5 Jenis Gangguan Perkembangan pada Anak dan Cara Mengatasinya

Bisa berdampak hingga anak tumbuh dewasa

Perkembangan setiap anak berbeda-beda. Ada anak yang perkembangannya lebih cepat dari teman sebayanya, ada yang perkembangannya lebih lambat. Nah, jika anak mengalami keterlambatan dalam perkembangannya, bisa jadi ia mengalami gangguan perkembangan.

Setiap kondisi yang memengaruhi perkembangan pada masa kanak-kanak dan berlanjut hingga dewasa bisa diklasifikasikan sebagai gangguan perkembangan masa kanak-kanak. Ini merupakan kondisi fisik atau otak yang memengaruhi kemajuan anak ketika mereka tumbuh dan mengembangkan keterampilan hidup yang dibutuhkan. 

Ada banyak jenis keterlambatan perkembangan pada bayi dan anak kecil. Ini mencakup bahasa atau ucapan, penglihatan, gerakan (keterampilan motorik), keterampilan sosial dan emosional, dan berpikir (keterampilan kognitif). Kadang, keterlambatan yang signifikan terjadi pada dua atau lebih area ini. Saat ini terjadi, maka disebut keterlambatan perkembangan global. Ini mengacu pada bayi dan anak prasekolah hingga usia 5 tahun, yang menunjukkan keterlambatan yang berlangsung setidaknya 6 bulan, mengutip WebMD. 

Jika keterlambatan perkembangan biasanya berlangsung sementara, ini berbeda dengan kecacatan perkembangan, yang biasanya berlangsung seumur hidup. Cerebral palsy dan gangguan spektrum autisme merupakan contoh kecacatan perkembangan yang berlangsung seumur hidup. 

Gangguan perkembangan bisa terjadi kapan saja sepanjang masa kanak-kanak, dan bertahan selama sisa hidup. Sebagian besar masalah perkembangan dimulai sebelum bayi lahir, tetapi beberapa kasus bisa terjadi setelah anak dilahirkan akibat cedera, infeksi, atau keadaan lainnya.

Sebagian besar gangguan perkembangan didiagnosis ketika anak mencapai usia sekolah, saat orang tua atau guru memperhatikan bahwa anak tersebut tertinggal dari teman sebayanya. Sebagian besar gangguan perkembangan didiagnosis pada usia di bawah 9 tahun. 

Dirangkum dari berbagai sumber, berikut lima jenis gangguan perkembangan anak yang perlu orang tua ketahui.

1. Keterlambatan perkembangan bahasa atau bicara (speech delay)

5 Jenis Gangguan Perkembangan pada Anak dan Cara Mengatasinyailustrasi anak menjalani terapi wicara (freepik.com/freepik)

Menurut National Institute on Deafness and Other Communication Disorders, waktu paling aktif untuk belajar bicara dan bahasa adalah 3 tahun pertama kehidupan, ketika otak berkembang dan menjadi dewasa. Proses pembelajaran bahasa dimulai saat bayi mengomunikasikan rasa laparnya dengan menangis.

Pada usia 6 bulan, sebagian besar bayi bisa mengenali bunyi bahasa dasar. Sementara pada usia 12 hingga 15 bulan, bayi seharusnya sudah mampu mengucapkan dua atau tiga kata sederhana, meski tidak jelas. Sebagian besar balita bisa mengucapkan beberapa kata ketika berusia 18 bulan. Saat berusia 3 tahun, kebanyakan anak bisa berbicara kalimat singkat.

Namun, jika anak belum bisa mencapai kemampuan-kemampuan sesuai dengan usianya, bisa jadi ia mengalami keterlambatan perkembangan bahasa atau bicara. Ini merupakan jenis keterlambatan perkembangan yang paling umum. Namun, keterlambatan bahasa dan bicara tidak sama.

Dilansir Healthline, keterlambatan bicara terjadi saat anak-anak tidak mengucapkan kata-kata sebanyak yang diharapkan untuk usia mereka. Sementara itu, keterlambatan bahasa terjadi saat anak kesulitan untuk memahami apa yang dikatakan orang lain atau tidak bisa mengungkapkan pikirannya. Bahasa termasuk bicara, memberi isyarat, menandatangani, dan menulis.

Masalah bicara dan bahasa berbeda, tetapi sering kali tumpang tindih, sehingga awal cukup sulit untuk membedakannya. Namun, ada perbedaan penting antara keduanya, yaitu:

  • Berbicara merupakan tindakan fisik untuk menghasilkan suara dan mengucapkan kata-kata. Seorang anak dengan keterlambatan bicara sering kali sulit dimengerti. Meskipun mereka mungkin menggunakan kata-kata dan frasa untuk mengekspresikan ide-ide mereka, tetapi mereka sering kesulitan untuk membentuk bunyi yang benar.
  • Sebaliknya, anak dengan keterlambatan bahasa bisa membuat suara yang benar dan mengucapkan beberapa kata, tetapi tidak bisa membentuk frasa atau kalimat yang masuk akal.

Sementara beberapa anak mengalami keterlambatan bahasa atau keterlambatan bicara, beberapa anak lainnya memiliki keduanya. Membedakan keduanya penting karena bisa memberi petunjuk tentang pengobatan yang benar.

Berikut ini beberapa kemungkinan penyebab anak mengalami keterlambatan bahasa dan bicara atau speech delay:

  • Paparan lebih dari satu bahasa, yang bisa mengakibatkan keterlambatan ringan pada balita, tetapi tidak terlambat ketika mereka mencapai usia sekolah.
  • Ketidakmampuan belajar.
  • Pelecehan atau penelantaran anak.
  • Masalah dengan otot yang mengendalikan bicara, kelainan yang disebut disartria.
  • Pendengaran yang buruk bisa menyebabkan keterlambatan bicara dan bahasa, sehingga dokter biasanya akan melakukan tes pendengaran untuk diagnosis.
  • Kehilangan pendengaran yang bisa terjadi pada anak-anak yang mengalami infeksi telinga tengah yang parah atau terjadi karena obat-obatan tertentu, trauma, atau kelainan genetik.
  • Gangguan spektrum autisme (ASD). Ini merupakan sekelompok gangguan neurologis yang kemungkinan melibatkan gangguan komunikasi serta gangguan interaksi sosial dan keterampilan kognitif. Gejalanya kadang terlihat jelas sejak dini, tetapi mungkin tidak disadari hingga anak mencapai usia 2 atau 3 tahun. Tanda dan gejala ASD bervariasi, tetapi biasanya meliputi keterlambatan bicara dan keterampilan bahasa, serta kesulitam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Tidak ada obat untuk ASD, tetapi terapi dan pengobatan lain bisa membantu memberi anak alat tambahan untuk berkomunikasi, menghilangkan stres, dan dalam beberapa kasus mengelola tugas sehari-hari.
  • Penggunaan gadget secara berlebihan. Salah satu dampak penggunaan gadget secara berlebihan pada anak yaitu memengaruhi perkembangan bicara dan bahasa atau alalia. Sebab, terlalu banyak penggunaan gadget berarti anak berbicara atau berkomunikasi lebih sedikit, sehingga mengurangi kosakata mereka karena mereka mendengar lebih sedikit. Studi telah menunjukkan bahwa peningkatan waktu layar atau screen time selama 30 menit bisa menyebabkan peningkatan risiko sebesar 49 persen untuk keterlambatan bicara ekspresif pada anak-anak.
  • Tidak ada penyebab yang bisa ditemukan.

Segera periksakan anak ke dokter spesialis anak jika memiliki tanda-tanda berikut pada usia yang ditunjukkan. Perhatikan juga kehilangan keterampilan yang telah dipelajari.

Pada usia 3 hingga 4 bulan, segera hubungi dokter jika anak:

  • Tidak merespons suara keras.
  • Tidak mengoceh.
  • Mulai mengoceh namun tidak mencoba meniru suara (usia 4 bulan).

Menjelang 7 bulan, segera hubungi dokter jika anak:

  • Tidak merespons suara.

Pada usia 1 tahun, segera hubungi dokter jika anak tidak:

  • Menggunakan satu kata saja, seperti "mama".
  • Memahami kata-kata, seperti "selamat tinggal" atau "tidak".
  • Menunjukkan isyarat, seperti menunjuk atau melambaikan tangan.

Pada usia 18 bulan, segera hubungi dokter jika anak:

  • Lebih memilih isyarat daripada vokalisasi untuk berkomunikasi.
  • Kesulitan menirukan suara.
  • Kesulitan memahami permintaan verbal sederhana.

Pada usia 2 tahun, segera hubungi dokter jika anak:

  • Tidak bisa berbicara minimal 15 kata.
  • Tidak menggunakan frasa 2 kata tanpa pengulangan (hanya bisa meniru ucapan) dan tidak menghasilkan kata atau frasa secara spontan.
  • Hanya mengucapkan beberapa bunyi atau kata berulang kali dan tidak bisa menggunakan bahasa lisan untuk berkomunikasi, lebih dari kebutuhan mendesaknya.
  • Tidak bisa mengikuti petunjuk sederhana.
  • Mempunyai nada suara yang tidak biasa (seperti suara serak atau sengau).

Pada usia 3 tahun, segera hubungi dokter jika anak:

  • Tidak menggunakan setidaknya 200 kata.
  • Tidak meminta sesuatu dengan nama.
  • Sulit dimengerti bahkan meskipun tinggal bersama.

Hubungi dokter jika ucapan anak lebih susah dipahami dibandingkan yang diharapkan untuk usianya. Jika dokter mencurigai adanya keterlambatan bicara pada anak, maka dokter akan memberikan rujukan untuk evaluasi oleh ahli patologi bahasa bicara. Mereka paling memenuhi syarat untuk memberikan evaluasi dan diagnosis pada anak yang mengalami keterlambatan bahasa atau bicara, atau keduanya. Spesialis ini bisa menguji pendengaran, menilai bahasa reseptif dan ekspresif, dan merencanakan sesi terapi wicara dengan anak.

Jika keterlambatan masih tergolong ringan, maka spesialis atau dokter anak kemungkinan merekomendasikan untuk:

  • Orang tua atau pengasuh berkomunikasi lebih banyak dengan anak, seperti berbicara, bernyanyi, dan mendorong pengulangan. Selain itu, jelaskan apa yang sedang dilakukan ketika memasak atau membersihkan kamar, dan tunjukkan benda-benda di sekitar rumah. Pertahankan hal-hal sederhana namun hindari bicara menggunakan bahasa bayi.
  • Bacakan buku, seperti buku dongeng atau buku bergambar, yang sesuai dengan usia anak, yang akan mendorong anak-anak untuk melihatnya ketika menamai gambarnya.
  • Memperkuat ucapan dan bahasa sepanjang hari.
  • Mendapatkan pengobatan untuk infeksi telinga tengah jika ada.
  • Jika anak mempunyai kondisi kesehatan yang mendasarinya, maka dokter kemungkinan merekomendasikan perawatan lainnya. Misalnya, merekomendasikan evaluasi oleh ahli saraf.

2. Keterlambatan perkembangan keterampilan motorik

5 Jenis Gangguan Perkembangan pada Anak dan Cara Mengatasinyailustrasi bayi sedang duduk (freepik.com/wirestock)

Keterlambatan perkembangan keterampilan motorik berhubungan dengan masalah keterampilan motorik halus dan motorik kasar.

Motorik halus mencakup gerakan kecil, seperti memegang mainan, menggunakan krayon, atau memegang sendok. Nah, untuk motorik kasar, perlu gerakan yang lebih besar, seperti melompat, menaiki tangga, melempar bola, merangkak atau berjalan.

Anak-anak yang lahir prematur kemungkinan tidak mengembangkan otot dengan kecepatan yang sama, seperti anak-anak yang dilahirkan dengan normal atau sesuai dengan waktu kelahirannya. Ini bisa mengakibatkan keterlambatan perkembangan pada motoriknya.

Selain itu, keterlambatan perkembangan motorik pada anak-anak juga bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Dilansir WebMD, berikut kemungkinan penyebab lain dari ketelambatan perkembangan motorik pada anak-anak:

  • Ataksia, cacat yang merusak koordinasi otot.
  • Cerebral palsy, suatu kondisi yang disebabkan oleh kerusakan otak sebelum lahir.
  • Keterlambatan kognitif.
  • Miopati, penyakit otot.
  • Masalah penglihatan.
  • Spina bifida, suatu kondisi genetik yang mengakibatkan kelumpuhan sebagian atau total pada bagian bawah tubuh.

Segera bawa anak ke dokter spesialis anak jika anak memiliki tanda-tanda berikut pada usia yang ditunjukkan. Selain itu, perhatikan juga kehilangan keterampilan yang sebelumnya telah dipelajari anak.

Pada usia 3 hingga 4 bulan, segera hubungi dokter jika anak tidak:

  • Meraih atau memegang benda.
  • Mengangkat kepala dengan baik.
  • Memasukkan benda ke mulutnya (usia 4 bulan).
  • Mendorong ke bawah dengan kaki ketika kaki diletakkan di atas permukaan yang keras (usia 4 bulan).

Menjelang usia 7 bulan, segera hubungi dokter jika anak:

  • Memiliki otot yang kaku dan kencang atau sangat lemas.
  • Menjatuhkan kepala ketika ditarik ke posisi duduk.
  • Mencapai hanya dengan satu tangan atau tidak secara aktif meraih objek.
  • Mengalami kesulitan memasukkan benda ke mulutnya.
  • Tidak berguling ke kedua arah (usia 5 bulan).
  • Tidak bisa duduk tanpa bantuan (usia 6 bulan).
  • Tidak bisa menahan beban pada kakinya ketika ditarik orangtua ke posisi berdiri.

Pada usia 1 tahun, segera hubungi dokter jika anak:

  • Tidak merangkak.
  • Menyeret satu sisi tubuhnya ketika merangkak.
  • Tidak bisa berdiri ketika ditopang.

Pada usia menjelang 2 tahun atau saat 2 tahun, segera hubungi dokter jika anak:

  • Tidak bisa berjalan (pada usia 18 bulan).
  • Tidak mengembangkan pola berjalan dari tumit ke ujung kaki atau hanya berjalan dengan jari kaki.
  • Tidak bisa mendorong mainan yang memiliki roda.

Pada usia 5 tahun, segera hubungi dokter, jika anak:

  • Tidak bisa berdiri dengan satu kaki selama 10 detik atau lebih.
  • Tidak bisa menggunakan garpu dan sendok.

Untuk mengatasi keterlambatan perkembangan motorik pada anak, dokter spesialis anak kemungkinan menyarankan agar orang tua mengambil langkah-langkah tertentu di rumah untuk mendorong anak lebih banyak melakukan aktivitas fisik. 

Selain itu, anak kemungkinan juga membutukan terapi fisik untuk mengatasi keterlambatan motorik kasarnya. Jenis terapi fisik atau terapi okupasi tertentu bisa membantu mengatasi masalah motorik halus atau gangguan pemrosesan sensorik, yang terjadi ketika otak kesulitan menerima dan merespons informasi yang masuk melalui indra.

Baca Juga: Bahaya Kecanduan Gadget bagi Kesehatan dan Perkembangan Anak

3. Keterlambatan perkembangan penglihatan

5 Jenis Gangguan Perkembangan pada Anak dan Cara Mengatasinyailustrasi anak laki-laki memegang kacamata (freepik.com/freepik)

Perkembangan visual pada anak adalah bagian yang sangat penting dalam perkembangan motorik halus, motorik kasar, dan persepsi visual. Dilansir WebMD, hingga usia 6 bulan, penglihatan anak biasanya buram, yang kemudian membaik ketika anak mulai mengoordinasikan penglihatan di kedua matanya. Namun, kadang hal ini tidak terjadi atau masalah penglihatan lainnya muncul.

Tanpa perkembangan penglihatan yang baik pada anak, maka banyak tahap perkembangan kognitif yang kemungkinan tertunda, dan masalah belajar bisa terjadi begitu anak memasuki taman kanak-kanak dan sekolah dasar.

Dilansir Vision Therapy Blog, berikut ini lima faktor utama yang bisa menyebabkan keterlambatan atau bahkan menghambat tahapan tertentu perkembangan anak, termasuk perkembangan visual:

  • Perkembangan komplikasi selama kehamilan atau selama proses persalinan: Karena perkembangan penglihatan pada anak-anak dimulai sebelum bayi lahir, maka setiap komplikasi kehamilan bisa memengaruhi perkembangan alami dari perkembangan penglihatan dan bahkan kemungkinan mengakibatkan lompatan tahap perkembangan jika komplikasinya parah. Persalinan caesar, persalinan forsep, persalinan vakum, dan cara buatan lainnya untuk membantu kelahiran anak juga bisa menunda perkembangan visual pada anak secara signifikan.
  • Penyakit: Banyak penyakit masa kanak-kanak juga bisa menunda atau mengganggu perkembangan visual pada anak-anak. Demam tinggi, infeksi yang sering terjadi seperti infeksi telinga, dan penyakit kronis bisa mencegah tubuh menggunakan energinya untuk mengembangkan sistem penglihatan dengan benar, dan sebaliknya harus menggunakan energi itu untuk menyembuhkan tubuh. Efek lain dari penyakit kronis pada perkembangan penglihatan anak-anak yaitu kurangnya gerakan yang dialami anak ketika sakit, yang menunda perkembangan motorik, dan pada gilirannya, perkembangan visual.
  • Trauma dan cedera kepala: Trauma dan cedera kepala juga bisa menunda perkembangan penglihatan pada anak-anak. Memar pada otak yang tidak akan muncul pada pemindaian otak bisa terjadi yang bisa mengakibatkan jalur visual otak rusak. Sekalipun cedera tidak cukup untuk menyebabkan kerusakan otak, tetapi penyembuhan cedera dan penyembuhan reaksi otak terhadap trauma bisa menghilangkan energi dari perkembangan visual yang dibutuhkan anak-anak.
  • Genetik: Perkembangan visual yang baik pada anak juga bisa dipengaruhi oleh faktor genetik. Dokter mata sering melihat kasus masalah belajar berhubungan dengan visual terjadi dalam keluarga, sehingga anak-anak dengan anggota keluarga yang mempunyai masalah belajar terkait visual (yang sering salah didiagnosis sebagai ADD, ADHD, atau disleksia), lebih berisiko mengalami perkembangan visual yang buruk.
  • Lingkungan: Faktor lingkungan bisa memengaruhi kualitas perkembangan visual pada anak, mulai dari kurang gerak dalam bermain, terlalu banyak menonton televisi atau video game, atau kontaminan seperti merkuri atau timbal di lingkungan mereka, bisa menunda atau menghentikan perkembangan penglihatan yang paling efektif pada anak-anak.

Beberapa kondisi berikut juga bisa menyebabkan keterlambatan penglihatan pada anak-anak:

  • Kelainan refraksi, seperti rabun jauh atau rabun dekat, sering terjadi pada anak-anak.
  • Ambliopia (mata malas), penglihatan buruk di satu mata yang kemungkinan juga tampak mengarah ke luar.
  • Katarak infatil, yaitu kekeruhan pada lensa mata atau masalah turunan lainnya (masalah ini jarang terjadi).
  • Retinopati prematuritas, yaitu penyakit mata yang terkadang menyerang bayi prematur.
  • Strabismus yang disebut juga dengan mata juling, yaitu mata yang berputar ke dalam, ke luar, ke atas, atau ke bawah.

Segera hubungi dokter spesialis anak jika anak memiliki tanda-tanda berikut pada usia yang ditunjukkan. Selain itu, perhatikan kehilangan keterampilan yang sebelumnya telah dipelajari anak:

Pada usia menjelang 3 bulan atau selama 3 bulan, segera hubungi dokter jika anak:

  • Tidak mengikuti benda bergerak dengan matanya.
  • Tidak memperhatikan tangan (usia 2 bulan).
  • Mengalami kesulitan menggerakkan satu atau kedua mata ke segala arah.
  • Sering menyilangkan mata.

Pada usia 6 bulan, segera hubungi dokter jika anak:

  • Memiliki satu atau kedua mata berputar ke dalam atau ke luar sepanjang waktu.
  • Mengalami robekan atau drainase mata yang konstan.
  • Tidak mengikuti objek dekat (30 cm) atau objek jauh (182 cm) dengan kedua mata.

Jika dokter spesialis anak mencatat adanya masalah pada pasien anak, maka ia akan merujuk ke dokter mata untuk evaluasi lebih lanjut. Perawatan dini bisa membantu memperbaiki banyak masalah penglihatan. Tergantung pada masalah mata yang dialami anak, mereka kemungkinan memerlukan:

  • Kacamata atau lensa kontak.
  • Kacamata khusus.
  • Operasi.
  • Penutup mata.

4. Keterlambatan perkembangan sosial dan emosional

5 Jenis Gangguan Perkembangan pada Anak dan Cara Mengatasinyailustrasi anak perempuan sedang menyendiri (freepik.com/jcomp)

Perkembangan sosial dan emosional biasanya dimulai pada masa bayi dengan ikatan antara anak dan orang tua atau pengasuh, tetapi juga bisa terjadi di kemudian hari (misalnya antara anak dan orang tua angkat). Perkembangan ini penting terjadi sejak lahir hingga usia 5 tahun.

Keterlambatan perkembangan sosial dan emosional adalah suatu kondisi saat anak-anak belum mencapai tonggak interaktif dan perseptif yang diharapkan untuk usia mereka. Tonggak ini meliputi aspek sosial dari tersenyum, bermain, dan berinteraksi dengan orang lain, serta kebutuhan emosional untuk mengekspresikan diri dan mengembangkan harga diri yang kuat.

Keterlambatan perkembangan sosial dan emosional sering terjadi. Dilansir The Warren Center, sekitar 17 persen anak-anak mengalami beberapa jenis keterlambatan sosial atau emosional. Masalah ini biasanya muncul sebelum anak mulai sekolah.

Dilansir WebMD, berikut beberapa penyebab keterlambatan sosial dan emosional:

  • Pengabaian dari orang tua. 
  • Masalah penglihatan atau keterikatan yang tidak efektif.
  • Keterlambatan kognitif. 
  • Penyebab yang tidak diketahui.

Penyebab umum lainnya dari keterlambatan perkembangan sosial dan emosional berada di bawah diagnosis ASD. Ini sebelumnya disebut sebagai gangguan perkembangan pervasif (PDD), autisme, hingga Asperger. ASD termasuk gangguan yang bisa mengakibatkan anak sulit untuk berkomunikasi, mempunyai masalah perilaku berulang, dan memiliki masalah bahasa.

Hubungi dokter spesialis anak jika memiliki tanda-tanda berikut pada usia yang ditunjukkan. Selain itu, perhatikan juga kehilangan keterampilan yang sebelumnya telah dipelajari.

Pada usia menjelang 3 bulan hingga 3 bulan, segera hubungi dokter jika anak tidak:

  • Sebagian besar bayi mengembangkan senyum sosial pertama mereka. Ini merupakan tonggak sosial dan emosional utama yang harus dicari pada usia ini. Tonggak lainnya termasuk menikmati bermain dengan orang tua atau pengasuh, serta berkomunikasi dengan wajah dan tubuh.
  • Memperhatikan ekspresi wajah baru atau tampak ketakutan.

Menjelang 7 bulan hingga setelah 7 bulan, segera hubungi dokter jika anak:

  • Tidak merespons saat namanya dipanggil.
  • Tidak menunjukkan emosi saat mendengar suara orang tua.
  • Menolak berpelukan.
  • Tidak menunjukkan kasih sayang kepada orang tua atau pengasuh. 
  • Tidak menunjukkan kesenangan di sekitar orang. 
  • Tidak bisa ditenangkan pada malam hari (sesudah 5 bulan). 
  • Tidak tersenyum tanpa disuruh (usia 5 bulan). 
  • Tidak tertawa atau menjerit (usia 6 bulan). 
  • Tidak menunjukkan minat pada permainan peek-a-boo (usia 8 bulan).

Pada usia menjelang1 tahun hingga 1 tahun, segera hubungi dokter jika anak tidak menunjukkan: 

  • Berbagi suara, senyum, atau ekspresi wajah bolak -balik (usia 9 bulan). 
  • Gerakan bolak-balik seperti melambai, meraih, atau menunjuk.
  • Meniru suara (seperti kata-kata) atau gerak tubuh (seperti melambai). 

Pada usia 2 tahun, segera hubungi dokter jika anak tidak:

  • Meniru kata-kata atau gerak tubuh tertentu, tetapi pada anak-anak usia ini mulai mengenali diri mereka sendiri sebagai orang yang terpisah. Konsep diri berkembang, seiring dengan ciri-ciri kepribadian yang khas.

Pada usia setelah 2 tahun, segera hubungi dokter jika anak tidak:

  • Setelah mengenali diri mereka sebagai makhluk yang terpisah, anak mulai memahami, menikmati, dan berharap bisa bermain dengan anak lain. 

Setelah usia 3 tahun, segera hubungi dokter jika anak tidak:

  • Pada akhir tahun ke-3 anak, anak harus bisa memahami konsep permainan sederhana, bergiliran, dan mengetahui konsep seperti "milikmu" versus "milikku".

Pada usia 4 tahun, segera hubungi dokter jika anak tidak:

  • Mandiri dan imajinatif. 
  • Belajar untuk bermain secara interaktif, dengan orang lain dan sering berpura-pura memainkan peran sosial yang dikenali (misalnya Ibu,  ayah, dll).
  • Belajar menavigasi, melalui konsep seperti berbagi dan belajar empati dasar dan pengendalian diri. 

Pada usia 5 tahun, segera hubungi dokter jika anak tidak:

  • Pada usia ini, anak-anak bisa mengembangkan preferensi untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan teman-temanmu serta memahami perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan. 
  • Menikmati aktivitas ekspresif seperti menyanyi, menari, bermain peran, atau olahraga dasar.

Jika anak belum mencapai tonggak yang diharapkan sesuai usianya, maka dokter spesialis anak bisa merekomendasikan layanan khusus. Tergantung diagnosis, perawatan juga bisa mencakup terapi bermain atau langkah-langkah untuk membantu keterikatan antara orang tua dan anak.

Profesional yang kemungkinan berspesialisasi dalam pengembangan sosial atau emosional meliputi:

  • Terapis okupasi. 
  • Terapis perilaku. 
  • Psikolog anak. 
  • Guru pendidikan khusus. 
  • Terapis keterampilan sosial.

5. Keterlambatan perkembangan kognitif

5 Jenis Gangguan Perkembangan pada Anak dan Cara Mengatasinyailustrasi guru sedang mengajari muridnya (freepik.com/freepik)

Keterlambatan perkembangan kognitif merujuk pada kondisi anak-anak yang fungsi intelektual dan perilaku adaptifnya jauh di bawah rata-rata, yang diharapkan dari usianya. Nama lain dari keterlambatan perkembangan kognitif yaitu meliputi gangguan kognitif, gangguan intelektual, dan cacat intelektual.

Keterlambatan perkembangan kognitif merupakan jenis gangguan perkembangan yang paling umum. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), keterlambatan kognitif terjadi pada sekitar 12 dari 1.000 anak dan bisa berkisar dari ringan, sedang, hingga berat.

Selain itu, keterlambatan kognitif dapat bersifat sementara atau jangka panjang, tetapi juga bisa permanen. Sebab, ada berbagai jenis keterlambatan kognitif sementara yang bisa diperbaiki dengan terapi khusus. Namun, jenis terapi keterlambatan kognitif lainnya tidak mempunyai efek signifikan pada eliminasi permanennya. 

Keterlambatan perkembangan kognitif bisa memengaruhi fungsi intelektual, mengganggu kesadaran, dan mengakibatkan kesulitan belajar yang sering terlihat sesudah anak mulai bersekolah. Anak-anak juga mengalami kesulitan berkomunikasi dan bermain dengan orang lain.

Seorang anak dengan keterlambatan kognitif kemungkinan tidak memiliki masalah dengan panca indranya, tetapi cara ia memahami informasi yang diterima indranya berbeda dengan teman sebayanya yang berkembang secara normal.

Sebagai contoh, seorang anak dengan keterlambatan kognitif mungkin mempunyai kemampuan untuk mendengar, tetapi ia mungkin tidak bisa mendengarkan, memperhatikan, atau memahami ketika seseorang menelepon atau berbicara dengannya. Ia mungkin juga gelisah dengan apa yang menurut seseorang merupakan percakapan yang normal. 

Beberapa contoh keterlambatan kognitif mencakup:

  • Afasia (gangguan bicara atau bahasa akibat kerusakan otak).
  • Disleksia (gangguan kemampuan membaca atau memahami). 
  • Gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas atau ADHD.
  • ASD.
  • Sindrom Down.

Keterlambatan perkembangan kognitif bisa terjadi karena beberapa faktor. Dilansir The Warren Center, penyebab keterlambatan kognitif yang paling umum dapat meliputi:

  • Kondisi genetik: Anak kemungkinan mewarisi gen abnormal atau kelainan kromosom. Contohnya sindrom Down, sindrom X rapuh, atau fenilketonuria (PKU). 
  • Kondisi kehamilan: Seorang anak bisa mengalami keterlambatan kognitif karena cedera selama kehamilan atau ketidakmampuan untuk berkembang di dalam rahim. Selain itu, obat-obatan, alkohol, dan infeksi (misalnya rubela), juga bisa menyebabkan keterlambatan kognitif.
  • Kondisi kelahiran: Anak bisa mengembangkan keterlambatan kognitif sebagai akibat dari masalah selama kelahiran atau persalinan (seperti oksigen yang tidak memadai atau prematuritas).
  • Kondisi kesehatan: Paparan racun (seperti timbal, atau merkuri), malnutrisi, perawatan medis yang tidak memadai, dan meningitis atau batuk rejan yang tidak diobati juga bisa mengakibatkan keterlambatan kognitif. 

Tanda-tanda keterlambatan kognitif bisa dikenali sejak usia 24 bulan. Perhatikan jika anak berulang kali tertunda dalam mencapai berbagai tonggak perkembangan. Segera hubungi dokter spesialis anak jika anak memiliki salah satu atau beberapa gejala utama dari keterlambatan kognitif, seperti berikut ini:

  • Jika anak tidak melihat benda bergerak, tersenyum kepada orang, atau memasukkan benda ke mulut pada usia 4 bulan. 
  • Jika anak tidak mengenal wajah-wajah yang dikenalnya, bermain dengan orang lain, atau menunjukkan kasih sayang pada orang tua atau orang lain pada usia 6 bulan. 
  • Jika anak masih belum mengenali orang yang dikenalnya, menanggapi namanya atau ocehannya pada usia 12 bulan. 
  • Jika anak tidak mengikuti instruksi, meniru tindakan atau mengetahui penggunaan benda-benda umum di rumah pada usia 2 tahun. 
  • Jika anak kehilangan keterampilan yang pernah ia miliki, atau jika keterampilannya tidak mengalami peningkatan seiring bertambahnya usia (bicara gagap, mengulang kata-kata, gerakan tidak terkoordinasi, dan lain-lain).

Tanda khusus lain yang harus diwaspadai pada anak yang berusia 3 tahun ke atas yaitu:

  • Mempunyai kesulitan dalam decoding bahasa. 
  • Tidak mudah mengingat sesuatu. 
  • Tidak menerapkan pembelajaran pada situasi baru, sebab dan akibat. 
  • Kesulitan dalam menggunakan tindakan untuk berkomunikasi. 
  • Kesulitan dalam memahami instruksi. 

Masih belum ada obat untuk keterlambatan perkembangan kognitif. Namun, ada berbagai pilihan pengobatan untuk meningkatkan kualitas hidup anak. Beberapa pilihan pengobatan termasuk:

  • Terapi perilaku (yang berfokus pada mengatasi perilaku yang tidak diinginkan pada anak-anak). 
  • Terapi okupasi (berfokus pada anak-anak yang cacat motorik). 
  • Terapi wicara dan bahasa (membantu anak-anak dengan kesulitan bicara dan bahasa). 
  • Pendidikan khusus untuk anak-anak dengan keterlambatan kognitif. 

Selain itu, bermain bisa membantu anak mengembangkan keterampilan berpikir. Bermain berperan besar dalam memastikan perkembangan sehat pada anak. Dengan bermain, anak-anak bisa memahami dunia mereka dengan baik. Selain itu, bermain bersama anak juga membantu meningkatkan ikatan antara orang tua dan anak.

Dilansir Parent Circle, berikut beberapa tips untuk mendapat manfaat dari bermain untuk perkembangan anak:

  • Menanyakan kepada terapis anak tentang permainan asistif yang bisa membantu perkembangannya. Terapis kemungkinan menyarankan aktivitas seperti menggambar, menggunakan krayon, tekstur, kartu visual, atau permainan sensorik lainnya. 
  • Selain permainan asistif, izinkan anak untuk sekadar terlibat dalam aktivitas yang disukainya. Biarkan anak yang memimpin. Jangan kaku ketika bermain atau beraktivitas bersama anak. Jangan mengharapkan hasil instan karena semuanya memerlukan proses. 
  • Ketika anak bermain dan kamu membutuhkannya untuk mengajaknya makan atau melakukan sesuatu yang lain, beri ia waktu untuk bersantai dari aktivitas itu dan arahkan kembali. Misalnya, memberi tahu anak jika waktu makan 5 menit lagi, maka itu akan membuatnya punya waktu untuk bersiap. Jangan terburu-buru untuk menghentikan aktivitas yang sedang dilakukan anak. Itu akan mengganggu perhatiannya.

Dampak gangguan perkembangan pada masa kanak-kanak pada masa dewasa

5 Jenis Gangguan Perkembangan pada Anak dan Cara Mengatasinyailustrasi perempuan sedang sedih (freepik.com/jcomp)

Dampak dari gangguan perkembangan masa kanak-kanak pada masa dewasa, kemungkinan tergantung pada jenis dan juga tingkat keparahan kondisi, serta area perkembangan yang terkena dampaknya. Untuk beberapa kondisi, seperti kecemasan atau depresi, bisa diobati dan dikelola sejak masa kanak-kanak hingga dewasa.

Untuk kondisi lain, seperti yang berhubungan dengan bahasa, bisa diatasi dengan bantuan terapi dan pengulangan yang ditargetkan.

Ciri-ciri genetik atau tantangan fisik yang menyebabkan gangguan perkembangan kemungkinan butuh bantuan mekanis, seperti prostetik atau kursi mobilitas.

Banyak anak bisa beradaptasi dengan gangguan perkembangan. Jika itu selalu menjadi bagian dari hidup mereka, maka mereka sering belajar sejak dini bagaimana mencapai sesuatu dengan cara mereka sendiri. Juga, merupakan hal biasa melihat mereka mengembangkan keterampilan tambahan di bidang lain, yang membantu mereka untuk mengatasi tantangan mereka.

Saat mencapai usia dewasa, situasi baru bisa menguji kemampuan mereka untuk beradaptasi. Orang dewasa yang hidup dengan gangguan perkembangan, seperti ketidakmampuan belajar, kemungkinan menghadapi tantangan terkait:

  • Pekerjaan. 
  • Pendidikan. 
  • Hubungan. 
  • Kebebasan. 

Legislasi dan program dukungan masyarakat bisa membantu orang dewasa dengan gangguan perkembangan untuk mendapat pekerjaan, mempertahankan hubungan, dan menemukan cara untuk mandiri dalam kehidupan sehari-hari.

Nah, karena keterlambatan perkembangan pada masa kanak-kanak juga bisa berdampak pada masa dewasa, sebaiknya orang tua harus mengawasi setiap perkembangan anak sejak usia dini.

Jika orang tua merasa anaknya tidak memenuhi tonggak pencapaian yang sesuai usianya, atau jika merasa ada masalah dengan cara anak belajar, berbicara, bermain, bertindak atau bergerak, segera konsultasikan ke dokter spesialis anak.

Tindakan sejak dini bisa membantu intervensi dini dan membuat perbedaan besar dibanding dengan tidak adanya tindakan atau tindakan yang terlambat. Ini juga bisa membantu anak mengejar ketinggalan akibat keterlambatan perkembangannya.

Baca Juga: Kenali Dampak Perilaku Antisosial pada Anak-Anak Sejak Dini

Eliza Ustman Photo Verified Writer Eliza Ustman

'Menulislah dengan hati, maka kamu akan mendapatkan apresiasi yang lebih berarti'

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya