Orang yang Optimistis Hidup Lebih Lama? Ini Studinya!

Yuk, hilangkan pesimisme dalam dirimu!

Hidup kadang naik kadang turun, tak ada yang bisa memperkirakan apa yang terjadi selanjutnya. Saat masalah menerpa, kita hanya bisa menunjukkan dua respons: optimistis akan masa depan atau pesimistis dan menyerah pada keadaan.

Saran bijaknya adalah untuk tetap optimistis. Mengapa? Selain bisa menjadi pribadi yang lebih baik, penelitian terbaru menunjukkan bahwa sikap optimistis justru membuat panjang umur. Yuk, simak fakta selengkapnya berikut ini!

1. Libatkan ratusan ribu perempuan lansia

Orang yang Optimistis Hidup Lebih Lama? Ini Studinya!ilustrasi lansia membaca buku (pexels.com/cottonbro)

Sebenarnya, penelitian mengenai optimisme dan angka harapan hidup sudah sering dilakukan. Namun, penelitian mengenai hubungan tersebut dalam kelompok ras dan etnis minoritas masih minim.

Dimuat dalam jurnal Journal of the American Geriatrics Society pada Juni 2022, para peneliti Amerika Serikat (AS) mencari tahu hubungan antara optimisme dan panjang usia pada kelompok etnis dan ras lain. Para peneliti dari Harvard T.H. Chan School of Public Health juga meneliti gaya hidup sehat sebagai faktor lainnya.

Penelitian ini melibatkan 159.255 perempuan AS berusia pasca menopause yang termasuk dalam Women's Health Initiative. Para partisipan berusia 50–79 tahun saat mendaftar pada tahun 1993–1998, dan mereka dipantau selama 26 tahun. Dari segi persentase, para partisipan terbagi menjadi:

  • Sebanyak 83 persen partisipan berkulit putih.
  • Sebanyak 9 persen Afrika-Amerika.
  • Sebanyak 4 persen Hispanik.
  • Sebanyak 3 persen Asia.
  • Kurang dari 1 persen etnis Indian Amerika atau suku asli Alaska.

2. Optimisme bikin panjang umur

Selama 26 tahun masa pemantauan tersebut, para peneliti mencatat bahwa sebanyak 64.301 (40,3 persen) dari total partisipan telah meninggal dunia. Para peneliti juga mempertimbangkan faktor lain seperti usia, pendidikan, status perkawinan, pendapatan tahunan, hingga kesehatan mental yang mampu memengaruhi angka harapan hidup.

Setelah disesuaikan dengan faktor lainnya, para peneliti mencatat bahwa 25 persen partisipan yang termasuk paling optimistis hidup 4,4 tahun lebih lama dibanding mereka yang 25 persen paling pesimistis.

"Meski optimisme bisa dipengaruhi oleh faktor struktur sosial, seperti ras dan etnis, penelitian kami menemukan bahwa manfaat optimisme tetap nyata di kelompok yang beragam," ujar pemimpin studi, Hayami K. Koga.

Lalu, para peneliti juga meneliti lebih lanjut 55.885 partisipan lansia. Dari angka tersebut, sebanyak 29.703 partisipan (53 persen) hidup melewati usia 90 tahun, dan optimisme adalah faktor utama di baliknya. Para peneliti mencatat bahwa optimisme meningkatkan potensi usia lebih dari 90 tahun hingga 10 persen.

Baca Juga: Gaya Hidup Minimalis Bikin Bahagia? Ini Faktanya!

3. Tidak ada hubungannya dengan faktor ras

Orang yang Optimistis Hidup Lebih Lama? Ini Studinya!ilustrasi lansia (unsplash.com/Nick Karvounis)

Menariknya, para peneliti tidak menemukan hubungan apa pun antara optimisme dan ras atau etnis. Hal ini diperkuat setelah mempertimbangkan demografi, kondisi kesehatan kronis, dan faktor gangguan mental (seperti depresi).

Selain itu, para peneliti juga mencatat bahwa faktor gaya hidup sehat (kualitas pola makan, aktivitas fisik, indeks massa tubuh, konsumsi rokok, dan konsumsi alkohol) hanya sedikit memengaruhi hubungan tersebut. Meski begitu, para peneliti mengatakan bahwa faktor ini bisa memengaruhi optimisme individu.

4. Bukti dari studi sebelumnya

Dilansir WebMD, studi ini bisa dipertimbangkan sebagai bukti dari studi sebelumnya mengenai optimisme dan angka harapan hidup. Peneliti dari Australia yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, Danijela Gasevic, memuji penelitian tersebut.

Meski begitu, Gasevic menyayangkan bahwa penelitian ini hanya merekrut perempuan, sehingga efeknya pada laki-laki lansia dipertanyakan. Selain itu, hasil penelitian ini bisa menggiring pembaca untuk meremehkan pentingnya menjaga gaya hidup sehat yang juga penting untuk angka harapan hidup.

"Walaupun begitu, studi ini adalah batu loncatan untuk menjelaskan kesenjangan ras dan etnis pada hubungan optimisme dan panjang usia di antara lansia serta kontribusi faktor gaya hidup dalam hubungan tersebut," ujar Gasevic.

Sebelumnya, Gasevic juga melaksanakan studi yang melibatkan hampir 12.000 orang, mengenai optimisme dan risiko kematian, yang diterbitkan dalam jurnal Psychosomatic Medicine pada Oktober 2021 silam. Hasilnya, optimisme tinggi berhubungan dengan kemampuan coping lebih tinggi di tengah stres dan masalah hidup.

5. Harus lebih berfokus pada sikap positif

Orang yang Optimistis Hidup Lebih Lama? Ini Studinya!ilustrasi lansia sehat (freepik.com/karlyukav)

Koga mengatakan bahwa studi ini bisa mengubah cara pandang manusia mengenai apa yang bisa memengaruhi kesehatan dan angka harapan hidupnya. Pada dasarnya, Koga menyayangkan bahwa manusia terus berfokus pada faktor risiko negatif terhadap kesehatan.

"Juga penting untuk berpikir mengenai faktor positif, seperti optimisme, yang bisa bermanfaat untuk kesehatan kita, terutama bila kita tahu bahwa manfaat ini tak memandang kelompok ras dan etnis berbeda," ujar Koga.

Selain itu, Koga juga menyarankan penelitian selanjutnya untuk menguji apakah optimisme juga bisa meningkatkan kesehatan sehingga usia jadi lebih panjang.

Berita baiknya, dibanding genetik atau riwayat keluarga, optimisme adalah faktor yang bisa kita biasakan sendiri. Jadi, kesimpulan dari penelitian ini adalah saran bagi kita untuk tetap optimistis sebaik mungkin!

Baca Juga: Inilah Manfaat Memaafkan dan Pengampunan, Gak Rugi!

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya