5 Alasan Kamu Harus Berhenti Konsumsi Makanan Manis Saat Stres

Tidak selamanya yang manis itu baik

Banyak dari kita yang meyakini bahwa makanan manis atau gula dapat mempengaruhi suasana hati atau mood. Ketika stres melanda kita segera memberi asupan gula untuk meningkatkan mood atau biasa disebut sebagai sugar rush.

Makanan manis atau gula memang benar dapat mempengaruhi mood, tetapi dalam hal yang justru negatif. Berikut beberapa efek konsumsi gula terhadap kesehatan mental.

1. Menimbulkan gangguan mood 

5 Alasan Kamu Harus Berhenti Konsumsi Makanan Manis Saat Strespexels.com/Polina Tankilevitch

Alih-alih membantu untuk meningkatkan mood, konsumsi makanan manis atau gula justru membawa dampak negatif pada mood.

Sebuah studi dalam jurnal Neuroscience & Biobehavioral Reviews pada tahun 2019 menjelaskan bahwa karbonhidrat atau gula tidak memiliki efek menguntungkan pada perubahan suasana hati. Konsumsi karbonhidrat justru dapat menimbulkan kelelahan dan menurunkan kewaspadaan.

Studi lainnya dalam Science Report pada tahun 2017 menyebutkan konsumsi makanan dan minuman manis dapat meningkatkan risiko dari munculnya gangguan suasana hati (mood disorder) secara tiba-tiba ataupun secara berulang.

2. Melemahnya kemampuan menghadapi stres 

5 Alasan Kamu Harus Berhenti Konsumsi Makanan Manis Saat Strespexels.com/Jill Wellington

Makan untuk menghilangkan stres adalah fenomena yang sudah umum, tetapi tidak ada dasar fisiologis untuk perilaku ini.

Sebuah studi dalam The Journal of Endocrinology & Metabolism pada tahun 2015 menjelaskan bahwa gula dapat menghambat sekresi kortisol pada wanita, sehingga dapat meminimalkan perasaan cemas dan tegang.

Kortisol dikenal sebagai hormon stres. Hal inilah yang menyebabkan kita merasa lebih baik atau nyaman jika mengonsumsi gula saat stres.

Konsumsi gula akan mematikan aktivitas di jaringan otak, hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA), yang bertugas mengelola stres, sistem saraf otonom, dan reaktivitas emosional. Jika kita terbiasa mengonsumsi makanan atau minuman manis saat stres kemampuan kita dalam mengelola stres lambat laun akan menurun.

3. Meningkatnya risiko depresi 

5 Alasan Kamu Harus Berhenti Konsumsi Makanan Manis Saat Strespexels.com/Adrienn

Konsumsi gula yang berlebihan memicu ketidakseimbangan bahan kimia otak tertentu. Hal ini dapat mengarah kepada risiko munculnya depresi atau gangguan mental lainnya.

Sebuah studi dalam jurnal Antioxidants pada tahun 2019, menyatakan ada hubungan antara konsumsi gula dan daging terhadap risiko depresi.

Studi lainnya dalam Scientific Report tahun 2017 menyatakan bahwa pria yang mengonsumsi gula dalam jumlah tinggi (67 gram atau lebih setiap hari) 23 persen lebih mungkin untuk menerima diagnosis depresi klinis dalam 5 tahun. Hal ini tentu juga berlaku pada wanita.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Makanan Manis Pengganti Gula Pasir yang Lebih Sehat 

4. Munculnya serangan panik 

5 Alasan Kamu Harus Berhenti Konsumsi Makanan Manis Saat Strespexels.com/Gratisography

Menurut jurnal Frontiers in Psychiatry pada tahun 2018, seperti halnya konsumsi alkohol atau narkoba, gula juga dapat menyebabkan seseorang mengalami kecanduan.

Ketika seseorang sudah lama mengonsumsi gula secara berlebih, tubuhnya akan menunjukkan reaksi putus obat (withdrawal syndrome) ketika memutuskan untuk berhenti.

Individu yang memiliki gangguan kecemasan dan terbiasa mengonsumsi gula sangat mungkin mengalami serangan panik ketika berhenti. Oleh sebab itu, ahli tidak menyarankan untuk berhenti konsumsi gula secara tiba-tiba pada individu dengan gangguan kecemasan.

5. Melemahkan kinerja otak 

5 Alasan Kamu Harus Berhenti Konsumsi Makanan Manis Saat Strespexels.com/Buenosia Carol

Sebuah studi dalam jurnal Learning Memory tahun 2015 menemukan bahwa mengonsumsi minuman yang dimaniskan dengan gula tingkat tinggi dapat mengganggu fungsi neurokognitif seperti pengambilan keputusan dan memori.

Konsumsi gula tingkat tinggi dapat mengganggu fungsi kognitif, bahkan tanpa penambahan berat badan yang ekstrim atau asupan energi yang berlebihan.

Studi terbaru dalam jurnal The Royal Society tahun 2020 menunjukkan bahwa individu sehat berusia 20-an mendapat skor lebih buruk pada tes memori dan memiliki kontrol nafsu makan yang lebih buruk setelah hanya 7 hari makan makanan tinggi lemak jenuh dan gula tambahan.

Apa yang kita makan dapat mempengaruhi kinerja fisik maupun psikologis kita. Jika kamu termasuk individu yang gemar mengonsumsi makanan manis atau gula baik dalam kondisi stres atau tidak, kamu harus mulai mengurangi kebiasaan ini.

Kamu bisa mengganti coping stres kamu dengan cara berolahraga atau mengonsumsi makanan lain yang bisa mengurangi stres tapi minim risiko.  

Baca Juga: 5 Kreasi Makanan Unik Berbahan Semangka, Manis dan Segar! 

Nisa Rengganis Photo Writer Nisa Rengganis

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya