5 Mitos seputar Kulit yang Banyak Beredar, Coba Cek Faktanya! 

Mitos nomor berapa yang masih kamu percayai?

Memiliki kulit yang halus, sehat, dan bebas masalah adalah impian banyak orang, terutama perempuan. Untuk mendapatkan kulit yang sehat, tentunya kamu harus tahu cara merawatnya yang benar. Sayangnya, masih banyak pengetahuan umum terkait kesehatan kulit dan cara merawatnya yang salah karena banyaknya mitos yang beredar.

Jangan asal percaya, berikut ini mitos kesehatan seputar kulit beserta penjelasan faktanya. Simak sampai habis, ya!

1. Krim kulit yang tepat akan membuatmu terlihat muda

5 Mitos seputar Kulit yang Banyak Beredar, Coba Cek Faktanya! ilustrasi menggunakan krim kulit (pexels.com/Ekaterina Bolovtsova)

Banyak produk krim kulit atau prosedur perawatan dengan klaim antipenuaan atau memperlambat proses penuaan. Beberapa di antaranya dijual dengan harga yang cukup mahal. 

Mengutip Harvard Health Publishing, penelitian menunjukkan bahwa asam retinoid adalah agen terbaik untuk mengurangi kerutan kulit. Asam retinoid terkandung di dalam banyak produk krim kulit yang dijual bebas. Namun, susah untuk mengatakan bahwa produk yang satu lebih baik dibandingkan lainnya.

Dilansir Medical News Today, Dr. Derrick Philips, seorang ahli kulit dari British Skin Foundation mengatakan bahwa tips terpenting untuk memperlambat proses penuaan adalah menggunakan tabir surya, yang mana ini sebetulnya tidak butuh biaya yang mahal.

2. Sabun antibakteri adalah sabun terbaik untuk membersihkan kulit

5 Mitos seputar Kulit yang Banyak Beredar, Coba Cek Faktanya! ilustrasi mandi (pexels.com/Carolina Grabowska)

Ketika membeli sabun mandi berlabel "antibakteri", kebanyakan orang berpikir bahwa sabun tersebut pasti aman dan lebih baik dibanding sabun biasa. Faktanya, ini tidak benar.

Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA), belum ada bukti ilmiah yang mengatakan bahwa sabun antibakteri yang dijual bebas lebih efektif dalam mencegah penyakit dibanding dengan sabun biasa.

Kembali mengutip Harvard Health Publishing, kulit kita normalnya memiliki flora normal (bakteri baik yang berfungsi sebagai pertahanan kulit). Kulit juga tidak mungkin bisa terhindari 100 persen dari bakteri.

Ahli juga mengkhawatirkan terjadinya resistansi antibiotik jika sabun antibakteri digunakan secara rutin. Menggunakan sabun biasa yang dibilas dengan air bersih tetap menjadi pilihan terbaik.

Baca Juga: 7 Mitos soal Gluten Ini Masih Dipercaya Banyak Orang, Kamu Termasuk?

3. Semakin tinggi SPF tabir surya yang digunakan, maka akan semakin baik

5 Mitos seputar Kulit yang Banyak Beredar, Coba Cek Faktanya! ilustrasi menggunakan tabir surya (pexels.com/Carolina Grabowska)

Pada kadar tertentu, SPF yang lebih tinggi tidaklah lebih baik dibandingkan dengan SPF yang lebih rendah. Ahli menyarankan untuk menggunakan tabir surya dengan SPF 30 ke atas untuk mencegah 97 persen radiasi ultraviolet B (UVB).

SPF yang tinggi akan bermanfaat jika kamu berada cukup lama di luar rumah , yaitu sekitar 2-3 jam, terutama jika kamu terpapar sinar matahari di jam-jam tertentu (jam 10 pagi hingga 2 siang). Namun, pada sebagian besar situasi, membeli tabir surya dengan SPF yang lebih tinggi tidak selalu sepadan dengan biaya yang dikeluarkan.

4. Bekas luka operasi tidak menandakan kehebatan dokter bedah dan tidak bisa hilang dengan vitamin E

5 Mitos seputar Kulit yang Banyak Beredar, Coba Cek Faktanya! ilustrasi bekas luka operasi (myersplasticsurgery.com)

Banyak yang beranggapan bahwa bekas luka operasi yang samar menandakan kehebatan seorang dokter bedah. Kehebatan seorang dokter bedah dilihat dari kemampuannya dalam membuat irisan dan menutupnya kembali. Bekas luka operasi tidak memberikan informasi terkait kemampuan seorang dokter bedah.

Mitos lain yang masih berkaitan dengan bekas luka operasi adalah anggapan bahwa bekas luka bisa dihilangkan dengan konsumsi vitamin E. Terdapat sedikit sekali bukti ilmiah terkait anggapan ini.

Konsultasikan dengan dokter bedah atau dokter kulit jika kamu merasa bekas luka operasimu mengganggu penampilan. Ada banyak cara untuk memperbaiki luka bekas operasi, salah satunya adalah dengan terapi laser.

5. Makan cokelat bisa menyebabkan kulit berminyak dan berjerawat

5 Mitos seputar Kulit yang Banyak Beredar, Coba Cek Faktanya! ilustrasi cokelat (pexels.com/ Vie Studio)

Tidak ada makanan tertentu yang secara spesifik menyebabkan jerawat. Yang membuat kulit berjerawat adalah sebum. Dilansir Healthline, sebum adalah substansi berminyak yang diproduksi oleh kelenjar sebum dan berfungsi untuk melembapkan dan melindungi kulit.

Studi menemukan bahwa makanan dengan indeks glikemik yang tinggi dapat memicu timbulnya jerawat. Makanan dengan indeks glikemik tinggi adalah karbohidrat atau gula yang mudah dicerna tubuh.

Pada studi di tahun 2017 yang dimuat dalam Journal of the Academy of Nutrition and Dietetics mengatakan bahwa makanan tinggi gula (nasi putih, kue, cokelat) memengaruhi tingkat keparahan jerawat. 

Bisa diketahui melalui studi tersebut bahwa yang memicu jerawat sebenarnya adalah tingginya kandungan gula yang biasanya terdapat dalam cokelat. Namun, cokelat itu sendiri dikatakan tidak memiliki hubungan terhadap timbulnya jerawat. Bila ingin makan cokelat, kamu disarankan untuk memilih cokelat hitam atau dark chocolate.

Itulah beberapa mitos seputar kulit yang banyak beredar dan dipercaya. Setelah membaca artikel ini, semoga kamu tercerahkan, ya!

Baca Juga: Membedah Mitos dan Fakta seputar Vaksinasi COVID-19

Gilberta Rebecca Photo Verified Writer Gilberta Rebecca

Health enthusiast ❤️

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya