Cegat Benzema ke Qatar, Ini Fakta Cedera Rectus Femoris

Perlu pemulihan minimal satu bulan

Cedera membuat beberapa bintang sepak bola dipastikan tak hadir dalam ajang Piala Dunia Qatar 2022. Salah satunya adalah Karim Benzema. Baru meraih Ballon D'Or 2022 bulan lalu, Federasi Sepak Bola Prancis (FFF) mengonfirmasi penyerang di klub bola Real Madrid ini terhantam cedera saat latihan pada Sabtu (19/11/2022).

"[Benzema] melakukan pemeriksaan MRI di rumah sakit di Doha, yang sayangnya mengonfirmasi cedera rectus femoris," tulis FFF.

FFF memberikan estimasi tiga minggu bagi Benzema untuk bisa pulih, sehingga tidak memungkinkan untuk masuk dalam skuad Les Bleus. Menghalangi Benzema untuk beraksi di Qatar, apa itu cedera rectus femoris? Mari simak fakta selengkapnya berikut ini.

1. Apa itu rectus femoris?

Cegat Benzema ke Qatar, Ini Fakta Cedera Rectus Femorisanatomi otot kuadrisep paha depan (physio-pedia.com)

Ketegangan otot kuadrisep adalah cedera berupan robekan parah di otot paha depan ini. Cedera ini umumnya disebabkan oleh peregangan otot akut yang dibarengi dengan kontraksi otot kuat atau menanggung beban yang berlebih secara berulang. Sebelumnya, apa itu otot kuadrisep?

Dilansir Physiopedia, kuadrisep femoris adalah otot yang merupakan fleksor pinggul dan ekstensor lutut yang terletak di bagian depan paha. Sesuai namanya, otot ini terdiri dari empat komponen:

  • Rectus femoris
  • Vastus lateralis
  • Vastus medialis
  • Vastus intermedius

Rectus femoris berasal dari pelvis, tepatnya di spina iliaka anterior superior (ASIS) dan spina iliaka anterior superior (AIIS). Dari keempat kuadrisep, hanya rectus femoris yang turut berperan dalam meluruskan dan menaikkan lutut. Selain itu, rectus femoris adalah bagian kuadrisep paling luar yang melintasi sendi pinggul dan lutut (biaxial).

2. Mengapa cedera bisa terjadi?

Bekerja paling keras, rectus femoris paling rawan terkena cedera ketegangan otot akibat peregangan ekstrem. Cedera rectus femoris paling umum terlihat di kalangan atlet olahraga fisik, seperti sepak bola, basket, rugbi, dan American football.

Ini karena jenis-jenis olahraga tersebut butuh kontraksi kuadrisep yang eksentrik dan sering dilakukan secara tiba-tiba. Contoh gerakan yang bisa memicu ketegangan rectus femoris adalah:

  • Langsung berlari dari posisi berdiri.
  • Menendang bola dengan kuat.
  • Melompat.
  • Beralih arah secara tiba-tiba saat berlari.

Tekanan berlebih di otot dan tendon serta kontraksi otot secara eksentrik bisa menyebabkan tegangan rectus femoris. Selain itu, menurut situs Ortho Bullets, peregangan otot pasif atau aktivasi otot yang teregang bisa menyebabkan tegangan pada otot tersebut.

Selain itu, avulsi tulang AIIS proksimal juga bisa menyebabkan ketegangan rectus femoris. Kondisi ini umumnya terjadi di kalangan atlet remaja.

3. Gejala cedera rectus femoris

Cegat Benzema ke Qatar, Ini Fakta Cedera Rectus Femorisilustrasi cedera rectus femoris (emergency-live.com)

Berdasarkan anatominya, Ortho Bullets mencatat cedera rectus femoris bersifat akut jika terdeteksi di bagian paha jauh dari asal otot. Namun, jika cedera ini terdeteksi lebih dekat ke asal otot (ASIS atau AIIS), maka cedera berpotensi kronis.

Menurut Cleveland Clinic, gejala ketegangan otot bisa dibagi menjadi tiga kelas, dari ringan hingga parah. Beberapa gejala ketegangan rectus femoris, seperti:

1. Kelas 1 (ringan)

  • Rasa bak tertusuk-tusuk di paha.
  • Paha terasa kencang.
  • Sensasi tak nyaman saat berjalan atau berlari.

2. Kelas 2 (sedang)

  • Rasa sakit yang tajam saat berlari, melompat, atau menendang hingga harus berhenti berlatih atau bermain.
  • Rasa sakit timbul saat situs cedera ditekan.
  • Sulit berjalan.
  • Memar atau bengkak di situs cedera.
  • Pasien merasakan sakit saat meluruskan lutut dan tak bisa menekuk lutut sepenuhnya (120 derajat).

3. Kelas 3 (parah)

  • Rasa sakit dahsyat di paha bagian depan.
  • Pasien tak mampu berjalan tanpa tongkat bantu.
  • Pembengkakan besar di situs cedera dan memar (umumnya timbul dalam 24 jam).
  • Kontraksi otot menimbulkan rasa sakit hingga membentuk benjolan di daerah otot yang cedera.
  •  

Baca Juga: Karim Benzema Gagal Bela Prancis di Piala Dunia 2022

4. Diagnosis cedera rectus femoris

Cedera rectus femoris dapat dideteksi dengan mudah. Terapis bisa mendengarkan keluhan pasien mengenai situs dan kejadian yang menyebabkan cedera atau saat melakukan pengecekan cepat otot kuadrisep. Pengecekan ini bisa dilakukan dengan empat tes dasar, yaitu:

  • Observasi: Benjolan atau deformitas di situs cedera. Ekimosis bisa terjadi 24 jam setelah cedera.
  • Palpitasi di anterior paha: Mengecek panjang otot yang tercederai, area otot yang terasa paling empuk, dan merasakan deformitas di otot yang cedera. Sindrom kompartemen akut bisa terjadi bila terasa kekakuan di fasia yang menutupi kompartemen otot dan rasa sakit dahsyat.
  • Tes kekuatan: Dalam posisi duduk dan berbaring tengkurap, pasien mencoba meluruskan dan menaikkan lutut sambil ditahan. Dalam pengujian ini, pasien cenderung mengeluhkan rasa sakit.
  • Keempukan: Deformitas dan kekakuan di otot yang terasa oleh terapis bisa menentukan seberapa parah cedera sekaligus arah pengecekan dan perawatan.

Terapis juga bisa melakukan tes Duncan-Ely untuk memastikan cedera rectus femoris. Dengan pasien di posisi berbaring tengkurap, tes ini menguji apakah kedua tumit pasien bisa menyentuh bokong. Jika salah satu tumit tak bisa menyentuh bokong, maka bagian kaki tersebut positif mengalami cedera.

Cegat Benzema ke Qatar, Ini Fakta Cedera Rectus Femorisilustrasi MRI (pexels.com/MART PRODUCTION)

Jika keempat tes tersebut masih tidak meyakinkan, terapis bisa melakukan tes pemindaian terhadap pasien. Dengan begitu, lokasi dan jenis ketegangan rectus femoris bisa diketahui jelas.Beberapa tes pencitraan yang bisa dilakukan antara lain:

  • Radiografi: Untuk membedakan etiologi rasa sakit akibat cedera rectus femoris pasien, entah dari otot atau tulang. Selain itu, radiografi bisa membantu atlet remaja mendeteksi avulsi tulang AIIS proksimal.
  • USG: USG bisa memetakan otot untuk menemukan pendarahan dan formasi hematoma (dengan metode Doppler).
  • MRI: Untuk memberikan gambaran detail cedera rectus femoris. Namun, untuk menentukan apakah cedera hanya memar atau ketegangan otot, ini juga tergantung dari kesaksian pasien.

5. Pengobatan rectus femoris

Dalam tahap pengobatan, penggunaan pbat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bisa digunakan dengan izin terapis dan dokter. OAINS lebih baik digunakan saat periode inflamasi (2 sampai 3 hari setelah cedera).

Seperti cedera pada umumnya, Ortho Bullets juga menyarankan pasien untuk melakukan terapi RICE agar penyembuhan berlangsung optimal. RICE adalah:

  • Istirahat (Rest): Otot yang cedera diistirahatkan total selama 3–7 hari pertama setelah trauma.
  • Kompres es (Ice): Untuk menurunkan suhu intramuskuler dan mengurangi aliran darah ke otot yang cedera. Selain itu, kompres dingin juga bisa mengurangi risiko hematoma, inflamasi, dan nekrosis jaringan otot, sehingga mempercepat pemulihan.
  • Tekanan (Compression): Dibarengi elevasi (menaikkan otot yang cedera di atas jantung), ini bisa mengurangi aliran darah dan akumulasi cairan berlebih. Ini agar tak membentuk hematoma atau edema. Metode ini bisa dibarengi dengan kompres es 15–20 menit dengan jeda waktu 30–60 menit antara sesi.
  • Elevasi (Elevation): Menaikkan lutut yang cedera di atas jantung menurunkan tekanan hidrostatik, sehingga mencegah akumulasi cairan sehingga situs cedera tidak bengkak.

Umumnya, teknik RICE bisa membantu pemulihan cedera otot. Namun, jika terlihat hematoma intramuskuler besar, pasien mengalami gejala kelas 3, hingga rasa sakit kambuh hingga 6 bulan setelahnya, maka opsi bedah bisa ditempuh. Masa pemulihan pascaoperasi berlangsung 4–6 minggu.

6. Melatih otot rectus femoris setelah rehabilitasi

Jika otot terlihat pulih dari cedera, maka rectus femoris perlu dilatih. Menurut Physiopedia, ada dua jenis latihan yang ditujukan untuk melatih otot setelah pemulihan cedera, yaitu:

Peregangan:

  • Static quad stretch (minimal 3x sehari).
  • Hip flexor stretch (minimal 3x sehari, selama 20–30 detik).

Penguatan:

  • Latihan isometrik.
  • Straight leg raise.
  • Wall squat (3 set dengan menahan posisi sekitar 15–20 detik per hari).
  • Step up (2 set dengan 15–20 repetisi per hari).
  •  

Pencegahan rectus femoris

Cegat Benzema ke Qatar, Ini Fakta Cedera Rectus FemorisKarim Benzema terpaksa melewatkan Piala Dunia 2022 di Qatar karena cedera rectus femoris. (fff.fr)

Jika pasien sudah tak merasakan sakit, inflamasi mereda, serta kekuatan dan rentang gerak sudah kembali seperti semula, maka pasien bisa beraktivitas kembali. Tergantung keparahannya, perlu 2–6 minggu bagi pasien untuk bisa kembali beraktivitas.

Bukan tidak mungkin cedera kembali lagi karena rectus femoris adalah daerah rawan cedera di paha depan. Kabar baiknya, ini bisa dicegah dengan cara:

  • Pemanasan: Luangkan waktu 5–10 menit melakukan pemanasan untuk menaikkan suhu tubuh, meningkatkan sirkulasi darah ke otot dan tendon, serta meningkatkan detak jantung. Dengan begitu, otot dan tendon lebih mudah diregangkan.
  • Peregangan: Selain mencegah cedera, meregangkan otot meningkatkan dan memelihara fleksibilitas otot serta tendon. Saat meregangkan otot, tahan pose selama 20 detik. Perlu diingat, seiring usia, tendon akan kehilangan fleksibilitasnya, jadi jangan terlalu diforsir.
  • Kekuatan: Latihan kekuatan menjaga otot tetap kuat untuk menahan tekanan, berbeda dengan berlari atau bermain dalam permainan olahraga. Perlu diingat, seiring usia, kekuatan seseorang bisa terus menurun, sehingga jangan terlalu diforsir.
  • Latihan: Tambah intensitas latihan secara bertahap agar tak mudah cedera.
  • Alas kaki: Saat mengangkat beban atau berlatih, pakailah alas kaki yang sesuai dengan kondisi agar tekanan dan gaya tubuh bisa terdistribusi dengan baik.

Jika cedera otot kuadrisep terjadi saat kompetisi atau berlatih, perlu tindakan segera. Dalam 10 menit setelah cedera terjadi, usahakan lutut pasien ditekuk sepenuhnya. Ini untuk mencegah otot tegang dan mengurangi pendarahan serta risiko myositis ossificans (tulang tumbuh dalam otot).

Jangan sampai lutut dibiarkan lurus saat cedera rectus femoris terjadi. Jika lutut dibiarkan melurus setelah cedera, proses penyembuhan justru akan menjadi lebih lambat dan menyakitkan karena otot kuadrisep memulihkan diri tidak dalam posisi seharusnya.

Itulah beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai cedera rectus femoris, rintangan yang menggagalkan Benzema ikut ke Qatar timnas Prancis. Bagi para atlet, lebih baik cegah cedera ini, dari pemanasan hingga memperhatikan alas kaki, sehingga performa bisa tetap prima.

Baca Juga: Prancis Tak Ganti Benzema dengan Pemain Lain

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya