Mengenal Anhedonia, saat Kebahagiaan Tak Bisa Lagi Kamu Rasakan  

Waspada, bisa membawa ke sesuatu yang lebih serius

Minat dan kesenangan merupakan dua hal yang saling berkaitan. Ketika individu mengembangkan minat, maka dirinya tergugah untuk merealisasikan keinginan tersebut dengan harapan kesenangan akan didapatkannya. Normalnya, dua hal tersebut erat kaitannya dengan salah satu tolak ukur kebahagiaan.

Namun, bagaimana jadinya jika seseorang tidak mampu lagi merasakan esensi kebahagiaan dari minat maupun kesenangan yang dulu ia gemari? Dalam istilah kesehatan, kondisi tersebut dikenal dengan sebutan anhedonia.

Kita perlu waspada dalam menyikapi anhedonia karena kondisi tersebut dapat menjadi indikasi gangguan kesehatan mental seperti depresi, skizofrenia, psikosis, penyakit Parkinson, serta anoreksia nervosa.

Meskipun beberapa orang dengan anhedonia tidak selalu dikaitkan dengan masalah gangguan mental, ada bukti ilmiah dalam “National Library of Medicine” bahwa anhedonia erat kaitannya dengan jurang kegelapan, yakni risiko bunuh diri.

1. Anhedonia terbagi dalam dua jenis

Mengenal Anhedonia, saat Kebahagiaan Tak Bisa Lagi Kamu Rasakan  Unsplash.com/Priscilla Du Preez

Dilansir Healthline dan Web MD, anhedonia terbagi dalam dua jenis yakni anhedonia sosial dan anhedonia fisik.

Anhedonia sosial merupakan kondisi di mana seseorang tidak tertarik pada kontak maupun situasi sosial. Biasanya, individu tidak ingin menghabiskan waktu dengan orang lain dan memilih untuk menyendiri.

Sedangkan anhedonia fisik merupakan ketidakmampuan menikmati hakikat kontak fisik seperti sentuhan, makan, dan hubungan seksual.

Sementara seseorang yang mengembangkan anhedonia biasanya menunjukkan perilaku yang berbeda dari parameter normal di dalam masyarakat. Individu yang bersangkutan sering menunjukkan respons “tidak normal” khususnya dari segi kesehatan seperti :

  • Menurunnya sisi emosional 
  • Kesulitan beradaptasi
  • Cenderung menunjukkan emosi palsu seperti pura-pura bahagia
  • Menarik diri dari hubungan sosial maupun hubungan percintaan
  • Mengembangkan perasaan negatif terhadap diri sendiri maupun orang lain
  • Mengalami masalah seksual maupun masalah yang berkaitan dengan fisik seperti sering sakit.

2. Apa yang menyebabkan seseorang mengembangkan anhedonia?

Mengenal Anhedonia, saat Kebahagiaan Tak Bisa Lagi Kamu Rasakan  unsplash.com/Naomi August

Para ahli percaya bahwa anhedonia merupakan gejala utama dari depresi, meskipun tidak semua orang yang mengalami depresi dikaitkan dengan anhedonia.

Stres dan kecemasan merupakan dua hal yang sering dikaitkan sebagai faktor pemicu anhedonia. Di samping itu, para ilmuwan juga percaya bahwa anhedonia dapat dikaitkan dengan perubahan aktivitas otak yaitu cara kerja otak yang bermasalah saat memproduksi atau merespons dopamin.

Sementara itu, dalam meminimalkan depresi tidak jarang dokter memberi resep obat tertentu seperti obat antidepresan dan antipsikotik yang memiliki efek samping dapat menyebabkan timbulnya anhedonia pada diri seseorang.

Salah satu teori psikologi yaitu Schizotypy Personality Disorder memaparkan bahwa kepribadian seseorang erat kaitannya dengan faktor risiko pengembangan gangguan psikotik salah satunya skizofrenia. Skizofrenia sendiri memiliki kaitan erat dengan anhedonia.

Penyebab lain seperti penyalahgunaan obat-obatan terlarang juga dapat menjadi kontributor pengembangan anhedonia.

Baca Juga: 10 Efek Psikologi Unik Ini Sebenarnya Kamu Rasakan dalam Keseharianmu

3. Riwayat keluarga dengan skizofrenia atau depresi berat dapat menjadi faktor risiko anhedonia

Mengenal Anhedonia, saat Kebahagiaan Tak Bisa Lagi Kamu Rasakan  unsplash.com/Joshua Rawson-Harris

Dilansir Healthline, wanita lebih berisiko mengalami anhedonia daripada laki-laki. Faktor risiko pengembangan anhedonia tidak jauh-jauh dari riwayat keluarga yang mengalami depresi atau skizofrenia.

Selain itu, peristiwa traumatis seperti pengabaian dan pelecehan seksual dapat juga menjadi faktor risiko individu mengembangkan anhedonia. Gangguan makan dan diagnosis penyakit tertentu yang mempengaruhi kualitas hidup juga menyumbang terjadinya anhedonia.

4. Diagnosis anhedonia

Mengenal Anhedonia, saat Kebahagiaan Tak Bisa Lagi Kamu Rasakan  Unsplash.com/Stefano Pollio

Langkah awal dalam diagnosis anhedonia biasanya melalui sesi tanya jawab menyeluruh antara dokter dan pasien terutama berkaitan dengan gejala dan suasana hati secara umum.

Pemeriksaan fisik dapat dijadikan opsi diagnosis untuk menentukan apakah pasien memiliki masalah yang berhubungan secara fisik di samping masalah mental.

Selain itu, dokter dapat mengambil sampel darah pasien untuk diujikan ke dalam laboratorium dan memastikan apakah ada indikasi kekurangan vitamin atau masalah tiroid. Dua hal tersebut memiliki korelasi terhadap suasana hati.

5. Perawatan dan pengobatan anhedonia

Mengenal Anhedonia, saat Kebahagiaan Tak Bisa Lagi Kamu Rasakan  Unsplash.com/Volkan Olmez

Dilansir Medical News Today, belum ada perawatan yang ditetapkan secara pasti untuk meredakan anhedonia. Anhedonia dapat menjadi tantangan baik bagi dokter maupun pasien yang bersangkutan mengingat belum ada perawatan pasti untuk mengobatinya.

Tenaga profesional medis seperti psikiater, psikolog, terapis, maupun tenaga ahli dalam bidang kesehatan mental dapat membantu opsi perawatan dan pengobatan bagi individu dengan kecenderungan anhedonia. Penggunaan resep obat-obatan tertentu sesuai petunjuk aturan dokter sering dikaitkan dalam perawatan dan pengobatan anhedonia.

Jenis perawatan lain yang dapat ditempuh untuk mengobati anhedonia adalah dengan menggunakan terapi elektrokonvulsif (ECT), transkranial magnetik stimulasi (TMS), dan stimulasi saraf vagus atau vagal nerve stimulation (VNS).

Isu kesehatan mental sudah menjadi perbincangan krusial di era modern saat ini. Tanda dan gejala yang dirasa menyimpang dari hukum normal tidak boleh lagi dipandang sebelah mata.

Sebagai makhluk sosial, kita dapat merangkul dan mendukung individu yang mengalami masalah berkaitan dengan kesehatan mental agar terbebas dari belenggu masalah. Di samping itu, peran diri sendiri dalam menumbuhkan pemikiran positif menjadi resep mujarab untuk meraih kebahagiaan dengan cara sederhana.

Baca Juga: 7 Warna Terbaik dan Terburuk untuk Kamar Tidur, dari Faktor Psikologi

Indriyani Photo Verified Writer Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya