Mengenal Terapi Naratif, Metode Melepaskan ‘Label’ Buruk dalam Diri 

Apa benar kamu pemalas atau pembawa sial? 

Pernah gak kamu melabeli diri sendiri sesuai dengan penilaian yang diberikan orang lain, atau bahkan keluarga terdekat? Misalnya karena suatu kejadian, kita disebut sebagai pemalas, pembawa sial, atau lemah. Lalu kita menganggap atau melabeli diri kita dengan sebutan tersebut.

‘saya adalah anak yang malas’.

‘saya adalah pembawa sial’, atau

‘saya adalah orang yang lemah’.

Kemudian kita tumbuh dan membawa cerita atau label tersebut dalam hidup, menjadikannya sebagai cerita dominan yang kita miliki. Di mana pada gilirannnya, ini dapat memengaruhi cara kita melihat diri sendiri, berinteraksi, berperilaku, bahkan mengambil keputusan yang sehat.

Fenomena ini mungkin seringkali kita jumpai dalam kehidupan. Padahal memisahkan diri sendiri dengan masalah adalah sangat penting.

Dalam psikologi, dikenal sebuah terapi pemberdayaan diri untuk memisahkan antara diri sendiri dan masalah atau labelling yang tidak diinginkan, yang disebut terapi naratif. Ini merupakan sebuah pandangan yang merangkul keberadaan seseorang melalui cerita naratif.

Seperti apa terapi naratif bekerja? Berikut ulasannya!

1. Definisi dan asal-usul terapi naratif  

Mengenal Terapi Naratif, Metode Melepaskan ‘Label’ Buruk dalam Diri Ilustrasi terapi naratif (unsplash.com/Santi Vedri)

Melansir laman Psychology Today, terapi naratif merupakan suatu bentuk konseling yang memandang orang sebagai sesuatu yang terpisah dari masalahnya. Ini bertujuan untuk ‘merangkul’ orang dan menjadikannya ahli dalam kehidupan mereka sendiri.

Terapi ini dikembangkan pada tahun 1980-an melalui tulisan Michael White dan David Epston, yaitu terapis yang berbasis di Selandia Baru. Dimana terapi ini menawarkan efek pemberdayaan dan konseling yang bersifat tidak menyalahkan dan nonpatologis.

Ini adalah metode yang diarahkan untuk membimbing klien menuju penyembuhan dan pengembangan pribadi dengan menuliskan ulang kisah hidup mereka untuk masa depannya yang mencerminkan siapa mereka, apa yang mereka mampu, apa tujuan hidupnya - yang terpisah dari masalah yang dilabelkan pada dirinya.

2. Terapi naratif dikembangan dengan tiga komponen, yaitu rasa hormat, tidak menyalahkan, dan menjadikan klien sebagai ahli 

Mengenal Terapi Naratif, Metode Melepaskan ‘Label’ Buruk dalam Diri Ilustrasi terapi naratif tidak menyalahkan (pexels.com/Alex Green)

Dalam terapi naratif, hubungan terapis dan klien dibangun berdasarkan beberapa komponen, yaitu:

  • Rasa hormat : terapi ini menghormati setiap individu yang terlibat dengan tidak memperlakukan klien sebagai individu yang kekurangan atau cacat dengan cara apa pun. Terapi ini juga mendukung keberanian yang dimiliki untuk maju dan mengatasi tantangan pribadinya
  • Tidak menyalahkan : Dalam terapi naratif, dikenal istilah ‘tidak ada gunanya menyalahkan apa pun atau siapa pun’. Jadi, terapi ini mendorong klien untuk tidak pernah menyalahkan diri sendiri maupun orang lain atas masalahnya. Fokus ditujukan pada pola pikir atau perilaku yang ingin diubah
  • Klien sebagai ahli : Terapis naratif tidak dipandang sebagai pemberi nasehat, melainkan sebagai mitra kolaboratif yang membantu klien tumbuh dan sembuh. Hanya klien yang mengenali diri mereka sendiri dan memiliki pengetahuan untuk mengubah perilaku dan mengatasi masalahnya

3. Konsep utama terapi naratif 

Mengenal Terapi Naratif, Metode Melepaskan ‘Label’ Buruk dalam Diri Ilustrasi seseorang yang akan menulis cerita (unsplash.com/Thought Catalog)

Dalam terapi naratif, peristiwa yang terjadi dalam kehidupan dipandang sebagai cerita. Dari kisah ini, terdapat beberapa cerita penting dan dominan yang seringkali bersumber dari peristiwa negatif, yang diyakini dapat memengaruhi pikiran kita dan membentuk identitas diri.

‘Apa ceritamu?’

Itulah pertanyaan yang sering kali dimanfaatkan dalam terapi naratif. Terapi ini menggunakan cerita naratif untuk membantu seseorang memahami dirinya sendiri.

Melalui cerita, kita memberi tahu orang lain, terhubung melalui pengalaman bersama, mengatur pikiran kita, menemukan makna dan tujuan, serta membangun identitas kita di dunia.

Baca Juga: 5 Fakta Terapi Musik, Dijalani oleh Para Member SHINee

4. Teknik yang digunakan dalam terapi naratif 

Mengenal Terapi Naratif, Metode Melepaskan ‘Label’ Buruk dalam Diri Ilustrasi menulis narasi (pexels.com/Todoran Bogdan)

Terdapat beberapa keterampilan yang digunakan untuk memecahkan masalah melalui terapi naratif, meliputi:

  • Menyusun narasi : terapis akan membantu klien untuk menemukan suaranya dan menceritakan kisah mereka. Klien mengeksplorasi pengalamannya dengan bahasanya sendiri yang akan membantunya menemukan makna, penyembuhan, membangun kembali identitas
  • Eksternalisasi :  teknik ini akan menuntun klien melihat masalah sebagai eksternal, bukan sebagai bagian dari diri mereka yang tidak dapat diubah (internal). Satu langkah pertama yaitu membuat klien tidak mementingkan label yang diberikan pada dirinya
  • Dekonstruksi : teknik ini membantu klien mendapatkan kejelasan dalam cerita mereka. Ini mengacu pada penyederhanaan masalah menjadi lebih spesifik dan menemukan inti masalahnya
  • Hasil unik : teknik hasil yang unik berfokus pada alur cerita atau alur cerita yang berbeda dari sumber masalah. Ini seperti menghindari masalah, tetapi sebenarnya untuk menata ulang masalahnya. Karena apa yang tampak seperti masalah, terkadang menjadi sisi tidak penting sama sekali
  • Eksistensialisme : kepercayaan bahwa dunia tidak memiliki makna, dan kita harus menciptakan makna kita sendiri dalam hidup

5. Informasi yang umum dipelajari dalam terapi naratif 

Mengenal Terapi Naratif, Metode Melepaskan ‘Label’ Buruk dalam Diri Ilustrasi konseling (unsplash.com/Christina @ wocintechchat.com)

Terapi naratif merupakan terapi yang dilakukan melalui dialog antara terapis dan klien. Beberapa hal yang umumnya dicari tahu atau dipelajari dari klien, berupa:

  • Pelabelan  atau penamaan yang menjadi masalah
  • Pemetakan efek masalah dalam domain kehidupan, seperti rumah, sekolah, kantor, hubungan, dan lain-lain
  • Evaluasi efek masalah di domain tersebut
  • Nilai yang muncul saat memikirkan mengapa efek tersebut tidak diinginkan

Itulah beberapa hal yang perlu kamu ketahui tentang terapi naratif. Kamu bisa mengunjungi ahli kesehatan mental berlisensi atau terapis yang memiliki pelatihan tambahan dalam terapi naratif jika ingin melakukan konseling ini. Selain kredibilitas, pastikan kamu juga mendapatkan ruang konseling yang aman dan nyaman, ya!

Baca Juga: 5 Fakta Menarik Psikodrama, Teknik Terapi Mental di K-Drama 'Fix You'

Dwi wahyu intani Photo Verified Writer Dwi wahyu intani

@intanio99

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Agustin Fatimah

Berita Terkini Lainnya