5 Fakta Hidangan Lebaran di Indonesia dan Filosofi di Baliknya

Tenyata bukan cuma soal rasa

Lebaran jadi momen yang ditunggu-tunggu oleh banyak umat muslim di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Pada momen lebaran, kita bisa mencicipi aneka hidangan lezat yang jarang ditemukan pada hari-hari biasa, seperti ketupat atau opor ayam.

Hidangan Lebaran nyatanya bukan cuma soal rasa. Tiap hidangan Lebaran di Indonesia memiliki fakta menarik bahkan filosofi tersendiri.

1. Ketupat

5 Fakta Hidangan Lebaran di Indonesia dan Filosofi di Baliknyagambar ketupat (instagram.com/hobimasak.id)

Perayaan Lebaran gak akan lengkap tanpa ketupat. Bisa dibilang, ketupat adalah hidangan wajib ada saat merayakan Idulfitri.

Nah, ternyata tradisi makan ketupat ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Awalnya, ketupat dibuat sebagai jimat untuk melindungi diri dari mara bahaya.

Makanan ini kemudian dipopulerkan Sunan Kalijaga saat menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa pada abad ke-15. Dalam budaya Jawa, nama kupat atau ketupat sendiri berasal dari dua kata, ngaku dan lepat, yang jika digabungkan berarti 'mengakui kesalahan'.

Lewat ketupat, Sunan Kalijaga berusaha mengingat pengikutnya bahwa yang namanya manusia itu tidak akan pernah lepas dari kesalahan. Ketika kita melakukan kesalahan, kita harus mau mengakui apa yang telah kita perbuat dan meminta maaf untuk kesalahan tersebut.

2. Opor ayam

5 Fakta Hidangan Lebaran di Indonesia dan Filosofi di Baliknyagambar opor ayam (instagram.com/fen.z)

Di mana ada ketupat, di situ pasti ada opor ayam. Opor ayam memang pasangan klop untuk ketupat. Namun, tidak kalah dari ketupat, opor ayam juga memiliki makna tersendiri.

Di banyak daerah, opor ayam berwarna kuning. Namun, di Jawa, warna opor ayam sengaja dibuat putih kekuningan sebagai simbol permintaan maaf.

Simbol ini dipercaya terinspirasi dari warna santan yang menjadi bahan utama dalam proses pembuatan opor. Kata santan mirip dengan kata 'pangampunten' dalam bahasa Jawa yang berarti 'permintaan maaf'. Mengingat maknanya, tidak heran kalau opor ayam selalu disandingkan sama ketupat saat Lebaran.

Baca Juga: Hari Istiqlal, Sejarah dan Fakta di Baliknya

3. Rendang

5 Fakta Hidangan Lebaran di Indonesia dan Filosofi di Baliknyagambar rendang dari Indonesia (instagram.com/luis_widarto)

Hidangan Lebaran lain yang tidak kalah pentingnya adalah rendang. Kalau opor ayam punya rasa gurih, rendang ini memiliki rasa yang cukup pedas.

Sama seperti ketupat, rendang rupanya sudah ada sejak abad ke-16. Dahulu, orang-orang Minang suka berpergian. Rendang menjadi bekal favorit mereka.

Selain karena rasa, rendang juga sangat tahan lama. Usut punya usut, hidangan ini sendiri memiliki makna musyawarah. Makna ini sendiri diambil dari empat bahan utama rendang.

Daging sapi memiliki arti penghormatan terhadap orang yang dituakan. Santan menjadi perlambang bagi para cendekiawan. Cabai melambangkan para ulama yang selalu tegas dalam menapaki jalan kebenaran. Bumbu lainnya melambangkan orang-orang Minang.

4. Semur daging

5 Fakta Hidangan Lebaran di Indonesia dan Filosofi di Baliknyagambar semur daging (instagram.com/troy363_)

Semur daging juga jadi salah satu hidangan populer saat Lebaran tiba. Potongan daging yang lembut, ditambah kuahnya yang manis dan gurih, bikin semur jadi hidangan lebaran favorit banyak orang. Menariknya, sejarah masakan satu ini ternyata tidak lepas dari campur tangan Belanda.

Proses memasak semur sama dengan proses memasak makanan Belanda pada masa lalu. Bukan hanya itu, orang Belanda jugalah yang pertama kali menyebut hidangan ini dengan nama semur.

Fakta unik lainnya, rasa semur di Indonesia ternyata bisa berbeda di tiap daerah. Ini karena setiap daerah di Indonesia memiliki bumbu khas sendiri yang memengaruhi rasa masakan yang mereka buat.

5. Sate ayam

5 Fakta Hidangan Lebaran di Indonesia dan Filosofi di Baliknyagambar sate ayam (instagram.com/sateya.indonesia)

Sate, apalagi sate kambing, biasanya identik dengan Iduladha. Namun, hidangan ini juga sering kali disajikan saat Idulfitri.

Dibandingkan ketupat, sate baru jadi makanan populer sekitar abad ke-19. Namun, keberadaan sate di Nusantara sebenarnya jauh lebih lama dari itu. 

Sate Indonesia sebenarnya merupakan perpaduan dari tiga budaya: Arab, India, dan China. Pada masa lalu, orang Arab sangat menyukai daging yang diolah dengan cara dibakar. Orang-orang itu kemudian singgah ke India sebelum akhirnya datang ke Nusantara untuk berdagang.

Di India, daging bakar ini ditusuk seperti yang kita kenal saat ini. Nama sate sendiri konon terinspirasi dari bahasa China sa tae bak yang berarti 'tiga daging yang dipotong'. Di Indonesia, potongan daging ini kemudian diberi tambahan bumbu khas Nusantara sehingga menjadi sate yang kita kenal sekarang.

Membahas soal hidangan Nusantara memang tidak ada habisnya. Bahasannya bukan cuma soal rasa, tetapi juga filosofi di baliknya.

Baca Juga: 5 Filosofi Hidangan Keberuntungan Khas Imlek, Sarat akan Makna!

Siti Marliah Photo Verified Writer Siti Marliah

Find me on 📷 : instagram.com/sayalia

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

yummy-banner

Topik:

  • Gagah N. Putra

Berita Terkini Lainnya