5 Fakta Trauma Akustik, Gangguan Pendengaran akibat Suara Keras

Masalah ini bisa berlangsung sementara atau permanen

Trauma akustik adalah gangguan pendengaran yang terjadi akibat paparan suara keras yang tiba-tiba atau terus-menerus secara intens. Kondisi ini menyebabkan cedera pada telinga bagian dalam. Contoh suara keras yang bisa memicunya adalah suara tembakan, ledakan, musik keras, atau mesin yang mengeluarkan suara bervolume tinggi.

Beberapa cedera pada kepala juga dapat menyebabkan trauma akustik. Terlebih jika gendang telinga pecah atau mencederai bagian dalam telinga lain. Meskipun pengobatan medis efektif dalam beberapa kasus, trauma akustik dapat menyebabkan gangguan pendengaran secara permanen. Dengan begitu, siapa pun tetap harus waspada dengan faktor risiko yang bisa memicunya.

1. Gejala

5 Fakta Trauma Akustik, Gangguan Pendengaran akibat Suara Kerasilustrasi laki-laki mengalami trauma akustik (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Trauma akustik biasanya menyebabkan beberapa bentuk gangguan pendengaran. Jika penyebabnya disebabkan oleh suara keras yang tiba-tiba—seperti tembakan atau ledakan—seseorang mungkin akan mengalami gangguan pendengaran setelahnya. Meskipun demikian, gangguan pendengaran bisa juga datang lebih lambat dengan gejala bertahap yang kian memburuk.

National Institute on Deafness and Other Communication Disorders menjelaskan, ketika gangguan pendengaran bersifat sementara, individu terkait mungkin mengalami gejala sisa secara terus-menerus. Penting untuk dipahami bahwa ada spektrum gejala gangguan pendengaran. Sedangkan untuk gejala trauma akustik nampaknya tidak hanya melibatkan ketidakmampuan mendengar dari salah satu atau kedua telinga.

Gejala trauma akustik lain, meliputi:

  • Suara yang biasa terdengar baik berubah menjadi teredam atau tidak jelas
  • Kecenderungan meminta orang lain untuk berbicara lebih keras
  • Menyalakan televisi, sound system, atau volume di ponsel lebih keras dari biasanya

2. Penyebab

5 Fakta Trauma Akustik, Gangguan Pendengaran akibat Suara Kerasilustrasi perempuan latihan menembak (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Seperti yang telah disinggung pada poin sebelumnya, trauma akustik berhubungan dengan paparan suara keras yang tiba-tiba atau terus-menerus. Beberapa contoh suara keras yang dapat menyebabkan peningkatan risiko trauma akustik, antara lain:

  • Tembakan
  • Ledakan bervolume tinggi yang terjadi secara tiba-tiba di dekat telinga
  • Terpapar kegiatan tertentu yang berhubungan dengan sumber suara keras, seperti berburu, mendengarkan musik dengan headphone, atau tergabung pada kegiatan band rock
  • Bekerja di lingkungan yang mengharuskan terpapar suara keras, misalnya menjadi tukang kayu atau tukang kebun

Tidak semua suara keras secara otomatis menyebabkan gangguan pendengaran. Beberapa faktor tertentu juga dapat berkontribusi, seperti tingkat desibel suara yang dipancarkan dan durasi paparan.

Baca Juga: Cara Cegah Gangguan Pendengaran karena Sering Pakai Earphone

3. Diagnosis

5 Fakta Trauma Akustik, Gangguan Pendengaran akibat Suara Kerasilustrasi pemeriksaan telinga (pexels.com/Karolina Grabowska)

Jika kamu merasa mengalami trauma akustik diikuti gangguan pendengaran atau perubahan pada pendengaran, penting untuk segera berkonsultasi pada dokter. Adapun dokter yang dapat kamu kunjungi ialah dokter perawatan primer, otolaryngologist atau spesialis Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT), atau audiolog.

Studi dalam American Family Physician juga menegaskan, ketika seseorang mengalami gangguan pendengaran secara tiba-tiba, penting baginya untuk menemui dokter sesegera mungkin. Tujuannya adalah untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.

Sementara itu, untuk memahami jenis gangguan pendengaran yang dialami pasiennya, dokter akan melakukan serangkaian tes skrining untuk menjatuhkan diagnosis, seperti:

  • Mengevaluasi riwayat kesehatan pasien yang berhubungan dengan gangguan pendengaran
  • Melakukan pemeriksaan fisik telinga yang mencakup bagian luar dan saluran telinga bagian dalam
  • Pemeriksaan bagian kepala dan leher
  • Tes audiometri untuk mendalami kondisi pendengaran pasien

4. Penanganan

5 Fakta Trauma Akustik, Gangguan Pendengaran akibat Suara Kerasilustrasi perempuan sedang berkonsultasi pada dokter (pexels.com/MART PRODUCTION)

Perawatan medis bagi kasus trauma akustik tergantung pada efek yang ditimbulkannya. Pengobatan cenderung ditujukan untuk mencegah terjadinya gangguan pendengaran lebih lanjut atau memulihkan gangguan pendengaran.

Beberapa bentuk perawatan medis umum yang digunakan untuk menangani trauma akustik, yakni:

  • Perbaikan gendang telinga
  • Pemberian alat bantu dengar, misalnya implan koklea
  • Pemberian alat untuk melindungi telinga
  • Pemberian obat-obatan untuk beberapa kasus trauma akustik akut, salah satunya obat steroid

5. Mekanisme koping

5 Fakta Trauma Akustik, Gangguan Pendengaran akibat Suara Kerasilustrasi perempuan menggunakan headphone (pexels.com/Tirachard Kumtanom)

Poin penting dari kasus trauma akustik adalah berusaha untuk mencegah kejadian tersebut terjadi. Faktanya, setiap orang perlu memahami pentingnya menjaga kesehatan telinga dari paparan suara keras. 

Untuk mencegah trauma akustik, kamu bisa memulainya dengan mengedukasi diri sendiri perihal gangguan pendengaran. Setelah memahami berbagai faktor penyebabnya, maka sebisa mungkin kamu harus berkomitmen untuk menjaga kesehatan telinga.

Mengalami gangguan pendengaran akibat trauma akustik dapat memiliki efek mendalam pada kemampuan berkomunikasi dengan orang lain. Ini juga dapat memengaruhi aktivitas sehari-hari yang bisa memicu peningkatan depresi. Efek jangka panjangnya tentu akan berimbas pada kualitas hidup secara komprehensif.

Baca Juga: 5 Masalah Kesehatan yang Menyebabkan Gangguan Pendengaran

Indriyani Photo Verified Writer Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya