Studi: Rutin Latihan Otot Turunkan Risiko Kematian

Ayo, angkat bebannya sekarang juga!

Olahraga adalah salah satu kunci utama hidup sehat. Tidak berlebihan apalagi kekurangan, durasi yang direkomendasikan adalah olahraga intensitas sedang (150–300 menit per minggu) dan olahraga intensitas berat (75–150 menit per minggu).

Namun, sayangnya masih banyak orang yang tidak mengikuti rekomendasi tersebut. Di sisi lain, penelitian mengenai manfaat olahraga untuk kehidupan juga masih minim. Nah, penelitian terbaru mengungkapkan kalau olahraga membentuk otot bisa bikin panjang umur! Benarkah?

1. Libatkan hampir 500.000 partisipan

Dimuat dalam British Journal of Sports Medicine pada Februari 2022 kemarin, para peneliti Jepang ingin mengetahui bagaimana latihan otot (yang juga dikombinasikan dengan latihan aerobik) bisa mengurangi risiko penyakit pada kelompok dewasa.

Untuk itu, para peneliti Jepang meneliti 16 studi relevan pada periode 2012–2020, mayoritas studi berasal dari Amerika Serikat (AS), Inggris, Skotlandia, Australia, dan Jepang. Setelah dihitung, partisipan berjumlah 479.856 dengan usia 18 sampai 98 tahun, dan dipantau rata-rata selama 25 tahun.

"Semua studi ini fokus pada latihan otot seperti latihan angkat beban dan kalistenik, tetapi tidak pada aktivitas penguat otot seperti mengangkat barang berat atau berkebun," tulis para peneliti Jepang.

Baca Juga: 5 Gerakan Olahraga Simpel di Rumah, Kuatkan Sistem Imun

Studi: Rutin Latihan Otot Turunkan Risiko Kematianilustrasi perempuan latihan otot dengan mengangkat beban (pixabay.com/FabianoAdvertising)

2. Hasil: olahraga otot menurunkan risiko kematian akibat penyakit terminal

Setelah meneliti data dari 16 studi tersebut, para peneliti Jepang menemukan bahwa aktivitas untuk menguatkan otot dapat mengurangi risiko:

  • Kematian (15 persen sampai 40 persen bila dikombinasikan dengan aktivitas aerobik).
  • Penyakit kardiovaskular (17 persen sampai 46 persen bila dikombinasikan dengan aktivitas aerobik).
  • Kanker (12 persen sampai 28 persen bila dikombinasikan dengan aktivitas aerobik).
  • Diabetes (17 persen).

Dengan durasi olahraga 30–60 menit per minggu, risiko berkurang maksimal 10–20 persen. Namun, jika olahraga dilakukan lebih dari 60 menit per minggu, para peneliti tidak menemukan adanya hasil yang signifikan.

Sementara para peneliti melihat ada pengurangan risiko kanker paru-paru sebesar 10 persen, hasil serupa tak ditemukan pada kanker lain, seperti kanker usus besar, ginjal, kantung kemih, dan pankreas.

Studi: Rutin Latihan Otot Turunkan Risiko Kematianilustrasi olahraga angkat beban (pexels.com/Karolina Grabowska)

3. Kekurangan studi tersebut

Para peneliti Jepang mencatat bahwa studi mereka menghitung asosiasi antara aktivitas penguat otot dan manfaat kesehatannya. Selain itu, studi ini adalah yang pertama untuk menilai asosiasi longitudinal antara aktivitas penguat otot dan risiko diabetes.

Namun, ada kekurangan yang dipaparkan oleh para peneliti. Selain jumlah studi yang minim, mayoritas studi yang berasal dari AS kemungkinan besar berbeda hasilnya saat dilakukan di kawasan Asia. Terakhir, karena beberapa studi berbasis observasi, ada beberapa faktor terselubung yang bisa memengaruhi hasil.

"Akan tetapi, temuan kami harus ditafsirkan dengan hati-hati karena jumlah studi masih minim dan kami tak bisa meneliti frekuensi aktivitas penguat otot. Studi skala besar dibutuhkan untuk melihat manfaat kesehatan aktivitas penguat otot intensitas berat," tulis para peneliti.

Baca Juga: Dijamin Six Pack! Ini 7 Latihan untuk Otot Perut di Rumah 

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya