Oralit Bikin Kita Lebih Kuat saat Puasa? Ini Tanggapan IDI

Hati-hati dengan garam dan gulanya

Walaupun Ramadan adalah bulan yang ditunggu-tunggu, tetapi nyatanya puasa Ramadan bisa terasa sangat menantang. Karena harus belasan jam menahan haus dan lapar, tidak sedikit yang mencari trik agar bisa lebih kuat puasa.

Salah satu trik yang beberapa waktu belakangan ramai dibahas adalah minum oralit. Oralit yang biasa dikaitkan dengan diare ini diklaim ampuh saat diminum saat sahur dan berbuka puasa. Apa benar seampuh itu?

"Kebenaran informasi adalah hal yang penting. Kita menginformasikan orang lain tetapi tanpa tahu kebenarannya, ini yang menjadi kekhawatiran kita ... Dengan menyadur terlebih dulu, kita bisa mengedukasi masyarakat dengan benar," ucap Sekjen PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr. Ulul Albab, SpOG.

Segala sesuatu untuk peruntukannya

Dalam sesi webinar bersama IDI, ahli gizi masyarakat sekaligus edukator kesehatan IDI, Dr. dr. Tan Shot Yen, M. Hum, memaparkan bahwa penggunaan segala sesuatu harus sesuai dengan peruntukannya. Hal ini pun berlaku untuk oralit yang sebenarnya ditujukan untuk kasus dehidrasi akut, seperti diare dan muntaber.

"Pada orang berpuasa, dehidrasinya berbeda, tidak akut," tutur Dr. Tan.

Oralit terdiri dari berbagai komposisi, terutama natrium klorida dan gula. Menurut Dr. Yen, oralit tidak seharusnya diminum oleh orang sehat karena sudah didesain dan diatur komposisinya untuk dehidrasi akut. Ini berbeda dengan orang puasa yang hausnya datang secara "bertahap".

"Kalau orang sehat, pastinya tidak minum oralit karena kelebihan gula dan garam," imbuhnya.

Sunah rasul adalah berbuka dengan air putih dan kurma

Oralit Bikin Kita Lebih Kuat saat Puasa? Ini Tanggapan IDIIlustrasi kurma (pexels.com/Naim Benjelloun)

Dokter Tan menekankan bahwa kebutuhan manusia tidak bisa dikecilkan atau dipenuhi dengan oralit, terlebih saat sedang berpuasa. Ia menyoroti kebiasaan iftar atau buka bareng (bukber).

"Kita butuh makan ... Bukan dengan oralit, kan? Jadi, alangkah baiknya perayaan keagamaan ini ... [diikuti] dengan cara-cara terbaik yang disunahkan," papar Dr. Tan.

Berbicara mengenai sunah, Dr. Tan mengutip bahwa salah satu sunah yang diturunkan oleh Nabi Muhammad SAW mengenai makanan dan minuman berpuasa cukup simpel. Dalam hadis At-Tarmizi, Nabi Muhammad SAW dikatakan berbuka puasa dengan kurma. Jika tidak ada, maka air putih, karena suci.

"Air adalah rehidrator paling utama, karena disunahkan oleh Nabi. Air membuat tubuh menyerap dengan baik. Usahakan untuk berbuka puasa menyertakan air," kata Dr. Tan.

Menurutnya, hal ini karena tanah Timur Tengah di mana kurma adalah salah satu buah yang umum ditemukan. Hal ini berbeda dengan Indonesia yang memiliki kekayaan alam melimpah ruah sehingga banyak opsi yang bisa ditempuh.

Baca Juga: Oralit Bisa Bantu Tahan Haus saat Puasa, Apakah Aman?

Isi Piringku tetap jadi solusi saat Sahur dan berbuka puasa

Oralit Bikin Kita Lebih Kuat saat Puasa? Ini Tanggapan IDIinfografis pola makan sehat Isi Piringku (IDN Times/Aditya Pratama)

Puasa adalah ibadah yang dimuliakan oleh umat Islam di seluruh dunia, dan ibadah ini memiliki aturan makan dan minum, yaitu sahur sebelum imsak dan berbuka puasa. Dokter Tan mengatakan bahwa sahur seharusnya diisi dengan menu lengkap, bukan hanya dengan oralit.

Mengenai menu lengkap tersebut, Dr. Tan kembali mengacu ke pedoman Isi Piringku yang telah diatur oleh Kementerian Kesehatan. Memenuhi kebutuhan gizi seimbang untuk menjalani ibadah puasa, Isi Piringku terdiri dari:

  • Sumber kabohidrat dengan porsi 2/3 dari 1/2 piring.
  • Lauk pauk dengan porsi 1/3 dari 1/2 piring.
  • Sayur-sayuran dengan porsi 2/3 dari 1/2 piring
  • Buah-buahan dengan porsi 1/3 dari 1/2 piring.

Lalu, bagaimana dengan berbuka puasa? Mengikuti sunah rasul, Dr. Tan menyarankan untuk berbuka puasa dengan air putih terlebih dulu untuk rehidrasi dan memulai proses pencernaan dengan makanan ringan (seperti kurma). Setelahnya, baru bisa mulai mengonsumsi makanan/minuman bergizi seimbang (sesuai Isi Piringku).

"Setelah salat magrib, baru makan apa adanya, bukan berarti 'makan besar'," ucap Dr. Tan.

Jangan berlebihan

Selain tidak ada studi berbasis buktinya, Dr. Tan mengatakan bahwa seharusnya oralit tidak dikonsumsi saat situasi tubuh normal. Ini karena ada risiko kelebihan gula (hiperglikemia) dan garam (hipernatremia) jika konsumsi oralit berlebihan, terutama untuk mereka yang memiliki komorbiditas, seperti pasien diabetes.

"Ada tambahan bobot [gula] ... Hipernatremia bikin jadi lebih mudah haus dan beban untuk ginjal hingga merasa mual ... Puasa malah jadi tidak nyaman," tutur Dr. Tan.

Hipernatremia membuat lebih cepat haus karena sifat natrium yang menarik cairan. Selain itu, natrium membuat beban kerja ginjal bertambah sehingga pemekatannya memicu rasa mual. Di samping itu, kelebihan gula bisa menambah kadar gula dalam darah, kondisi yang berbahaya untuk pasien pradiabetes dan diabetes.

Oralit Bikin Kita Lebih Kuat saat Puasa? Ini Tanggapan IDIilustrasi buka puasa (pexels.com/Monstera)

Selain itu, tren memborong oralit ini menjadi masalah sosial tersendiri. Berkilas balik ke tren hoarding saat awal pandemi COVID-19, semua orang memburu apa yang dipromosikan (oleh figur publik dan tokoh kesehatan). Dokter Tan memperingatkan ini justru bisa merugikan pasien dehidrasi akut yang benar-benar butuh oralit.

Menurutnya, Isi Piringku sudah memenuhi kebutuhan gizi, termasuk gula dan garam, sehingga tak perlu lagi mencari oralit sebagai gantinya. Selain itu, Dr. Tan menekankan bahwa air putih lebih ampuh melegakan dahaga setelah puasa dibanding minuman berperisa.

"Sesuatu yang cukup lebih baik dibanding berlebihan," pungkas Dr. Tan.

Baca Juga: Heboh Oralit Jadi Doping saat Puasa, Kemenkes Ingatkan Bahayanya

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya