6 Konsekuensi Tersembunyi yang Dialami Anak akibat Perceraian

Anak jadi rentan mengalami gangguan kecemasan dan depresi

Semua orang yang menikah tentu berharap bahtera pernikahannya berjalan lancar. Namun, terkadang ada beberapa situasi, contohnya kekerasan di dalam rumah tangga (KDRT) atau perselingkuhan di antara hal-hal lainnya, yang kemudian berujung pada perceraian.

Imbas dari perceraian tidak hanya dialami oleh pasangan. Anak juga bisa merasakannya. Biarpun dari luar anak tampak terlihat netral atau biasa saja saat tahu orang tuanya bercerai, tetapi ini bukan berarti anak tidak mengalami kesulitan dalam lingkup sosial, emosional, atau akademik.

Lalu, dampak atau kesulitan tersembunyi apa sajakah yang dapat dialami oleh anak setelah perceraian orang tua? Simak pembahasannya berikut ini.

1. Kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru yang berdampak pada kemampuan akademik

6 Konsekuensi Tersembunyi yang Dialami Anak akibat Perceraianilustrasi anak sedang mengerjakan tes sekolah (unsplash.com/Annie Spratt)

Dilansir Verywell Family, perubahan dalam rutinitas keluarga seperti tinggal dengan satu orang tua, menempati rumah baru, atau pindah sekolah menjadikan perceraian orang tua sebagai proses yang sulit. Akan tetapi, tidak semua anak mengalami hal ini. Faktor seperti usia anak dan kondisi keluarga sebelum perceraian juga berpengaruh.

Perceraian orang tua yang terjadi secara tiba-tiba cenderung membawa dampak negatif pada kemampuan akademik anak-anak di sekolah.

Lebih lanjut, sebuah studi di Etiopia yang diterbitkan dalam Education Journal tahun 2021 mendapati bahwa nilai akademik anak yang awalnya baik mengalami penurunan setelah orang tuanya bercerai. 

2. Rentan terhadap gangguan kecemasan dan depresi

6 Konsekuensi Tersembunyi yang Dialami Anak akibat Perceraianilustrasi anak yang merasa cemas dan takut (unsplash.com/Caleb Woods)

Anak usia sekolah seperti mereka yang berada di jenjang sekolah dasar akan mengalami inner konflik seperti perasaan bersalah, marah, atau cemas ketika mengetahui orang tuanya bercerai. Hal ini dirasakan sekali oleh anak terutama bila mereka memiliki hubungan yang dekat dengan satu atau kedua orang tua.

Akan tetapi, tidak semua anak mengutarakan perasaan mereka kepada orang tua setelah mengetahui berita perceraian tersebut. Inner konflik yang tidak terselesaikan dapat mengakibatkan anak tersebut mengalami gangguan mental.

Dilansir FamilyMeans, depresi dapat muncul karena rasa tertekan dan bersalah yang dialami oleh anak setelah orang tuanya bercerai.

Perasaan bersalah dan marah tidak hanya dirasakan oleh anak-anak yang usianya masih kecil, tetapi remaja pun dapat mengalaminya.

Kemudian, anak juga bisa merasa khawatir akan masa depannya. Laporan studi yang terbit dalam jurnal Contemporary Perspective on Child Psychology and Education tahun 2017 menyebutkan bahwa masalah kesehatan mental seperti kecemasan, gangguan panik, dan agorafobia bisa muncul pada anak usia remaja setelah orang tuanya cerai.

Baca Juga: Anak Dibesarkan Tanpa Ayah, Apa Dampaknya?

3. Anak berisiko terlibat masalah dalam perilaku sehari-hari

6 Konsekuensi Tersembunyi yang Dialami Anak akibat Perceraianilustrasi interaksi sosial disosiatif (unsplash.com/Jerry Zhang)

Selain mengalami gangguan mental seperti depresi, anak usia remaja juga rentan terhadap berbagai masalah perilaku. Masalah perilaku seperti agresif, aktivitas seksual, dan mengonsumsi obat terlarang (narkoba) dapat muncul pada anak setelah orang tuanya berpisah. 

Hasil studi yang dilakukan di Istanbul, Turki, dengan jumlah responden 162 anak remaja mendapati bahwa anak laki-laki cenderung menjadi agresif setelah perceraian orang tua, sedangkan anak perempuan lebih mengarah kepada kegiatan seksual dan memiliki rasa percaya diri yang rendah.

4. Hubungan dengan salah satu orang tua menjadi jauh

6 Konsekuensi Tersembunyi yang Dialami Anak akibat Perceraianilustrasi anak yang hanya dibesarkan oleh ibunya (unsplash.com/Benjamin Manley)

Dampak lain dari perceraian adalah hubungan anak dengan salah satu orang tua bisa renggang. Beberapa kondisi yang memicu hal ini antara lain penetapan hak asuh dan tempat tinggal yang berbeda.

Dilansir Master of Social Work Clinical Research Papers St. Catherine University tahun 2014, hak asuh yang jatuh kepada pihak ibu dan membatasi bahkan melarang anak untuk bertemu dengan ayah dapat mengakibatkan hubungan anak dengan ayah menjadi jauh.

Berkaitan dengan poin sebelumnya, merujuk pada laporan dalam jurnal European Sociological Review tahun 2012, perceraian orang tua juga dapat mengakibatkan tiga kondisi, yaitu:

  • Hubungan anak dengan ayah atau ibu dalam konteks memberikan dukungan, frekuensi interaksi, dan kualitas hubungan menjadi berkurang.
  • Perceraian juga menyebabkan ketidaksetaraan dalam kedekatan anak dengan orang tua. Contohnya, anak menjadi lebih dekat dengan ibu setelah perceraian atau sebaliknya.
  • Tidak ada perbedaan jenis kelamin dengan siapa anak suka konflik atau ribut dengan ayah atau ibu setelah perceraian. Maksudnya, anak dapat bersitegang terhadap ayah atau ibunya setelah orang tuanya bercerai, tidak pada satu pihak saja. 

5. Anak berisiko tinggi mengalami perceraian saat dewasa nanti

6 Konsekuensi Tersembunyi yang Dialami Anak akibat Perceraianilustrasi pasangan yang sedang berargumentasi (Pexels.com/Alex Green)

Konsekuensi tersembunyi lain pada anak seusai orang tuanya bercerai juga dapat dialami saat anak sudah dewasa. Anak tersebut berisiko mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan asmara.

Berdasarkan studi yang dilaporkan di Journal of  Family Psychology tahun 2008, didapati bahwa perempuan dewasa yang orang tuanya bercerai saat ia masih kecil memiliki komitmen yang rendah terhadap hubungan asmara atau pernikahan, serta cenderung pesimistis terhadap kehidupan pernikahannya.

6. Perubahan pada pola makan dan pola tidur anak

6 Konsekuensi Tersembunyi yang Dialami Anak akibat Perceraianilustrasi anak (unsplash.com/Юлія Дубина)

Healthline melansir, studi tahun 2019 mengajukan pertanyaan apakah anak-anak benar-benar memikul beban perceraian atau tidak. Sementara indeks massa tubuh (IMT) pada anak-anak tidak segera menunjukkan dampak, IMT dari waktu ke waktu mungkin "secara signifikan" lebih tinggi daripada anak-anak yang tidak mengalami perceraian. Efek ini terutama terlihat pada anak-anak yang mengalami perpisahan sebelum berusia 6 tahun.

Anak-anak pada sebagian besar kelompok usia juga mengalami masalah tidur, yang dapat menyebabkan penambahan berat badan. Ini kembali ke regresi, tetapi juga termasuk hal-hal seperti mimpi buruk atau kepercayaan pada monster atau makhluk fantastik lainnya yang menimbulkan perasaan cemas menjelang waktu tidur.

Itulah lima konsekuensi tersembunyi yang dapat dialami oleh anak setelah perceraian orang tuanya. Namun, tidak semua anak akan mengalami kondisi-kondisi tersebut. Faktor seperti kondisi rumah tangga sebelum perceraian, persiapan dan perencanaan hak asuh, serta faktor ekonomi keluarga berpengaruh terhadap kesiapan anak dalam menerima perceraian orang tua.

Orang tua yang sedang dalam fase perceraian sebaiknya minta bantuan kepada psikolog dan sekolah untuk membantu proses transisi agar berjalan lancar. Terakhir, orang tua diharapkan berusaha semaksimal mungkin untuk membangun dan menjaga komunikasi yang baik dengan anak dan mantan pasangan agar mental anak tidak terluka. 

Baca Juga: Bagaimana Cara Mengenalkan Konsep Kematian kepada Anak-anak?

Maria  Sutrisno Photo Verified Writer Maria Sutrisno

"Less is More" Ludwig Mies Van der Rohe.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya