Panduan Isolasi Mandiri untuk Anak dari IDAI, Ortu Wajib Tahu!

Apa saja yang perlu diperhatikan?

Per Minggu (25/7/2021), terdapat 3.166.505 kasus aktif COVID-19 di Indonesia. Tidak semua kasus aktif itu bergejala berat dan kritis, ada sebagian kasus yang bergejala ringan atau bahkan tidak bergejala sama sekali (asimtomatik).

Pada dua kasus terakhir, disarankan untuk melakukan isolasi mandiri supaya orang lain tidak tertular. Akan tetapi, bagaimana jika yang mengalaminya adalah anak-anak? Apakah mereka tetap harus melakukan isolasi mandiri?

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dalam website resminya, idai.or.id, anak yang bergejala ringan dan tidak bergejala perlu menjalani isolasi mandiri. Hal ini tertuang dalam Buku Diary Panduan Isolasi Mandiri Anak yang disusun oleh IDAI. Simak panduan lengkapnya di bawah ini!

1. Inilah syarat isolasi mandiri untuk anak!

Panduan Isolasi Mandiri untuk Anak dari IDAI, Ortu Wajib Tahu!ilustrasi anak memakai masker (healthradar360.com)

IDAI menetapkan tujuh syarat isolasi mandiri untuk anak, yaitu:

  • Tidak bergejala atau asimtomatik
  • Bergejala ringan seperti batuk, pilek, demam, diare, muntah, dan ruam
  • Anak aktif, bisa makan dan minum
  • Menerapkan etika batuk
  • Memantau gejala atau keluhan
  • Melakukan pemeriksaan suhu tubuh dua kali sehari di pagi dan malam hari
  • Lingkungan rumah atau kamar memiliki ventilasi yang baik

Orang tua tetap bisa mengasuh anak yang positif COVID-19, asalkan mereka memiliki risiko rendah terhadap gejala berat COVID-19. Jika ada anggota keluarga yang positif, maka bisa diisolasi bersama. Apabila orang tua negatif COVID-19 dan terpaksa tidur satu ruangan, disarankan tidur di kasur terpisah dengan jarak 2 meter. Jangan lupa berikan dukungan psikologis pada anak.

2. Apa saja yang perlu disiapkan di rumah?

Panduan Isolasi Mandiri untuk Anak dari IDAI, Ortu Wajib Tahu!ilustrasi oximeter (pexels.com/Stanley Ng)

Untuk menunjang isolasi mandiri, orang tua perlu menyiapkan alat seperti termometer (pengukur suhu) dan oksimeter atau pulse oximetry (pengukur saturasi oksigen dan frekuensi nadi). Selain itu, siapkan obat-obatan seperti obat penurun demam, suplemen zink, vitamin D3, dan vitamin C.

Menurut IDAI, takaran vitamin C yang tepat untuk anak usia 1-3 tahun adalah maksimal 400 mg per hari, 4-8 tahun maksimal 600 mg per hari, 9-13 tahun maksimal 1200 mg per hari, dan 14-18 tahun maksimal 1800 mg per hari. Tak lupa, mengonsumsi suplemen zink sebanyak 20 mg per hari selama 14 hari.

Bagaimana dengan vitamin D3? Anak-anak perlu mengonsumsi 1000 IU per hari, remaja 2000 IU per hari, dan remaja obesitas 5000 IU per hari.

Baca Juga: Panduan Lengkap Isolasi Mandiri bagi Ibu Menyusui

3. Hal-hal apa saja yang harus dilakukan selama isolasi mandiri?

Panduan Isolasi Mandiri untuk Anak dari IDAI, Ortu Wajib Tahu!ilustrasi mencuci tangan (news.berkeley.edu)

Saat anak isolasi mandiri, protokol yang diterapkan adalah memeriksa suhu tubuh dua kali sehari, memeriksa saturasi oksigen dan frekuensi nadi, memantau laju napas, memberi anak makanan bergizi, dan memberi ASI (jika anak masih membutuhkannya).

Soal pemakaian masker pada anak, rekomendasi IDAI adalah:

  • Anak usia 2 tahun ke atas yang sudah bisa menggunakan dan melepaskan masker, dianjurkan memakai masker
  • Masker harus terpasang tepat
  • Masker tidak perlu digunakan saat anak tidur
  • Berikan 'istirahat masker' jika anak berada di ruangan sendiri atau ada jarak 2 meter dari pengasuh
  • Pengasuh yang berada di dalam ruangan yang sama harus menggunakan masker atau pelindung mata bila memungkinkan

Untuk melindungi diri sendiri dan orang lain dari penyakit, anak perlu rutin mencuci tangan. Selain itu, ajarkan etika batuk dan bersin, yaitu menutup mulut dan hidung dengan tisu atau dengan lengan atas bagian dalam.

Jangan lupa disinfeksi ruangan! Pastikan rutin membersihkan area rumah yang sering disentuh seperti gagang pintu, keran, toilet, wastafel, sakelar, meja, dan kursi. Pembersihan dilakukan dengan cairan disinfektan khusus atau campuran air dan sabun.

4. Segera bawa anak ke rumah sakit jika mengalami gejala ini!

Panduan Isolasi Mandiri untuk Anak dari IDAI, Ortu Wajib Tahu!ilustrasi anak demam (together.stjude.org)

Gejala umum COVID-19 pada anak adalah demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, sakit kepala, mual, muntah, diare, lemas, dan sesak napas. Namun, orang tua harus segera membawa anak ke rumah sakit jika mengalami gejala:

  • Napas cepat
  • Anak terlalu banyak tidur
  • Saturasi oksigen di bawah 95 persen
  • Ada cekungan di dada dan hidung kembang-kempis
  • Mata merah, ruam, dan leher bengkak
  • Demam lebih dari 7 hari
  • Tidak bisa makan dan minum
  • Mata cekung
  • Buang air kecil (BAK) berkurang
  • Terjadi penurunan kesadaran
  • Kejang

Selain itu, perhatikan pula laju napasnya. Dikatakan berbahaya jika laju napas bayi di bawah 2 bulan lebih dari 60 kali per menit, bayi 2-11 bulan lebih dari 50 kali per menit, anak usia 1-5 tahun lebih dari 40 kali per menit, dan anak di atas 5 tahun lebih dari 30 kali per menit.

Di sisi lain, seperti apa pertanda selesainya isolasi mandiri? Umumnya, gejala akan hilang dalam waktu 14 hari. Dianjurkan melakukan pemeriksaan swab ulang 10-14 hari setelah hari pertama gejala muncul atau 10-14 hari semenjak swab pertama positif.

Akan tetapi, jika anak bergejala berat atau kronis, umumnya masa penularan lebih panjang, sehingga hanya dokter yang berhak menentukan kapan isolasi mandiri selesai. Dan ingat, walaupun sudah dinyatakan negatif COVID-19, tetaplah di rumah jika tidak ada keperluan mendesak, ya!

Baca Juga: Angka Kematian COVID-19 pada Anak Indonesia 3-5 Persen

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya