sosial berlogo biru. Si cewek bernama Mustowiyah, ia memakai nickname Moza Imut. Wajahnya memang imut –seperti yang terpajang di foto profil. Hidungnya mancung, kulitnya mulus seperti bayi yang masih polos.

Si cowok bernama Rebo Kliwon, ia memakai nickname Robby Cool. Wajahnya memang cool –seperti yang terpajang di foto profil. Hidungnya mancung, kulitnya mulus seperti bintang drama Korea.

Moza gemar memposting foto-foto makanan barat yang ia unduh dari Google, dan ia memberikan status seolah-olah pernah menikmati semua makanan itu. Robby gemar memposting tempat-tempat wisata di seluruh nusantara, dan ia menuliskan status seakan-akan pernah mengunjungi semua tempat itu. Makanan dan tempat wisata, perpaduan yang klop.

Setelah beberapa minggu saling mengomentari pada setiap status yang terposting, dan juga chatting tanpa kenal waktu, Robby mengajak Moza untuk kopdar. Robby membayangkan ia akan bertemu dengan seorang gadis berhidung mancung, kulit mulus, dan tinggi semampai.

Moza menyambut gembira ajakan Robby. Moza membayangkan akan bertemu dengan seorang cowok jangkung, ganteng, berponi, seperti bintang drama Korea. Tangan Moza cekatan mengetik di layar smartphone-nya. Kapan? Di mana? Tak lupa, Moza juga menambahkan stiker wajah gadis bersemu merah di pipi.

Robby segera membalas: Di Taman Cinta. Minggu jam 9 pagi.

Moza mengetik jawaban: Ok. Aku pakai jaket pink.

Beberepa detik kemudian Robby membalas: Aku pakai jaket denim biru.

Pada hari yang telah mereka sepakati, Moza duduk di sebuah bangku besi di Taman Cinta. Tak lama kemudian seorang cowok agak pendek berjaket denim biru mendekatinya. Moza dan cowok itu saling memandang dan saling mengernyitkan dahi, seakan saling menyimpan keraguan.

“Moza? Moza Imut?” si cowok bertanya.

“Ya,” sahut Moza masih dengan tatapan ragu. “Kamu Robby?”

“Ya. Aku Robby,” cowok itu alias Robby mengulurkan tangan. Ragu, Moza menjabat tangan si cowok.

“Benar kamu Robby Cool?” keraguan masih menyelimuti hati dan pikiran Moza.

“Ya,” jawab Robby. “Benar kamu Moza Imut?”

Moza mengangguk lemah. Harapannya bertemu cowok sekeren bintang drama Korea, runtuh seketika. Di dekatnya, duduk seorang cowok agak pendek, rambut lurus kaku, jerawat di pipi, dan hidung ....mancung ke dalam!

Sebaliknya, harapan Robby bertemu cewek imut bagai wajah bayi yang polos, juga runtuh seketika. Di dekatnya, duduk seorang cewek pendek, kurus, rambut panjang yang ujungnya patah dan merah, serta hidung ....mancung ke dalam!

Mereka duduk dalam diam dan perlahan beringsut menjauh, hingga mereka sampai di masing-masing ujung bangku. Mereka ingin pergi dari bangku itu, tetapi tak ada yang berani memulai. Hening beberapa lama, sampai akhirnya mereka saling memandang dan kemudian tertawa bersamaan. Terpingkal-pingkal sampai mata kedua anak muda itu berair.

“Kamu pakai aplikasi kamera apa?” tanya Robby.

Moza menghentikan tawa, mengusap ujung matanya dengan punggung tangan, lalu menjawab pertanyaan Robby.

“Aku juga punya aplikasi itu,” kata Robby.

“Tapi aku suka aplikasi kamera yang ini,” sahut Moza menunjukkan layar ponselnya.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Robby menggeser duduknya, mendekati Moza. Mereka pun terlibat pada obrolan tentang aplikasi kamera yang mampu membuat wajah mereka tampil maksimal. Obrolan itu membuat jarak mereka makin dekat dan beberapa kali mereka tampak tertawa bersama. Dalam sekejap mereka telah menemukan kecocokan.

“Maafkan aku. Aku sudah menipu kamu,” kata Robby.

“Aku juga minta maaf. Aku pasti telah mengecewakanmu. Aku tak secantik di foto profilku,” sahut Moza.

“Aku juga tak setampan di foto profilku. Aku bukan mahasiswa arsitektur. Aku tukang las karbit di tepi jalan,” kata Robby.

“Aku juga bukan mahasiswi manajemen. Aku asisten rumah tangga alias babu,” sahut Moza.

“Kamu mau memaafkan aku, Moza?” tanya Robby.

Moza mengangguk. “Kamu juga memaafkan aku, Robby?”

Robby mengangguk.

Mereka menarik napas lega dan saling berjanji untuk terus berteman dengan identitas yang sebenarnya.

***

Setelah pertemuan di Taman Cinta itu, Moza dan Robby mengungkap jati diri mereka di akun masing-masing. Mereka mengganti profil mereka yang cakep dengan foto asli. Apa yang terjadi setelah itu? Jumlah teman mereka berkurang sangat drastis. Caci maki pun merebak.

Ini wajah lu, Moza? Gue kabur aja deh.

Babu ngaku mahasiswi. Ngabisin kuota data aja. Kembaliin kuota gue!

Pada kesempatan kopdar berikutnya –masih di Taman Cinta—Moza sesenggukan, menceritakan betapa temannya di media sosial telah berkurang banyak. Kini, jumlah temannya bisa dihitung dengan jari.

“Tapi kamu masih punya aku, Moza,” kata Robby.

“Jangan panggil aku Moza. Namaku Mustowiyah. Panggil aku Mus,” pinta Moza.

Robby tersenyum.

“Kamu juga jangan panggil aku Robby. Namaku Rebo Kliwon. Panggil aku Rebo,” kata Robby.

Moza dan Robby saling berpandangan, tersenyum, dan kemudian tertawa. Saling bertemu di Taman Cinta adalah hal yang menyenangkan bagi mereka.

Baiklah, mereka bukan Moza dan Robby. Kini mereka adalah Mustowiyah dan Rebo Kliwon. Mereka bertemu karena kepalsuan. Kini, kepalsuan telah menyatukan hati mereka. Di tempat lain –entah di mana- mungkin peristiwa serupa juga pernah atau sedang terjadi. Karena ini memang fenomena zaman now!

***SELESAI***

 

Sulistiyo Suparno Photo Verified Writer Sulistiyo Suparno

Senang menulis cerpen, karena tidak bisa melukis.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya