Bahaya Self-Deprecation, Kebiasaan Merendahkan Diri Sendiri

Termasuk kategori self-talk yang negatif

Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang kita melontarkan kata-kata yang menjurus pada praktik merendahkan diri sendiri atau self-deprecation. Kata-kata seperti, "aku memang payah" misalnya, dapat diasosiasikan dengan self-deprecation yang sering tidak disadari.

Psikolog Inggris Susan A. Speer melalui kajian dalam British Journal of Social Psychology tahun 2019 menyebut, self-deprecation ialah bentuk self-talk yang mencerminkan keadaan kognitif yang rendah. Dengan demikian, self-deprecation punya korelasi terhadap evaluasi diri namun konteksnya negatif. 

1. Bagaimana self-deprecation terwujud dalam masyarakat?

Bahaya Self-Deprecation, Kebiasaan Merendahkan Diri Sendiriilustrasi perempuan bercengkerama (pexels.com/Sam Lion)

Melontarkan kata-kata yang bermaksud meremehkan, mencela, atau merendahkan diri sendiri bisa berarti banyak hal. Dalam kelompok sosial cenderung ditemui praktik mencela diri sendiri dengan balutan humor. Ini dilakukan agar orang yang bersangkutan bisa menjadi lebih relatable dan menyatu dengan situasi sosial yang kian dinamis. 

Akan tetapi, individu yang berjuang dengan kondisi mental tertentu, seperti kesepian, kecemasan, atau depresi, sikap merendahkan diri sendiri dapat menjadi sinyal gejala dari kondisinya. Individu dengan diagnosis gangguan kecemasan umum (GAD) misalnya, lebih mungkin mengembangkan self-talk negatif hampir setiap hari.

Media sosial juga memperburuk self-deprecation. Kondisi demikian berkaitan dengan unsur membandingkan dan rendah diri. Contoh kasus adalah seseorang cenderung membandingkan diri sendiri dengan orang lain melalui indikator keberhasilan dari unggahan di media sosial.

2. Tanda seseorang melakukan praktik self-deprecation

Bahaya Self-Deprecation, Kebiasaan Merendahkan Diri Sendiriilustrasi perempuan sedang berbicara (pexels.com/fauxels)

Beberapa tanda umum berikut bisa menunjukkan seseorang mengalami self-deprecation:

  • Tidak dapat menerima pujian: Untuk menghindari kesan "tidak enak" akibat pujian orang lain, dilakukanlah taktik merendahkan diri sebagai respons pujian yang didapat.
  • Secara insting menganggap diri sendiri tidak berarti: Dalam situasi tertentu, merendahkan diri hampir menjadi kebiasaan. Kebiasaan yang terus-menerus dilakukan akan membentuk suatu sistem yang dapat memengaruhi kinerja otak. Alhasil, orang dengan self-deprecation sering menganggap dirinya tidak berarti.
  • Ketakutan dicap sombong: Pada dasarnya, setiap orang punya kesadaran mengenai prestasi dan pencapaian. Namun, mengakuinya di hadapan orang lain dapat menghadirkan ketakutan, seperti takut dicap sombong. Dengan begitu, alih-alih menyampaikan kesan positif terhadap diri sendiri, orang tersebut mengubahnya dengan self-deprecation.

Baca Juga: Mengapa Orang Punya Kecenderungan Melakukan Prokrastinasi?

3. Dampak self-deprecation

Bahaya Self-Deprecation, Kebiasaan Merendahkan Diri Sendiriilustrasi perempuan memendam rasa sedih (pexels.com/Liza Summer)

Self-deprecation nyatanya bisa terjadi dengan melibatkan unsur lelucon. Self-deprecation dalam bentuk apa pun dapat mendatangkan konsekuensi negatif dalam kehidupan.

Laporan dalam Europe's Journal of Psychology tahun 2016 memaparkan dampak self-deprecation, meliputi:

  • Memengaruhi harga diri: Menjadikan diri sendiri lelucon mungkin dimaksudkan untuk membuat orang lain merasa senang. Namun, menjadi sasaran lelucon dengan merendahkan diri sendiri bisa menginternalisasi persepsi diri sendiri, bahkan orang lain. Hal tersebut lambat laun akan berdampak pada penurunan harga diri.
  • Meningkatkan perasaan cemas dan depresi: Dengan terus-menerus merendahkan diri, kesehatan mental dapat terkena dampaknya. Mirisnya, terlibat dalam candaan yang merendahkan diri sendiri telah dikaitkan dengan kondisi mental, seperti depresi dan kecemasan.
  • Merasa kurang optimis: Sikap merendahkan diri sendiri dapat merenggut perasaan senang. Perbuatan ini dapat menyebabkan kurangnya rasa optimisme dalam diri individu yang bersangkutan.

4. Merespons self-deprecation

Bahaya Self-Deprecation, Kebiasaan Merendahkan Diri Sendiriilustrasi seorang perempuan meminta saran kepada temannya (pexels.com/Monstera)

Dewasa ini, self-deprecation seolah menjamur di kalangan anak muda. Ini sebaiknya disikapi dengan bijak agar tidak merembet ke aspek lain di kehidupan. Bagaimanapun juga, self-deprecation layaknya parasit yang memberikan dampak negatif dalam hidup.

Jika kamu mendengar temanmu mengeluh tentang dirinya sendiri, jangan abai dan ingatkan bahwa dirinya berharga. Afirmasi positif dapat membantu menegaskan perasaan temanmu bahwa dirinya mendapat dukungan.

Jika situasi dirasa sudah keluar dari batas normal, jangan ragu mengatasinya dengan jalur medis. Perawatan berbasis terapi bisa membantu meminimalkan dampak akibat self-deprecation. 

5. Menyeimbangkan diri sendiri terhadap self-deprecation

Bahaya Self-Deprecation, Kebiasaan Merendahkan Diri Sendiriilustrasi laki-laki saling memberi dukungan (pexels.com/Allan Mas)

Setelah mengetahui bahaya self-deprecation, maka kamu sebaiknya memahami mekanisme koping untuk menghalaunya. Metode sederhana melalui penerimaan pujian dari orang lain bisa diterapkan. Selanjutnya, jangan lupa mengucapkan terima kasih atas pujian tersebut.

Jurnal pribadi menjadi opsi selanjutnya. Menulis jurnal secara rinci bisa menjadi alternatif yang sehat untuk memutus mata rantai self-deprecation

Self-deprecation tidak langsung diartikan sebagai kondisi kesehatan mental. Namun, praktik ini bisa mendatangkan konsekuensi negatif dalam kehidupan. Segeralah mengatasinya sebelum efek buruknya merembet ke banyak hal.

Baca Juga: Bias Kognitif: Tanda, Tipe, Penyebab, dan Dampak

Indriyani Photo Verified Writer Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya