Dr. Susianto: Vegan Lebih Baik Konsumsi Makanan Utuh dibanding Olahan

Jika salah mengolah, makanan vegan bisa jadi junk food!

Surabaya, IDN Times - Makanan yang berasal dari produk nabati lebih sehat dari produk hewani. Anggapan ini tidak salah, namun tidak 100 persen benar. Kalau kita salah mengolah, makanan vegan pun bisa menjadi junk food, lho! Hal ini diutarakan oleh Dr. Drs. Susianto, MKM lewat seminar berjudul "Vegan Whole Foods Diet".

Seminar ini menjadi bagian dari Vegan Festival Surabaya yang diadakan pada hari Minggu (19/1) di Exhibition Hall Grand City pada pukul 18.00-19.00. Simak selengkapnya, yuk!

1. Menurut panduan dari Kementerian Kesehatan, inilah komposisi makanan yang benar

Dr. Susianto: Vegan Lebih Baik Konsumsi Makanan Utuh dibanding OlahanIDN Times/Nena Zakiah

Mula-mula, Dr. Susianto menjelaskan "Isi Piringku" kepada audiens. Ini adalah panduan yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan tentang komposisi makanan secara general yang bisa diaplikasikan oleh vegan dan non-vegan.

"1/3 dari isi piring kita adalah makanan pokok, yakni karbohidrat kompleks. Contohnya, nasi merah," jelas lulusan dokter gizi kesehatan masyarakat FKM Universitas Indonesia ini.

Tidak wajib memakan nasi sebagai makanan pokok, bisa diganti dengan jagung, kentang atau umbi-umbian. Lalu, 1/3 lainnya adalah sayur-sayuran, sisanya adalah 1/6 buah-buahan dan 1/6 lauk-pauk. Dr. Susianto juga menganjurkan untuk memakan sayur dan buah lokal karena gizinya tak kalah dari yang impor.

2. Disarankan untuk memakan makanan utuh (whole food) dibanding olahan

Dr. Susianto: Vegan Lebih Baik Konsumsi Makanan Utuh dibanding OlahanIDN Times/Nena Zakiah

Dr. Susianto menegaskan, walau makanan kita sudah berbasis nabati, kalau pemilihannya salah, bisa menjadi tidak sehat. Ia menyarankan untuk memakan makanan utuh (whole food) karena gizinya masih komplet, tidak seperti makanan olahan.

"Contohnya, makan oatmeal lebih sehat dari bakmi, walau sama-sama dibuat dari bahan nabati. Ini karena bakmi melalui proses pembuatan yang sangat panjang, dari gandum, diolah menjadi tepung terigu lalu diolah lagi menjadi bakmi," terang penulis buku Diet Enak ala Vegetarian ini.

Makanan utuh yang dimaksud adalah sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, biji-bijian dan jamur. Makanan tersebut mengandung serat yang berguna untuk sistem pencernaan. Serat ini dibagi menjadi dua, yakni serat larut dan tidak larut. Serat larut ada di dalam buah, sementara serat tidak larut atau serat kasar ada di sayuran.

3. Perhatikan jenis gula yang dikonsumsi

Dr. Susianto: Vegan Lebih Baik Konsumsi Makanan Utuh dibanding OlahanIDN Times/Nena Zakiah

Gula memang berasal dari bahan nabati. Seperti gula pasir yang berasal dari tebu, gula aren yang berasal dari nira pohon aren dan gula Jawa yang berasal dari nira pohon palem atau pohon kelapa. Namun, kamu harus tetap jeli dalam memilih gula, lho.

"Gula pasir tidak lebih sehat dari jenis gula yang lain, seperti gula merah atau gula kelapa. Gula pasir memiliki indeks glikemik tinggi yang bisa meningkatkan kadar gula darah di tubuh," ujar Dr. Susianto.

Oleh karena itu, walau soda berasal dari bahan nabati, tidak dianjurkan untuk dikonsumsi. Satu kaleng soda mengandung 7 sendok gula pasir, jauh lebih banyak dari kebutuhan harian yang tubuh kita perlukan. Bisa memicu diabetes juga, lho!

Baca Juga: 2,5 Tahun Menjadi Vegan, Inilah Perubahan yang Annabella Jusuf Rasakan

4. Kalsium tidak hanya berasal dari susu, lho!

Dr. Susianto: Vegan Lebih Baik Konsumsi Makanan Utuh dibanding OlahanIDN Times/Nena Zakiah

Lantas, bagaimana cara orang vegan memenuhi kebutuhan kalsium harian apabila mereka tidak mengonsumsi susu? Menurut Dr. Susianto, ada banyak alternatif kalsium pengganti susu, misalnya biji wijen, kacang-kacangan dan agar-agar.

"Kalsium susu hanya 118 mg, sementara kalsium di agar-agar 400 mg dan biji wijen 1160 mg. Oleh karena itu, orang vegan masih bisa memenuhi kebutuhan kalsium harian walau tanpa susu," ungkap pengajar di STIKes Kuningan ini.

Kita juga sering diajarkan kalau susu bisa mencegah osteoporosis. Padahal, negara peminum susu tertinggi di dunia seperti Amerika Serikat, Australia dan Selandia Baru memiliki prevalensi osteoporosis tertinggi di dunia. Selain itu, negara dengan konsumsi susu tinggi juga memiliki kasus kanker payudara yang tinggi.

5. Dengan menjadi vegan, kita bisa mencapai indeks tubuh ideal

Dr. Susianto: Vegan Lebih Baik Konsumsi Makanan Utuh dibanding OlahanIDN Times/Nena Zakiah

Salah satu manfaat yang bisa diperoleh ketika menjadi vegan adalah bisa mencapai indeks tubuh ideal. Indeks tubuh ini didapat dari membagi berat badan dengan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat.

"Misalnya, berat badan saya 70 kg dan tinggi 176 cm. Maka, jika dihitung indeks tubuh saya adalah 22,6. Sementara, indeks tubuh ideal berkisar antara 18,5-25," jelas Dr. Susianto memberi contoh kepada hadirin.

Selain itu, menjadi vegan bisa menurunkan risiko jantung koroner. Pemakan daging dan perokok memiliki risiko 70 persen, sementara vegan hanya 14 persen.

Begitu pula hipertensi. Jika kita berhenti makan daging dan ikan, risiko hipertensi turun menjadi 62 persen. Apabila kita vegan, risiko hanya tinggal 25 persen saja!

Nah, itulah pemaparan Dr. Drs. Susianto MKM dalam seminar berjudul "Vegan Whole Foods Diet" pada ajang Vegan Festival Surabaya. Menarik untuk disimak, kan?

Baca Juga: Menjadi Vegan, Kurang Lebih Kamu Bakal Rasakan 7 Perubahan Ini  

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya