Anak-anak yang Dipaksa Menjadi Vegan Berisiko Mengalami Malnutrisi?

Karena kebutuhan gizi anak jadi tidak terpenuhi

Vegan didefinisikan sebagai cara hidup yang berusaha menghindari segala bentuk eksploitasi dan kekejaman terhadap hewan. Bukan hanya menolak makan produk hewani (daging, telur, susu, hingga madu), tetapi juga tidak memakai pakaian yang berbahan bulu binatang.

Walau tujuannya mulia, tetapi harus diakui bahwa pola makan vegan tidak untuk semua orang. Salah satu yang tidak disarankan menjadi vegan adalah anak-anak karena mereka rentan mengalami malnutrisi. Benarkah demikian?

1. Dikaitkan dengan pertumbuhan yang terhambat

Anak-anak yang Dipaksa Menjadi Vegan Berisiko Mengalami Malnutrisi?ilustrasi pertumbuhan anak (navicenthealth.org)

Berdasarkan studi lama yang diterbitkan dalam jurnal Nutrition and Health tahun 1998, pola makan vegan pada anak-anak dikhawatirkan berdampak pada masalah pertumbuhan. Pola makan vegan sangat mungkin dikaitkan dengan malnutrisi, terutama jika pola makan tersebut adalah hasil dari dogma otoriter orang tua.

Salah satu kasusnya terjadi di Australia. Mengutip BBC, pasangan tersebut menerapkan pola makan vegan ketat kepada anak perempuannya. Mereka hanya memberinya kentang, oat, nasi, dan roti panggang. Usianya 19 bulan, tetapi sangat kekurangan gizi sehingga tampak seperti bayi berusia 3 bulan!

Saat ditemukan, anak itu terlihat kekurangan gizi dengan berat badan rendah, ukuran tubuh yang terlalu kecil, dan tidak memiliki gigi. Ia tidak bisa melakukan hal seperti anak seusianya, semisal duduk, berbicara, makan sendiri, dan bermain dengan mainan.

2. Meningkatkan risiko anemia

Anak-anak yang Dipaksa Menjadi Vegan Berisiko Mengalami Malnutrisi?ilustasi anak makan sandwich (pexels.com/Alex Green)

Masih mengutip jurnal yang sama, anemia merupakan risiko utama dan paling serius bagi anak yang menjalani pola makan vegan. Dilansir Everyday Health, menghindari semua produk hewani termasuk susu, telur, dan madu bisa meningkatkan risiko anemia defisiensi besi dan anemia defisiensi vitamin B12 (anemia pernisiosa).

Zat besi tersedia dalam dua bentuk, yaitu heme dan non-heme. Besi heme (yang paling mudah digunakan oleh tubuh) ditemukan dalam daging, unggas, dan ikan. Sedangkan besi non-heme ditemukan dalam bayam, kacang-kacangan, dan cokelat hitam dengan kadar minimal 45 persen. Tetapi, besi non-heme lebih sulit diserap oleh tubuh.

Tidak seperti zat besi, vitamin B12 hanya tersedia dalam daging atau produk hewani. Sehingga perlu didapatkan dari sumber lain, misalnya dengan mengonsumsi suplemen.

3. Rata-rata lebih pendek dari anak seusianya

Anak-anak yang Dipaksa Menjadi Vegan Berisiko Mengalami Malnutrisi?ilustrasi ayah dan anak (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Berdasarkan penelitian yang dikutip oleh Plant Based News yang melibatkan anak-anak, sebanyak 63 di antaranya adalah vegetarian dan 52 merupakan vegan. Selama dua tahun, peneliti mengamati komposisi tubuh, pertumbuhan, kesehatan jantung, dan mikronutrien.

Hasilnya, anak-anak vegan rata-rata lebih pendek 3 cm serta memiliki kandungan mineral tulang yang lebih rendah sekitar 4-6 persen. Mereka juga tiga kali lebih kekurangan vitamin B12 daripada anak-anak yang mengonsumsi daging dan susu.

Penjelasannya, bayi yang diberi susu formula dari sapi tumbuh lebih cepat. Dalam studi ini, anak-anak vegan cenderung tidak diberi susu formula. Menurut Dr. Justine Butler, anak-anak yang makan daging dan susu memang tumbuh lebih cepat pada awalnya, tetapi diprediksi tingginya akan seimbang saat dewasa.

Baca Juga: Kelebihan dan Kekurangan Vegan, Ini 7 Perubahan yang Akan Kamu Rasakan

4. Rentan mengalami defisiensi protein

Anak-anak yang Dipaksa Menjadi Vegan Berisiko Mengalami Malnutrisi?ilustrasi anak mengalami kelelahan (pexels.com/Karolina Grabowska)

Menurut penelitian dalam jurnal EMBO Molecular Medicine tahun 2021, anak-anak vegan memiliki skor yang rendah dalam hal asupan protein, konsentrasi serum transthyretin, dan kadar asam amino esensial serum daripada anak-anak yang omnivora.

Kekurangan asupan protein bisa fatal, sebab protein adalah makronutrien esensial yang dibutuhkan untuk tumbuh kembangnya. Dilansir Nutrition News, tanpa protein yang cukup, anak akan mengalami pertumbuhan yang tertunda, kekebalan yang lebih rendah, konsentrasi yang buruk, pengurangan perkembangan otot, penyembuhan luka lebih lambat, merasa lesu dan lelah, nyeri tulang atau sendi, serta cepat lapar.

Sebenarnya, banyak protein nabati yang bisa dikonsumsi oleh vegan. Seperti tahu, tempe, edamame, kacang-kacangan, susu kedelai, quinoa, oat, bayam, brokoli, ubi, jamur, dan masih banyak lagi. Tugas orang tua adalah mengkreasikan makanan itu supaya disukai anak.

5. Meski begitu, mereka memiliki lebih sedikit lemak tubuh dan kolesterol jahat

Anak-anak yang Dipaksa Menjadi Vegan Berisiko Mengalami Malnutrisi?ilustasi anak-anak (unsplash.com/Charlein Gracia)

Ilmuwan dari University College London dan The Children's Memorial Health Institute meneliti 187 anak dari Polandia yang berusia 5-10 tahun. Mereka terdiri dari omnivora, vegetarian, dan vegan.

Ternyata, anak yang menjalani pola makan vegan memiliki lebih sedikit lemak tubuh dan low-density lipoprotein (LDL) atau kolesterol jahat. Bisa dibilang, kesehatan jantungnya lebih baik daripada dua kelompok lainnya. Studi ini diterbitkan dalam jurnal The American Journal of Clinical Nutrition pada 19 Maret 2021.

Nah, itulah penjelasan mengenai risiko malnutrisi dan masalah kesehatan pada anak yang menjalani pola makan vegan. Semoga para orang tua bisa membuat keputusan yang lebih bijak karena ini menyangkut kesehatan dan masa depan anak!

Baca Juga: Dr. Susianto: Vegan Lebih Baik Konsumsi Makanan Utuh dibanding Olahan

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya