5 Alasan Generasi Millennial Harus Melek Stunting

Perhatikan bahayanya, lakukan pencegahannya!

Stunting (rendahnya tinggi badan menurut umur) mencerminkan pertumbuhan linier yang buruk. Kondisi ini terakumulasi sejak periode pre dan post natal (setelah kelahiran) yang disebabkan oleh buruknya gizi dan kesehatan.

Stunting pada usia dini akan mengakibatkan efek merugikan pada kecerdasan, perkembangan psikomotorik, keterampilan motorik halus dan integrasi neurosensorik.

1. Stunting memengaruhi konsentrasi belajar anak

5 Alasan Generasi Millennial Harus Melek StuntingUnsplash/joshapplegate

Sebuah penelitian di Filipina mengenai riwayat stunting pada usia 2 tahun pertama kehidupan, berkaitan pada efek pencapaian prestasi di sekolah karena konsentrasi belajarnya hingga dewasa (Bas In, Gultiano dalam Paper Series Childhood Stunting and Schooling attainment of Filipino Young Adults, 2007).

Terkait dengan pencapaian usia dewasa, analisis data dari Indonesian Family Life Survey (IFLS ) tahun 2007 mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan pada pendapatan berdasarkan tinggi badan pekerja. Hal ini menggarisbawahi pentingnya gizi anak sejak usia dini, mengingat bahwa stunting sangat berkaitan erat dengan produktivitas kita di kemudian hari (Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat, Balitbangkes RI).

2. Stunting memengaruhi psikomotorik anak

5 Alasan Generasi Millennial Harus Melek StuntingUnsplash/austincmdz

Ada banyak sekali macam gangguan psikomotorik pada anak, seperti hipokinesia (gerakan atau aktivitas yang berkurang dari yang semestinya), ada juga stupor katatonik (reaksi terhadap lingkungan yang sangat lambat), dan masih banyak lagi. (Maramis, W.F, 2005 dalam Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press : Surabaya).

Seperti yang kita ketahui bahwa respon anak terhadap lingkungannya adalah hal penting yang akan menunjang kehidupan dewasanya kelak. Dalam hal ini zat gizi memegang peranan penting dalam dua tahun pertama kehidupan seseorang. Perkembangan dan pertumbuhan sel-sel otak memerlukan zat gizi yang adekuat. Kecukupan gizi pada masa ini akan mempengaruhi proses tumbuh kembang anak pada periode selanjutnya, termasuk perkembangan psikomotoriknya.

Baca Juga: Cegah Stunting dengan Ketahui 5 Faktor Penyebabnya

3. Stunting memengaruhi keterampilan motorik kasar anak

5 Alasan Generasi Millennial Harus Melek StuntingUnsplash/chelsea_aaron

Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar, sebagaian besar atau seluruh anggota tubuh, yang dipengaruhi oleh usia, berat badan dan perkembangan anak secara fisik. Contoh kemampuan motorik kasar adalah menendang, duduk, berdiri, berjalan berlari, dan naik turun naik tangga.

Ada banyak penelitian yang menyatakan bahwa stunting dapat mempengaruhi keterampilan motorik kasar dan halus seorang anak. Salah satunya yaitu penelitian dari seorang praktisi kesehatan dalam jurnal thesisnya, Dian Widanarta dari Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2013. 

4. Stunting memengaruhi keterampilan motorik halus anak

5 Alasan Generasi Millennial Harus Melek StuntingUnsplash/zhenhappy

Hasil uji pada beberapa penelitian menghasilkan korelasi yang menunjukan ada hubungan asupan energi dengan perkembangan motorik halus dan motorik kasar. Jika seorang anak tidak terpenuhi asupan gizinya dalam jangka waktu yang lama (stunting) maka besar kemungkinan perkembangan motoriknya akan terganggu. Karena serebellum otak yang mengoordinasi gerak motorik merupakan bagian paling rentan rusak pada masa bayi, sehingga malnutrisi di awal kehidupan anak akan menghambat perkembangan motoriknya.

5. Stunting memengaruhi integrasi neurosensorik anak

5 Alasan Generasi Millennial Harus Melek Stuntingrenatokatchadur.com.br

Neurosensory merupakan salah satu kelompok sel syaraf yang berfungsi untuk mengantarkan rangsangan dari luar tubuh menuju saraf pusat. Ada dua jenis syaraf pusat yang menjadi fokus dari sel sensoris, yakni otak dan sistem tulang belakang.

Contohnya adalah ketika permukaan kulit kita menyentuh obyek atau benda. Lalu sel neuron sensoris akan mengantarkan informasi atau sinyal mengenai jenis obyek tadi ke saraf pusat. Jika kasusnya adalah menyentuh dengan sengaja, maka pusat otak yang akan menganalisis dan mengartikan rangsangan tadi. Namun jika yang obyek yang tersentuh tadi tidak sengaja, maka yang bekerja adalah sistem tulang belakang.

Kemudian sistem syaraf pusat akan mengartikan informasi tadi. Memerintah mata untuk mengamati benda apa yang di lihat, serta mengartikan rangsangan yang bawa kulit untuk mengindentifikasi ciri cirinya. Setelah itu, memerintah mulut untuk menjawab obyek apa yang sedang di pegang atau di sentuh tadi.

Maka sekali lagi, pemenuhan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan anak akan mempengaruhi perkembangan neurosensory nya karena pemenuhan gizi ini berkaitan dengan tumbuh dan berkembangnya sel-sel otak pada saat berupa janin hingga lahir ke dunia.

Nah, mari kita dukung Kementerian Komunikasi dan Informasi sebagai Koordinator Kampanye Nasional Penanganan Stunting untuk terus mendorong pelaksanaan komunikasi fokus dan integratif melalui berbagai kanal komunitas demi terwujudnya generasi Indonesia yang sehat menyongsong bonus demografi di tahun 2030 nanti. Generasi Millenial harus ikut mengkampanyekan bahaya stunting ini dong ya!

#MillenialBEST untuk Indonesia Emas.

Baca Juga: Jangan Salah Kaprah, Stunting dan Tubuh Pendek Itu Beda Lho!

Jihan Mawaddah Photo Writer Jihan Mawaddah

Knowledge seeker

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Indra Zakaria

Berita Terkini Lainnya