Peran Suplemen dalam Terapi HIV, Apakah Membantu Pasien?

Dapat membantu sistem kekebalan tubuh pasien

Beberapa orang menggunakan suplemen untuk mendapatkan nutrisi harian atau untuk meningkatkan kesehatan. Suplemen juga bisa berperan penting dalam terapi pada orang-orang yang positif HIV. Ini karena orang dengan HIV lebih mungkin mengembangkan kekurangan mikronutrien penting, dan kekurangan nutrisi yang tepat dapat mempercepat perkembangan infeksi.

Mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan bisa memberi kekuatan yang cukup untuk sistem kekebalan tubuh dan mendukung seseorang dalam pengobatan HIV.

Akan tetapi, suplemen untuk tata laksana HIV juga datang dengan peringatan—dokter lebih memilih bagi orang yang menjalani terapi HIV mendapatkan sebagian besar nutrisi dari pola makan sehat bergizi seimbang, bukan lewat suplemen. Namun, karena HIV/AIDS dapat menyebabkan kesulitan makan—baik karena penurunan nafsu makan atau gejala virus gastrointestinal—maka orang dengan HIV tidak selalu mungkin untuk mendapatkan nutrisi yang cukup dari makanan.

Diare dan muntah, yang merupakan gejala umum HIV serta efek samping dari beberapa pengobatan HIV, juga dapat menyebabkan malabsorpsi, atau ketidakmampuan tubuh untuk menyerap nutrisi yang dibutuhkan dari makanan. Selain itu beberapa orang mungkin memilih pilihan cepat seperti fast food saat sibuk, sehingga sulit mendapatkan semua nutrisi yang dibutuhkan dari makanan saja.

Suplemen makanan dalam terapi HIV

Peran Suplemen dalam Terapi HIV, Apakah Membantu Pasien?ilustrasi dosis suplemen (pexels.com/Michelle Leman)

Selain menerapkan pola makan sehat bergizi seimbang, orang yang menjalani terapi HIV bisa memperoleh manfaat dari multivitamin harian.

Bicarakan dengan ahli gizi tentang pola makan terbaik dan membuat rekomendasi tentang apa yang dimakan saat mengalami gejala HIV yang mencegah orang dengan HIV untuk makan secara teratur. Diskusikan juga apakah suplemen makanan dapat membantu memenuhi tujuan nutrisi dan mana yang paling bermanfaat.

Suplemen diet di luar multivitamin harian biasanya tidak diperlukan dalam terapi HIV. Namun, suplemen makanan terbukti bermanfaat bagi mereka yang kekurangan nutrisi tertentu karena malabsorpsi atau gejala gastrointestinal dan kurang nafsu makan.

Pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan suplemen makanan apa pun, karena suplemen dan obat herbal masih dapat menyebabkan efek samping dan berinteraksi dengan obat lain yang diminum.

Dilansir Everyday Health, suplemen makanan yang dapat membantu terapi HIV meliputi:

  • Vitamin B kompleks: Membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan sistem saraf.
  • Vitamin C: Membantu tubuh melawan infeksi dan merespons penyakit.
  • Vitamin D: Membantu melindungi pasien HIV yang menua dari osteoporosis.
  • Selenium dan zink: Berperan penting dalam fungsi sistem kekebalan tubuh dan sering kali kurang pada orang yang menjalani pengobatan HIV.
  • Asam lemak omega-3: Membantu mengurangi peradangan dan mendukung kekebalan tubuh.
  • Dehydroepiandrosterone (DHEA): Merupakan hormon yang sering kali rendah pada orang yang menjalani terapi HIV dan dapat membantu mengatasi depresi ringan.
  • Suplemen diet probiotik dan L-glutamine: Mendukung kesehatan saluran cerna.
  • Coenzyme Q10: Merupakan antioksidan kuat yang dapat meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh.

Suplemen yang harus dihindari

Peran Suplemen dalam Terapi HIV, Apakah Membantu Pasien?ilustrasi suplemen (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Selain suplemen yang direkomendasikan, Everyday Health juga membuat daftar mengenai suplemen di luar multivitamin untuk orang-orang yang sedang menjalani terapi HIV:

  • St John's wort: Beberapa orang menggunakan suplemen herbal ini sebagai pengobatan untuk depresi, tetapi ini dapat mengganggu pengobatan yang digunakan dalam terapi HIV. St. John's wort diproses oleh sistem yang sama di hati yang menangani penghambat protease dan antivirus HIV lainnya. Ini akan menurunkan kadar obat-obatan tersebut.
  • Vitamin yang larut dalam lemak: Tubuh mengeluarkan sebagian besar vitamin yang larut dalam air dalam urine, tetapi vitamin yang larut dalam lemak seperti A, D, E, dan K disimpan di dalam tubuh. Ini dapat menyebabkan efek toksik dari waktu ke waktu.
  • Terapi megavitamin: Beberapa orang mencoba mengobati penyakit kronis dengan mengonsumsi suplemen diet dosis tinggi yang jauh melebihi batas harian yang direkomendasikan. Orang-orang yang menjalani terapi HIV tidak boleh melakukan ini karena sejumlah besar vitamin dapat menyebabkan risiko dan efek samping yang serius. Misalnya, terlalu banyak vitamin A yang larut dalam lemak dapat menyebabkan efek samping seperti penyakit kuning, mual, dan muntah.

Secara umum, saat sedang terapi HIV, berhati-hatilah terhadap klaim apa pun dari suplemen makanan, terutama jika suplemen tersebut tampak seperti bagian dari tren. Ada banyak obat di luar sana dengan klaim dapat menguatkan kekebalan, tetapi sebenarnya tidak membantu. Tanyakan kepada dokter apakah suatu suplemen baik untuk kamu sebelum menggunakannya. Dokter mungkin merekomendasikan suplementasi nutrisi tertentu di bawah pengawasan medis.

Baca Juga: Jenis-jenis Suplemen yang Tidak Boleh Dikonsumsi Bersamaan

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya