Abuse By Proxy, Bentuk Kekerasan Emosional oleh Pihak Ketiga

Dengan taktik halus yang mungkin tidak disadari oleh korban

Abuse by proxy adalah istilah untuk menggambarkan kekerasan emosional yang terjadi dalam rumah tangga. Kondisi ini terwujud ketika pelaku menggunakan orang lain untuk menyakiti korban. Motif pelaku bervariasi, seperti mempermalukan atau membuat korban percaya bahwa semua orang membenci dirinya.

Beberapa contoh abuse by proxy bisa berbeda pada masing-masing orang. Ini termasuk menyebarkan kebohongan, menyabotase karier, bahkan melakukan fitnah dengan menyebarkan berita palsu. 

Perlu dipahami bahwa abuse by proxy ialah fenomena sosial yang kurang diteliti secara ilmiah. Namun, praktiknya telah banyak ditemukan dalam masyarakat luas. 

1. Abuse by proxy dalam rumah tangga

Abuse By Proxy, Bentuk Kekerasan Emosional oleh Pihak Ketigailustrasi pasangan suami istri berargumen (pexels.com/Mikhail Nilov)

Jenis kekerasan ini bisa sulit teridentifikasi karena pelaku sering kali melakukannya dengan cara yang halus. Misalnya, pelaku mungkin bisa saja meminta orang terdekat korban untuk memposting sesuatu yang negatif secara online. Setelah mengetahuinya, maka korban akan mengalami disorientasi dan kebingungan mengapa orang terdekatnya bersikap seperti itu.

Dalam kasus lain dalam rumah tangga, pasangan dapat menjadikan anak sebagai subjek untuk melakukan kekerasan emosional. Ini bisa melibatkan pembuatan tuduhan palsu tentang perselingkuhan atau menjelaskan bahwa orang tuanya yang lain tidak lagi menyayangi anaknya.

Praktik abuse by proxy secara tidak langsung menyebabkan kerugian. Ini menjadikan orang lain sebagai alat untuk menimbulkan kekacauan. Dengan begitu, pelaku akhirnya memiliki kontrol lebih atas diri korban.

2. Benarkah praktik abuse by proxy identik dengan seorang narsistik?

Abuse By Proxy, Bentuk Kekerasan Emosional oleh Pihak Ketigailustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/MART PRODUCTION)

Orang dengan kepribadian narsistik bisa dengan mudah memanipulasi orang-orang terdekat korban, dan kemudian meminta korban melakukan hal-hal yang bertentangan dengan keinginannya. Orang yang narsistik cenderung menyukai jenis kekerasan tipe ini karena lebih mudah mengisolasi korban dan melenyapkan figur pendukungnya. 

Studi dalam Health Psychology Research mengungkapkan, individu dengan gangguan kepribadian narsistik memiliki karakteristik yang sesuai dengan profil orang yang melakukan kekerasan terhadap pasangan intim. Oleh karenanya, para ahli menduga bahwa ada kaitan antara narsisme dengan abuse by proxy.

Baca Juga: Narsis Dianggap Sebagai Gangguan Kepribadian, Kenali Ciri-cirinya!

3. Tanda

Abuse By Proxy, Bentuk Kekerasan Emosional oleh Pihak Ketigailustrasi rumah tangga dengan abuse by proxy (pexels.com/Timur Weber)

Penting untuk mengetahui tanda-tanda praktik abuse by proxy. Ketika berhasil mengidentifikasi tanda-tanda kekerasan emosional, maka akan lebih mudah untuk mencari bantuan baik dari jalur medis maupun ranah sosial. Beberapa tanda-tanda kekerasan emosional yang menjurus pada abuse by proxy, yakni:

  • Merasa kehilangan kekuatan dan kendali atas diri sendiri.
  • Merasa terjebak dalam hubungan yang tidak sehat.
  • Merasa tidak aman.
  • Menerima ejekan atau cemooh yang konsisten dari pasangan.
  • Terintimidasi dan didominasi oleh pasangan.
  • Mengalami masalah eksternal (dengan keluarga, sahabat, atau rekan kerja) yang dipicu oleh pasangan.

4. Dampak

Abuse By Proxy, Bentuk Kekerasan Emosional oleh Pihak Ketigailustrasi hubungan tidak sehat (pexels.com/Timur Weber)

Abuse by proxy adalah bentuk kekerasan emosional yang sangat berbahaya. Dalam beberapa kasus, korban akhirnya menyerah yang kemudian menghantarkannya pada beberapa masalah kesehatan mental, seperti kecemasan atau depresi.

Ancaman nyata lainnya adalah, korban mungkin menjadi paranoid dan tidak percaya pada semua orang di sekitarnya. Dalam kasus yang lebih ekstrem, korban bahkan dapat melakukan uji coba bunuh diri.

5. Menangkal praktik abuse by proxy dengan strategi yang sehat

Abuse By Proxy, Bentuk Kekerasan Emosional oleh Pihak Ketigailustrasi perempuan bersikap tegas (pexels.com/Keira Burton)

Salah satu aspek paling krusial dari kekerasan emosional adalah efeknya yang bisa melemahkan harga diri seseorang. Ketika fase tersebut terjadi, maka akan lebih sulit bagi individu yang bersangkutan untuk mencari intervensi.

Memiliki hubungan romantis yang sehat adalah kunci untuk terhindar dari praktik abuse by proxy. Siapa pun harus memahami fakta penting dalam sebuah hubungan. Ini berkaitan dengan, ketika seseorang benar-benar menaruh rasa sayang, maka orang tersebut tidak akan sampai hati melakukan tindak kekerasan emosional pada pasangannya. 

Ketika sudah banyak tanda-tanda "red flag" dalam hubungan, pertimbangkan kembali untuk melakukan evaluasi secara terbuka. Sementara itu, apabila efek abuse by proxy sudah menjamah ke ranah kesehatan, jangan ragu berkonsultasi pada orang yang bisa dipercaya. Ahli kesehatan mental atau praktisi anti kekerasan akan membantu untuk keluar dari jerat kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Baca Juga: Dampak dan Kondisi Korban Kekerasan Seksual Menurut Psikolog

Indriyani Photo Verified Writer Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya