Indonesia Harus Rukun, Ini Efek Bertengkar Online ke Kesehatan Mental

Demi menjaga Indonesia dan keutuhannya, yuk debat yang sehat

Pernahkah kamu menjumpai perdebatan online di media sosial? Atau, justru kamu yang sering melakukannya? Terkadang, kita berdebat online dengan orang yang tidak dikenal, mulai dari hal-hal yang remeh hingga sesuatu yang serius.

Bahkan, jika tidak dikontrol, perdebatan ini bisa menjurus pada topik yang menyinggung SARA. Duh, jangan sampai, ya! Menyenggol isu SARA sama saja dengan meruntuhkan kebhinekaan yang susah-payah diperjuangkan dan dirawat selama ini.

Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan perdebatan, selama kita tetap memakai akal sehat dan menghindari logical fallacy. Akan tetapi, apakah perdebatan online berdampak pada kesehatan mental kita?

1. Perdebatan online memengaruhi fisik dan psikis kita

Berdasarkan survei yang dipublikasikan di laman NewStatesman, sekitar 60 persen responden merasakan jantung yang berdebar kencang dan lonjakan adrenalin saat berdebat secara online.

Sekitar 50 persen responden mengatakan kalau mereka terlibat secara emosional dalam argumentasi tersebut. Sementara itu, sekitar 4,6 persen sisanya mengaku tidak terlibat secara emosional.

Frustrasi adalah reaksi emosional yang paling umum dialami. Sekitar 27,5 persen orang mengaku merasakan hal ini saat berdebat secara online. Di sisi lain, 18 persen orang merasa sedih jika orang lain salah mengartikan kata-kata atau gagal memaknainya.

2. Marah adalah reaksi emosional yang sering muncul

Indonesia Harus Rukun, Ini Efek Bertengkar Online ke Kesehatan Mentalilustrasi dampak buruk perdebatan online (unsplash.com/ROBIN WORRALL)

Selain frustrasi, reaksi emosional yang sering muncul adalah rasa marah, yakni sebesar 13,5 persen. Menurut Dr. Dawn Branley, psikolog kesehatan dan sosial, reaksi emosional ini muncul karena kita gagal memaknai pesan, pikiran, humor atau emosi lawan bicara di internet, terangnya kepada NewStatesman.

Lebih lanjut, ia menerangkan bahwa tanpa ekspresi wajah dan bahasa tubuh untuk membantu pemahaman, kata-kata tertulis akan mudah disalahartikan. Alhasil, kesalahpahaman kerap terjadi saat berdebat secara online.

Uniknya, ada 5,7 persen orang yang merasakan kegembiraan dan 1,6 persen orang yang mengaku bangga saat berdebat secara online. Meski begitu, penelitian menunjukkan bahwa berdebat online hanya akan menyebarkan perasaan negatif pada orang lain.

3. Perdebatan online bisa memperburuk kondisi kesehatan mental

Sekitar 35,8 persen responden mengakui kalau perdebatan online berpengaruh pada kesehatan mental. Konsekuensi paling umum adalah stres, sementara 24 persen orang menjadi cemas dan 12,6 persen lainnya mengatakan kalau itu membuat mereka depresi.

Sebanyak 11 persen orang berkata kalau perdebatan online hanya akan memperburuk kondisi kesehatan mental yang sudah ada sebelumnya. Yang perlu dikhawatirkan, ini membuat 2,6 persen orang ingin melukai dirinya sendiri atau self-harm.

Apabila seseorang sudah dalam kondisi pikiran yang rentan, perdebatan online akan memperburuk keadaannya. Maka dari itu, hindari adu argumen dengan orang lain di internet jika kondisi psikismu sedang rapuh.

Baca Juga: 5 Alasan Seseorang Enggan Mencari Bantuan Perawatan Mental

4. Untungnya, emosi negatif akibat perdebatan online hanya bertahan sementara

Indonesia Harus Rukun, Ini Efek Bertengkar Online ke Kesehatan Mentalilustrasi menggunakan media sosial (uwm.edu)

Meski perdebatan online membuat emosi kita meluap-luap, ternyata reaksi emosional ini tidak bertahan lama. Menurut survei yang dipublikasikan di laman NewStatesman, sebanyak 30 persen responden mengatakan kalau reaksi emosional hanya berlangsung saat perdebatan itu terjadi.

Sementara itu, sebanyak 26 persen orang mengaku bahwa reaksi emosional berlangsung selama 30 menit, sejumlah 14 persen mengatakan perasaan ini bertahan selama sehari, serta 3,6 persen sisanya merasakan efek emosional hingga seminggu.

Menurut seorang responden anonim, konfrontasi dan argumen online di Facebook dan Twitter membuatnya merasa lelah, cemas, serta jengkel. Bahkan, ia kerap merasa waswas saat menunggu tanggapan dari lawan bicaranya. Benar-benar menguras energi!

5. Tetapi, ada pula yang merasa bahagia setelah beradu argumen di internet

Tidak hanya berupa emosi negatif, berdebat secara online juga membawa kebahagiaan bagi sebagian orang. Menurut survei yang dipublikasikan di laman NewStatesman, 77,5 persen orang justru merasa bahagia setelah beradu argumen di internet.

Apa alasannya? Ternyata, 46,9 persen orang mengatakan kalau mereka merasa sudah membuat argumen yang jelas dan cerdas. Ada sebagian orang yang sengaja mencari hiburan dan kepuasan batin dari perdebatan online. Bahkan, ada juga yang sengaja mengejek lawan bicaranya dan menganggap mereka bodoh. Oops!

6. Anonimitas di internet membuat kita lebih "lepas" dalam mengutarakan pendapat

Indonesia Harus Rukun, Ini Efek Bertengkar Online ke Kesehatan Mentalilustrasi bermedia sosial secara sehat (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Apa yang membedakan berdebat langsung dan secara online? Kita sulit menyembunyikan identitas saat beradu argumen secara langsung. Sementara itu, anonimitas di internet membuat kita mudah menyembunyikan identitas.

Menurut Harvard Health Publishing, anonimitas menyebabkan respons emosional yang berlebihan ketika merasa diremehkan atau terancam. CNN World menyebut kalau anonimitas ini membuat siapa pun bisa memalsukan identitas dan menyuarakan pendapat kontroversial tanpa ancaman terhadap reputasi mereka. Tak heran, makin banyak ujaran kebencian di internet.

Semoga kita bisa berhati-hati dengan apa pun yang kita ketik di internet, ya. Sebab, jejak digital akan menjadi bukti atas track record kita. Bahkan, mungkin saja membuat kita berurusan dengan hukum!

Baca Juga: 5 Manfaat Rehat Media Sosial bagi Kesehatan Fisik dan Mental

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono
  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya