Broken Heart Syndrome: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatan

Gejalanya sindrom patah hati bisa mirip serangan jantung

Galau karena patah hati kerap ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Patah hati tak hanya bisa menyakiti perasaan, tetapi juga bisa berpengaruh pada kesehatan. Bahkan, akibat dari patah hati bisa memicu gangguan pada jantung yang bisa menyebabkan kematian.

Gangguan jantung karena penyakit jantung ini dinamakan broken heart syndrome atau sindrom patah hati, yang mana kondisi ini bisa menyerang orang-orang yang sehat. Juga dikenal sebagai stress-induced cardiomyopathy atau takotsubo cardiomyopathy, yuk, memahaminya lebih lanjut!

1. Apa itu broken heart syndrome atau sindrom patah hati?

Broken Heart Syndrome: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatanilustrasi seseorang mengalami patah hati (pixabay.com/StockSnap)

Broken heart syndrome atau sindrom patah hati menyerang salah satu organ vital di dalam tubuh, yaitu jantung. Riset dari para ahli telah membuktikan bahwa stres dapat membuat sekresi hormon katekolamin menjadi meningkat. Peningkatan sekresi hormon katekolamin ini dapat menyebabkan cedera pada otot jantung, khususnya pada bilik kiri jantung. 

Struktur bilik jantung yang tidak normal akibat cedera ini akan membuat kerja jantung menjadi menurun untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Hal ini mengakibatkan timbulnya gejala seperti serangan jantung, yaitu nyeri di dada dan sesak napas.

2. Gejala

Broken Heart Syndrome: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatanilustrasi gejala serangan jantung (nhlbi.nih.gov)

Dilansir Cleveland Clinic, gejala mungkin akan dirasakan dalam beberapa menit hingga beberapa jam setelah mengalami peristiwa yang membuat stres. Pada sindrom patah hati, pelepasan hormon stres untuk sementara melumpuhkan otot jantung, menghasilkan gejala yang mirip serangan jantung.

Tanda dan gejala sindrom patah hati meliputi:

  • Nyeri dada yang tiba-tiba dan parah (angina), yang merupakan gejala utama
  • Sesak napas, juga merupakan gejala utama
  • Melemahnya ventrikel kiri jantung, yang adalah tanda utama
  • Cairan di paru-paru
  • Detak jantung tidak teratur (aritmia)
  • Tekanan darah rendah (hipotensi)

Sebagian kecil pasien yang didiagnosis dengan broken heart syndrome tidak dapat mengidentifikasi tekanan atau stres apa pun yang mungkin memicu episode mereka.

3. Penyebab dan faktor risiko

Broken Heart Syndrome: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatanilustrasi stres emosional (pexels.com/Alex Green)

Seperti dijelaskan di laman Mayo Clinic, penyebab pasti dari broken heart syndrome belum diketahui secara jelas. Diperkirakan bahwa lonjakan hormon stres, seperti adrenalin, dapat merusak jantung beberapa orang untuk sementara waktu. Bagaimana hormon-hormon ini dapat melukai jantung atau apakah ada hal lain yang bertanggung jawab tidak sepenuhnya jelas.

Tekanan sementara (penyempitan atau konstriksi) dari arteri besar atau kecil di jantung mungkin berperan. Orang yang mengalami sindrom patah hati mungkin juga mengalami perubahan struktur otot jantung.

Sindrom ini sering didahului oleh peristiwa fisik atau emosional yang intens. Misalnya, penyakit akut (seperti serangan asma atau infeksi COVID-19), operasi besar, atau patah tulang dapat menyebabkan sindrom patah hati. Apa pun yang menyebabkan respons emosional yang kuat, seperti kematian atau kehilangan lainnya, atau argumen yang kuat dapat memicu kondisi ini.

Meskipun jarang, penggunaan obat-obatan tertentu dapat menyebabkan broken heart syndrome, yang bisa meliputi:

  • Obat darurat untuk mengobati reaksi alergi parah atau serangan asma parah
  • Beberapa obat untuk mengobati kecemasan
  • Dekongestan hidung
  • Narkotika seperti metamfetamin dan kokain

Selalu beri tahu dokter tentang obat yang kamu konsumsi, termasuk yang dibeli tanpa resep. Saat memulai pengobatan baru, bicarakan dengan dokter tentang potensi risiko dan efek samping yang bisa terjadi.

Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko sindrom patah hati, yang termasuk:

  • Jenis kelamin laki-laki
  • Usia di atas 50 tahun
  • Riwayat gangguan kesehatan mental sebelumnya atau sedang mengalaminya, misalnya kecemasan atau depresi

Baca Juga: Pentingnya Deteksi Dini Penyakit Jantung, Bisa dengan Biomarker

4. Diagnosis

Broken Heart Syndrome: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatanilustrasi pemeriksaan jantung echocardiography (rsbp.bpbatam.go.id)

Setelah pemeriksaan fisik dan meninjau riwayat kesehatan pasien, dokter kemungkinan akan memesan beberapa tes untuk menegakkan diagnosis, yang bisa termasuk:

  • Elektrokardiogram (EKG): untuk mengukur aktivitas listrik jantung.
  • Angiografi koroner: menggunakan pewarna dan jenis sinar-X untuk melihat arteri jantung.
  • Ekokardiografi: yaitu menggunakan gelombang suara untuk membuat gambar bergerak dari tindakan pemompaan jantung.
  • Rontgen dada: untuk menunjukkan struktur jantung, paru-paru, dan pembuluh darah.
  • MRI jantung: untuk menghasilkan gambar diam dan bergerak dari jantung.
  • Ventrikulogram: menggunakan pewarna yang disuntikkan ke ventrikel kiri jantung, kemudian sinar-X menunjukkan ukuran dan efisiensi pemompaan ruang jantung ini.

5. Pengobatan

Broken Heart Syndrome: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatanilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Tidak ada pengobatan standar untuk broken heart syndrome. Pengobatannya mirip serangan jantung sampai diagnosisnya jelas. Kebanyakan orang dirawat di rumah sakit untuk pemulihan.

Banyak pasien akan pulih sepenuhnya dalam kurun waktu sekitar satu bulan. Pasien mungkin akan perlu melakukan ekokardiografi lagi sekitar 4-6 minggu setelah mengalami gejala pertama. Ini penting untuk memastikan jantung telah pulih.

Bila memang sindrom patah hati yang menyebabkan gejala pada pasien, obat-obatan mungkin akan diresepkan untuk mengurangi tekanan pada hati dan mencegah serangan di masa mendatang. Obat-obatan yang diresepkan bisa meliputi:

  • Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors
  • Angiotensin II receptor blockers (ARBs)
  • Beta blockers
  • Diuretik
  • Obat pengencer darah bila terdapat bekuan atau gumpalan darah

Operasi dan prosedur yang sering digunakan untuk mengobati serangan jantung—seperti angioplasti balon dan pemasangan ring jantung atau stent  atau operasi jantung terbuka—tidak membantu dalam mengobati broken heart syndrome. Prosedur tersebut mengobati arteri yang tersumbat, yang bukan merupakan penyebab sindrom patah hati.

6. Komplikasi yang bisa terjadi

Broken Heart Syndrome: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatanilustrasi gagal jantung (samaritannj.org)

Sindrom ini sangat jarang sampai menyebabkan kematian. Kebanyakan orang dengan sindrom patah hati bisa pulih dengan cepat dan tidak mengalami efek jangka panjang.

Meski demikian, komplikasi tetap mungkin terjadi, yang bisa termasuk:

  • Penumpukan atau kelebihan cairan di paru-paru (edema paru)
  • Tekanan darah rendah (hipotensi)
  • Detak jantung tidak normal (aritmia)
  • Gagal jantung
  • Gumpalan darah terbentuk di dalam jantung karena melemahnya otot jantung

Sindrom patah hati mungkin bisa kembali muncul setelah mengalami peristiwa penuh tekanan di kemudian hari. Akan tetapi, peluangnya kondisi ini terjadi lagi tergolong rendah.

7. Pencegahan

Broken Heart Syndrome: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatanilustrasi menulis jurnal (unsplash.com/Thought Catalog)

Tidak ada perawatan spesifik yang dapat mencegah broken heart syndrome. Namun, belajar manajemen stres dan teknik pemecahan masalah yang baik dapat membantu mengendalikan stres fisik dan emosional.

Teknik relaksasi tertentu juga bisa membantu, seperti:

  • Yoga, meditasi, menulis jurnal, atau latihan mindfulness
  • Berendam air hangat, menyalakan lilin beraroma atau aromaterapi, melatih teknik pernapasan panjang dan dalam
  • Tergantung sumber stres, mungkin ada kelompok pendukung yang bisa kamu ikuti untuk membicarakan stres dan berbagi dengan orang lain yang punya pengalaman serupa
  • Mencari bantuan dari konselor atau ahli kesehatan mental profesional

Selain itu, mengelola stres fisik atau emosional juga bisa didukung dengan menerapkan kebiasaan sehat secara umum. Ini bisa termasuk:

  • Menerapkan pola makan sehat, seperti diet DASH atau diet Mediterania
  • Rutin olahraga, minimal lima kali seminggu selama 30 menit tiap sesinya
  • Tidur 7-9 jam setiap malam
  • Banyak menghabiskan waktu dengan orang lain
  • Cek kesehatan rutin sesuai kondisi dan disiplin dengan pengobatan bila ada kondisi medis tertentu
  • Hindari atau hentikan kebiasaan buruk seperti merokok, penggunaan narkotika, dan penyalahgunaan alkohol

Ya, broken heart syndrome atau sindrom patah hati itu nyata adanya. Sindrom ini tidak terbatas pada pemicu stres emosional yang tiba-tiba, tetapi stres fisik juga bisa menyebabkannya.

Kabar baiknya, bila terdeteksi, ini merupakan kondisi sementara yang tidak menyebabkan kerusakan jantung permanen. Namun, karena gejalanya mirip serangan jantung, jangan mendiagnosis diri sendiri. Selalu periksakan gejala di pusat perawatan darurat. Pemeriksaan di rumah sakit akan menentukan apakah gejala jantung adalah serangan jantung, sindrom patah hati, atau masalah kesehatan lainnya.

Baca Juga: Cavernous Sinus Thrombosis: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

Eliza Ustman Photo Verified Writer Eliza Ustman

'Menulislah dengan hati, maka kamu akan mendapatkan apresiasi yang lebih berarti'

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya
  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya