Bias Kognitif: Tanda, Tipe, Penyebab, dan Dampak

Kesalahan berpikir yang memengaruhi tindakan

Bias kognitif merupakan kesalahan dalam proses nalar yang menyebabkan ketidakakuratan suatu informasi. Hal ini berkaitan dengan paparan data yang memasuki otak untuk kemudian singgah menjadi memori jangka pendek maupun jangka panjang.

Ini juga menciptakan mekanisme "jalan pintas" untuk mempersingkat waktu dalam memproses informasi. Persoalan yang menjadi fokus bahasan di sini adalah bahwa jalan singkat tersebut tidak selalu bersifat objektif dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan.

Bias kognitif menjadi bagian dari kesalahan sistematis dalam berpikir. Imbasnya, seseorang dapat salah menafsirkan informasi yang kemudian memengaruhi keputusan dan penilaian yang dibuat.

1. Tanda

Bias Kognitif: Tanda, Tipe, Penyebab, dan Dampakilustrasi perempuan mengamati lingkungan (pexels.com/Hoàng Chương)

Konsep bias kognitif pertama kali digaungkan sekitar tahun 1970-an oleh peneliti di bidang psikologi kognitif, Amos Tversky dan Daniel Kahneman. Sejak itu, para peneliti telah menggambarkan sejumlah jenis bias yang memengaruhi pengambilan keputusan di berbagai bidang kehidupan.

Pada dasarnya, setiap orang memiliki tendensi bias kognitif dalam beberapa episode kehidupannya. Beberapa tanda yang bisa menjadi indikasi bias kognitif meliputi:

  • Hanya memperhatikan hal yang sesuai dengan preferensi atau pendapat diri sendiri.
  • Menyalahkan faktor eksternal saat kenyataan tidak sejalan dengan keinginan.
  • Menghubungkan kesuksesan orang lain dengan keberuntungan, tetapi mengagungkan penghargaan pribadi untuk pencapaian sendiri.
  • Mempelajari suatu topik dengan kapasitas yang tidak terlalu banyak, tetapi berasumsi mengetahui segalanya.

2. Tipe

Bias Kognitif: Tanda, Tipe, Penyebab, dan Dampakilustrasi laki-laki sedang duduk di dekat jendela (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Menurut studi dalam SSRN Electronic Journal, terdapat 175 bias kognitif yang telah para peneliti rangkum. Berikut adalah ringkasan singkat dari beberapa bias kognitif paling umum:

  • Actor-observer bias: Kecenderungan mengaitkan tindakan diri sendiri dengan penyebab eksternal, namun menghubungkan perilaku orang lain dengan penyebab internal.
  • Anchoring bias: Kecenderungan terlalu bergantung pada informasi awal yang didapatkan.
  • Attentional bias: Kecenderungan memperhatikan beberapa hal sekaligus dan mengabaikan hal lainnya.
  • Availability heuristic: Menempatkan nilai yang lebih besar pada informasi yang muncul di benak dengan cepat.
  • Confirmation bias: Mendukung informasi yang sesuai dengan keyakinan dan mengabaikan bukti yang ada.
  • False consensus effect: Kecenderungan melebih-lebihkan seberapa banyak orang lain setuju dengan diri sendiri.
  • Functional fixedness: Kecenderungan melihat objek bekerja dengan cara tertentu.
  • Halo effect: Kesan dapat memengaruhi perasaan dan pemikiran tentang karakter orang lain meskipun belum mengenal dekat. Kondisi ini sering kali berhubungan dengan daya tarik fisik yang memengaruhi penilaian kualitas orang lain. 
  • Misinformation effect: Ketika informasi setelah menerima peristiwa tertentu mengganggu ingatan tentang peristiwa sebenarnya. Misalnya, ingatan diri sendiri mudah terpengaruh oleh apa yang didengar dari orang lain.
  • Optimism bias: Memuat keyakinan bahwa diri sendiri tidak menderita dan lebih mungkin mencapai kesuksesan.
  • Self-serving bias: Kecenderungan menyalahkan kekuatan eksternal ketika hal-hal buruk terjadi dan menghargai diri sendiri ketika hal-hal baik terjadi.
  • Dunning-Kruger effect: Ketika orang-orang percaya bahwa mereka lebih pintar dan lebih mampu (tidak dapat mengenali kelemahannya).

Baca Juga: Travel Anxiety: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Penanganan

3. Penyebab

Bias Kognitif: Tanda, Tipe, Penyebab, dan Dampakilustrasi laki-laki berpikir (pexels.com/cottonbro)

Bias kognitif dapat disebabkan oleh sejumlah faktor yang berbeda, seperti:

  • Emosi.
  • Motivasi individu.
  • Batas kemampuan berpikir untuk memproses informasi.
  • Tekanan sosial
  • Faktor usia. Studi dalam Journal of Clinical and Experimental Neuropsychology mengungkap, bias kognitif juga dapat meningkat seiring bertambahnya usia karena penurunan fleksibilitas kognitif.

4. Dampak

Bias Kognitif: Tanda, Tipe, Penyebab, dan Dampakilustrasi laki-laki sedang fokus bekerja (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Bias kognitif bisa memengaruhi kecakapan dalam mengambil keputusan. Selain itu, juga dapat membatasi kemampuan memecahkan masalah, menghambat karier, merusak hubungan interpersonal, sampai meningkatkan kecemasan dan depresi.

Perlu diperhatikan kembali bahwa bias kognitif juga dapat berkontribusi terhadap pemikiran yang menyimpang. Akan tetapi, bias kognitif tidak selalu dikaitkan dengan hal yang buruk.

Beberapa psikolog percaya bahwa ada tipe bias kognitif yang dapat dimanfaatkan dengan tujuan adaptif. Situasi demikian memungkinkan mencapai keputusan dengan cepat saat dalam kondisi bahaya.

5. Bisakah manusia menghindari bias kognitif?

Bias Kognitif: Tanda, Tipe, Penyebab, dan Dampakilustrasi berdiskusi dengan teman kantor (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Pikiran manusia secara tersistem menyukai efisiensi, yang berarti sebagian besar penalaran dilakukan untuk melakukan pengambilan keputusan. Agar terhindar dari praktik bias kognitif yang menyesatkan, ada beberapa strategi sederhana yang bisa dipraktikkan guna mengurangi efeknya:

  • Mempelajari bahasan mengenai bias kognitif untuk memudahkan identifikasi tipe bias kognitif apa yang dominan.
  • Ketika dilanda efek bias kognitif, usahakan untuk memperlambat pengambilan keputusan dan pertimbangkan kembali konsekuensi jangka panjangnya.
  • Terkoneksi dengan kelompok pendukung sebagai mitra untuk bertukar pikiran tanpa ada unsur menghakimi.
  • Terus berlatih untuk mengesampingkan efek bias kognitif. Penelitian dalam jurnal Psychological Science menjelaskan, pelatihan kognitif dapat membantu meminimalkan bias kognitif dalam berpikir. 

Bias kognitif merupakan kekurangan dalam mekanisme berpikir yang bisa berdampak pada pengambilan keputusan dan tindakan. Meskipun tidak selalu dikaitkan dengan hal negatif, mengasahnya agar tetap dalam kendali penting untuk dilakukan.

Eksistensi bias kognitif mungkin terasa samar oleh awam. Dengan demikian, melatih kepekaan berpikir dan merasakan bisa dijadikan alternatif awal dalam upaya identifikasi bias kognitif. 

Baca Juga: Abuse By Proxy, Bentuk Kekerasan Emosional oleh Pihak Ketiga

Indriyani Photo Verified Writer Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya