Makan Sayur Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca? Ini Faktanya

Daging berkontribusi pada global warming?

Siapa sangka proses produksi, pengolahan, dan pengemasan makanan ternyata berkontribusi pada kerusakan lingkungan? Menurut data Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Maret 2021, proses tersebut berkontribusi pada lebih dari sepertiga (30 persen) emisi gas rumah kaca global.

Makanan seperti apa? Sayangnya, penelitian terdahulu tidak menjelaskan secara detail. Nah, sebuah studi terbaru di Inggris mengungkapkan jenis makanan yang dapat berkontribusi pada kerusakan lingkungan. Mari simak ulasan penelitiannya berikut ini.

1. Studi melibatkan lebih dari 3.000 jenis makanan

Makan Sayur Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca? Ini Faktanyailustrasi makan-makan (unsplash.com/alexhaney)

Dimuat dalam jurnal PLOS One pada 23 November 2021, para peneliti Inggris menyertakan lebih dari 3.000 jenis makanan. Dalam penelitian ini, para peneliti menambahkan emisi gas rumah kaca dari makanan-makanan tersebut ke U.K Composition of Foods Integrated Dataset.

Para peneliti Inggris menciptakan prakiraan emisi gas rumah kaca pada makanan-makanan tersebut. Emisi ini terlihat dari pola diet, demografi, dan standar asupan nutrisi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO). Menurut para peneliti, gas rumah kaca adalah mata rantai yang dengan koneksi terkuat antara kesehatan dan kesejahteraan lingkungan.

Selain lebih dari 3.000 jenis makanan, penelitian bertajuk "Variations in greenhouse gas emissions of individual diets" ini merekrut 212 partisipan. Para peneliti memantau para partisipan dengan menggunakan jurnal diet daring, myfood24 buatan Nutritools, dan wawancara.

2. Hasil: produk daging paling banyak mengeluarkan emisi gas rumah kaca

Makan Sayur Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca? Ini Faktanyailustrasi daging merah (pixabay.com/tomwieden)

Ternyata, daging menjadi produk makanan yang paling berkontribusi pada kerusakan lingkungan. Menurut analisis para peneliti Inggris, produk daging berkontribusi pada 32 persen total diet yang berkaitan dengan emisi gas rumah kaca.

Selain daging, minuman seperti kopi, teh, dan minuman beralkohol berkontribusi 15 persen pada emisi gas rumah kaca. Sementara produk susu berkontribusi 14 persen, produk manisan seperti kue dan permen berperan menambah 8 persen emisi gas rumah kaca.

Lalu, studi ini menemukan bahwa pola makan laki-laki berkontribusi 41 persen pada kenaikan emisi gas rumah kaca, dibanding pola makan perempuan. Kenapa begitu? Kemungkinan besar, asupan daging dan minuman laki-laki jauh lebih besar.

Baca Juga: Apakah Benar Makanan Organik Lebih Sehat? Ini Faktanya

3. Diet vegetarian lebih ramah lingkungan

Makan Sayur Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca? Ini Faktanyailustrasi diet vegetarian (medicalnewstoday.com)

Selain itu, para peneliti menemukan bahwa diet sarat daging berkontribusi pada 59 persen emisi gas rumah kaca yang lebih tinggi, dibanding pola makan vegetarian.

Penelitian ini menemukan juga bahwa partisipan yang yang standar asupan lemak jenuh dan garamnya tinggi tetapi kurang karbohidrat ternyata mengonsumsi lebih banyak makanan yang menyebabkan emisi gas rumah kaca tinggi.

Pola makan yang masuk ke standar asupan nutrisi yang direkomendasikan WHO, seperti rendah lemak jenuh dan garam, mengonsumsi lebih sedikit daging sehingga emisi gas rumah kaca jadi lebih rendah.

4. Kekurangan studi tersebut

Makan Sayur Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca? Ini Faktanyailustrasi makan-makan (unsplash.com/Lee Myungseong)

Para peneliti Inggris mengetahui beberapa kekurangan pada studi tersebut. Pertama adalah sampel yang minim. Penelitian ini hanya melibatkan 212 partisipan yang melaporkan konsumsi makanan maksimal dalam kurun waktu 3 hari.

Kedua, penelitian ini hanya mengukur emisi gas rumah kaca, tetapi mengesampingkan dampak lingkungan lainnya. Sebagai contoh, sementara konsumsi kacang dan minyak zaitun rendah emisi gas rumah kaca, konsumsi air yang tinggi justru menghasilkan efek sebaliknya.

5. Faktor lain selain makanan

Makan Sayur Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca? Ini Faktanyailustrasi toko daging (unsplash.com/tommao wang)

Dilansir Medical News Today, dalam penelitian ini, makanan memang menjadi biang kerok dari emisi gas rumah kaca. Akan tetapi, sebenarnya, ada beberapa faktor lain yang juga berperan.

Salah satunya adalah perilaku konsumen, dari makanan yang dikonsumsi hingga makanan yang dibuang. Permasalahan utama adalah masih banyak orang yang belum tahu bahwa makanan bisa menyebabkan kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, edukasi masyarakat, pedoman diet, dan koreksi label makanan amat diperlukan.

Makan Sayur Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca? Ini Faktanyailustrasi belanja bahan makanan di pasar swalayan (hellomagazine.com)

Sebelum menyimpulkan bahwa makanan atau minuman tertentu dapat merusak lingkungan, fakta bahwa makanan dan dampaknya pada lingkungan tidak semudah itu untuk dimengerti.

Untuk mengerti bagaimana proses produksi makanan bisa merusak lingkungan, perlu analisis hal-hal lainnya seperti penggunaan lahan, pembuatan kemasan, jarak antara produsen dan konsumen, dan lain-lainnya.

Penelitian ini memang menyingkap wawasan bahwa produksi dan konsumsi makanan ternyata memengaruhi lingkungan. Namun, butuh lebih banyak penelitian untuk lebih membuktikan hubungan antara keduanya.

Baca Juga: Olahraga saat Kualitas Udara Buruk Picu Penyakit Kardiovaskular

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya