Kenapa Internet Rentan Memicu Anak Muda untuk Melukai Diri?

Cyberbullying tingkatkan risiko melukai diri dan bunuh diri

Di era modern seperti sekarang, siapa, sih, yang tidak menggunakan jaringan internet? Mulai dari berkirim pesan, belanja, belajar, mengakses informasi dan media sosial, hingga sarana hiburan. Tidak dimungkiri kalau internet memang memudahkan kita dalam berbagai hal, khususnya di masa pandemik COVID-19 ini.

Sayangnya, di sisi lain penggunaan akses internet berlebihan, khususnya media sosial, bisa berdampak buruk pada penggunanya. Contohnya adalah depresi yang paling berbahaya adalah memicu keinginan untuk melukai diri bahkan percobaan atau tindakan bunuh diri.

Nah, lewat artikel ini akan dibahas bagaimana internet, seperti medial sosial dan online video sharing dapat memicu seseorang, khususnya kelompok anak muda, untuk melukai diri dan/atau mencoba bunuh diri.

1. Definisi aksi bunuh diri menurut ilmu psikologi

Kenapa Internet Rentan Memicu Anak Muda untuk Melukai Diri?ilustrasi overdosis (pixabay.com/HASTYWORDS)

Dilansir MSD Manuals, bunuh diri adalah kematian yang disebabkan oleh aksi melukai diri yang disengaja dan/atau dengan sadar melakukannya. Aksi bunuh diri terdiri dari tiga perilaku, yaitu:

  • Bunuh diri yang berhasil dilakukan (completed suicide)
  • Percobaan bunuh diri tetapi gagal (attempted suicide)
  • Rencana atau berpikir untuk melakukan bunuh diri (suicidal ideation)

Menurut data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) lebih dari 700.000 orang meninggal dunia setiap tahunnya akibat melakukan bunuh diri. Kemudian, bunuh diri berada di urutan keempat penyebab kematian di kelompok anak muda usia 15-19 tahun. Tentu saja ini sangat mengkhawatirkan.

Laman Royal Society for Public Health (RSPH) menyebutkan bahwa 91 persen dari total anak muda yang berusia 16-24 tahun menggunakan internet untuk jejaring sosial (social networking). Hasil studi mendapati penggunaan media sosial berkaitan dengan tingginya angka kecemasan, depresi, dan sulit tidur. Data ini diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh RSPH di Inggris yang dilaporkan pada tahun 2017.

2. Cyberbullying

Kenapa Internet Rentan Memicu Anak Muda untuk Melukai Diri?ilustrasi cyberbullying (savvycyberkids.org)

Menurut laporan dalam Indian Journal of Psychiatry tahun 2018, sekitar 10 hingga 40 persen anak remaja mengalami cyberbullying atau perundungan siber, dan mereka yang mengalami situasi ini berpeluang untuk mengalami depresi, memiliki masalah perilaku, rasa percaya diri yang rendah, dan memiliki pemikiran untuk bunuh diri.

Lebih lanjut, cyberbullying dinilai lebih berbahaya daripada bullying yang dilakukan secara langsung atau tatap muka. Ini karena perundungan siber meningkatkan risiko seseorang untuk mencoba melakukan bunuh diri daripada mereka yang mengalami perundungan secara langsung.

Baca Juga: Self-Injury, Kecenderungan Melukai Diri yang Harus Diwaspadai

3. Online chat room, forum, dan buletin yang secara tidak langsung mendukung atau memberikan ide untuk aksi bunuh diri

Kenapa Internet Rentan Memicu Anak Muda untuk Melukai Diri?ilustrasi sosial media (pixabay.com/geralt)

Laporan berjudul "Social Media and Suicide: A Public Health Perspective" yang terbit dalam American Journal Public Health tahun 2012 menyebutkan komunitas seperti online chat room, online forum, dan bulletin board berisiko memengaruhi anggota di komunitas tersebut untuk mencoba melakukan aksi bunuh diri.

Karakteristik anggota yang rentan untuk mencoba melakukan bunuh diri adalah mereka yang kesepian, memiliki beban hidup atau masalah pribadi, dan merasa tertekan.

Mengutip laporan dalam jurnal World Psychiatry tahun 2015, cybersuicide adalah sebuah istilah yang dipakai untuk mendeskripsikan kegiatan mencari cara untuk melakukan bunuh diri melalui internet.

Lewat proses tersebut, seseorang dapat menemukan komunitas yang anggotanya memiliki pemikiran serupa (pro-suicide websites). Hal ini yang kemudian dapat memengaruhi anggota di komunitas tersebut untuk melakukan tindakan bunuh diri karena berasumsi bahwa aksi bunuh diri adalah sesuatu yang benar.

4. Riwayat pernah melukai diri ditambah dengan ketergantungan yang berat pada internet meningkatkan risiko aksi bunuh diri

Kenapa Internet Rentan Memicu Anak Muda untuk Melukai Diri?ilustrasi seseorang yang merasa gelisah (pixabay.com/Anemone123)

Perilaku melukai diri sendiri atau non-suicidal self injury (NSSI) adalah perbuatan yang dengan sengaja dilakukan untuk melukai diri dengan cara seperti membakar kulit, menggores, dan memukul tanpa ada niat untuk melakukan bunuh diri.

Berdasarkan laporan dalam jurnal Child and Adolescent Psychiatry and Mental Health tahun 2012, mereka yang memiliki riwayat NSSI berulang kali mempunyai kesulitan dalam mengendalikan emosi dan mempunyai masalah kesehatan mental seperti depresi, berisiko tinggi melakukan aksi bunuh diri.  

Sebuah studi yang dilakukan di China yang diterbitkan di jurnal BMC Public Health tahun 2020 mendapati bahwa faktor risiko untuk mencoba melakukan bunuh diri (suicidal ideation) cukup tinggi di golongan anak muda yang terlalu banyak mengakses media sosial.

5. Konten visual secara tidak langsung memancing kelompok anak muda yang rentan untuk melakukan tindakan melukai diri 

Kenapa Internet Rentan Memicu Anak Muda untuk Melukai Diri?ilustrasi anak muda mengakses sosial media (pexels.com/Mikoto.raw Photographer)

Mentuip laporan dari Journal of Medical Internet Research tahun 2020, konten di internet dalam bentuk visual seperti foto atau video yang menampilkan gambar luka goresan, melukai diri, atau darah dapat memancing atau mendorong seseorang untuk melakukan hal yang serupa. 

6. Pencegahan

Kenapa Internet Rentan Memicu Anak Muda untuk Melukai Diri?ilustrasi telekonsultasi kejiwaan (pexels.com/Artem Podrez)

Merangkum sebuah laporan dalam jurnal Frontiers Psychology tahun 2018 dan JMIR Mental Health tahun 2017, berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah anak muda dari perilaku melukai diri dan aksi bunuh diri:

  • Apabila mendapati gambar, foto, atau video di media yang mengandung unsur melukai diri, bullying, atau kekerasan, kita dapat melaporkannya ke pihak berwenang dengan mengetuk tombol laporkan yang terdapat di media sosial yang bersangkutan.
  • Menggunakan Papageno effect untuk memberikan inspirasi kepada anak muda dan orang dewasa lainnya akan kesadaran untuk tidak melukai diri dan/atau mencoba untuk bunuh diri. Papageno effect adalah kumpulan kisah dan cerita dari orang-orang yang pernah mengalami kasus mencoba membunuh dirinya sendiri dan/atau melukai diri yang berjuang untuk hidup lebih baik dan sehat.
  • Menggunakan media sosial sebagai wadah untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat mengenai kasus bunuh diri (social media campaign). Kolaborasi antara influencer, content creator, website developers, serta tim psikologis diperlukan untuk mewujudkan hal ini.
  • Pendidikan dan penyuluhan yang dilakukan di sekolah dan universitas mengenai risiko dari melakukan aksi bunuh diri serta melukai diri sendiri. Memberikan informasi tempat-tempat yang dapat dikunjungi untuk konsultasi kejiwaan.
  • Menggunakan website khusus dan aman yang dapat digunakan oleh anak muda untuk konsultasi atau mendapatkan pertolongan dari tim psikolog (web based intervention).

Terakhir, mencegah anak muda untuk tidak mengakses internet sama sekali akan sangat sulit. Namun, ini bisa diatasi dengan mengarahkan mereka untuk mengakses situs yang edukatif dan lebih bermanfaat. Bila membutuhkan bantuan konseling, kamu bisa menghubungi 119 extension 8, atau mengunjungi ahli kejiwaan untuk mendapat bantuan.

Baca Juga: Angka Bunuh Diri Meningkat selama Pandemik, Apa Penyebabnya?

Maria  Sutrisno Photo Verified Writer Maria Sutrisno

"Less is More" Ludwig Mies Van der Rohe.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya