Perhatikan 7 Hal ini sebelum Melakukan Pengobatan Mandiri

Peran farmasis sangat penting untuk menghindari kekeliruan

Pengobatan secara mandiri atau swamedikasi merupakan upaya untuk mengatasi penyakit sebelum memutuskan berkonsultasi ke dokter.

Pengobatan mandiri sering dilakukan untuk mengatasi gejala ringan seperti demam, nyeri, pusing, batuk, flu, mag, hingga masalah kulit dengan harapan agar masalah tersebut tidak terus berlanjut.

Dalam pelaksanaannya, sering kali penggunaan obat kurang tepat dengan penyakit atau penggunaan obat tidak rasional seperti penggunaan secara berlebihan. Akibatnya, obat kurang berefek pada tubuh atau bahkan dapat menyebabkan bahaya.

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), sekitar 35,3 persen masyarakat menyimpan obat untuk pengobatan mandiri.

Pengobatan mandiri ini tentunya harus dibarengi dengan pengetahuan atau informasi yang memadai. Ada beberapa tips pengobatan mandiri, wajib simak agar penggunaan obat tepat dan menghindari kesalahan penggunaan obat.

1. Obat apa saja yang boleh dibeli?

Perhatikan 7 Hal ini sebelum Melakukan Pengobatan Mandiriilustrasi obat-obatan (pixabay.com/Pexels)

Dalam pengobatan secara mandiri, tentunya tidak semua obat dapat dibeli karena ada obat yang hanya bisa diperoleh dengan resep dokter.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 14 Tahun 2021, swamedikasi hanya diperbolehkan dengan obat golongan bebas dan obat bebas terbatas, dan harus tetap memperhatikan cara pakainya.

Golongan obat dapat dilihat dari kemasan obat yang biasanya ada di ujung kemasan. Kemasan golongan obat bebas ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan tepi berwarna hitam mengelilingi lingkaran, sedangkan untuk golongan obat bebas terbatas ditandai dengan lingkaran berwarna biru dengan garis tepi warna hitam.

Jangan membeli golongan obat keras (ditandai dengan huruf K dalam logo merah dengan tepian garis hitam) tanpa resep dokter, apalagi antibiotik, karena dapat menyebabkan resistansi yang bisa memicu timbulnya masalah kesehatan baru.

2. Banyaknya obat untuk pengobatan mandiri dibatasi

Perhatikan 7 Hal ini sebelum Melakukan Pengobatan Mandiriilustrasi obat-obatan (pexels.com/Pixabay)

Banyaknya obat yang dapat dibeli dibatasi untuk menghindari efek bahaya akibat obat dan penyalahgunaan obat.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 3 tahun 2021, sebagai contoh, obat famotidine yang digunakan untuk mag dibatasi tidak lebih dari 10 tablet, walaupun famotidine merupakan obat bebas terbatas yang biasa digunakan untuk pengobatan mandiri.

Contoh lainnya, benzoyl peroxide yang biasa digunakan untuk mengatasi jerawat konsentrasinya tidak boleh lebih dari 10 persen dengan tube, tidak lebih dari 5 gram.

3. Konsultasikan gejala dengan tenaga farmasi saat membeli obat di apotek

Perhatikan 7 Hal ini sebelum Melakukan Pengobatan Mandiriilustrasi apotek (pexels.com/corronbro studio)

Jika mengunjungi apotek, peran apoteker sangat penting karena dapat memberikan bantuan, nasihat, dan petunjuk untuk pengobatan mandiri. Apoteker akan menyediakan produk obat yang sudah terbukti keamanan, khasiat, dan kualitasnya.

Selain itu, apoteker akan memberikan informasi bagaimana cara menggunakan obat yang benar agar obat digunakan secara aman, tepat, dan rasional.

Apoteker juga biasanya akan menanyakan produk apa yang sering digunakan atau ada obat lain yang dikonsumsi untuk menghindari interaksi negatif obat yang dikonsumsi.

Baca Juga: 12 Obat yang Berbahaya Jika Konsumsinya Dihentikan Tiba-tiba

4. Informasi apa saja yang perlu diketahui mengenai obat yang dipakai saat pengobatan mandiri? 

Perhatikan 7 Hal ini sebelum Melakukan Pengobatan Mandiriilustrasi obat-obatan (pexels.com/Pixabay)

Setelah berkonsultasi dengan apoteker, ada informasi obat yang sebaiknya diingat dan ditekankan sebelum menggunakan obat, yaitu:

  • Khasiat obat: Sebaiknya ingat dengan baik khasiat obat agar tidak terjadi kesalahan dalam mengonsumsi obat.
  • Kontraindikasi: Perhatikan apakah obat boleh dikonsumsi jika kamu memiliki penyakit tertentu. Ibu hamil juga sangat perlu bertanya kepada apoteker apakah obat boleh dikonsumsi atau tidak, karena ada beberapa obat yang tidak boleh dikonsumsi oleh orang dengan penyakit tertentu dan ibu hamil.
  • Efek samping: Tanyakan apakah obat menyebabkan efek samping yang mengganggu atau tidak, misalnya apakah menyebabkan kantuk, sering buang air kecil, mual, dan lain-lain.
  • Cara pemakaian: Perhatikan cara pemakaian, jangan salah! Contohnya ada obat yang digunakan di bawah lidah atau harus dilarutkan terlebih dahulu.
  • Cara penyimpanan obat yang baik dan boleh disimpan berapa lama: Ini penting untuk menjaga kestabilan obat agar khasiatnya tetap terjaga. Selain itu, ada juga obat yang hanya boleh disimpan selama 3 bulan, 1 bulan, atau bahkan 3 hari setelah dibuka. Pastikan untuk menanyakan ini kepada apoteker.

5. Bagaimana cara apoteker mempertimbangkan pengobatan yang diberikan?

Perhatikan 7 Hal ini sebelum Melakukan Pengobatan Mandiriilustrasi apoteker (pexels.com/Pixabay)

Jangan khawatir! Apoteker menentukan obat berdasarkan gejala yang disebutkan lalu mereka akan memilih obat yang sesuai. Selain itu, apoteker juga memperhatikan ketepatan dosis yang biasanya sesuai dengan usia atau berat badan.

Bagaimanapun, apoteker merupakan profesional kesehatan dalam bidang kefarmasian yang akan menyarankan obat yang sesuai dengan kondisi, dan dalam hal ini ditekankan bahwa penggunaan obat bebas dan bebas terbatas tetap dapat menimbulkan bahaya dan efek samping jika penggunaannya tidak sesuai.

6. Jangan membeli obat untuk keperluan yang menyimpang!

Perhatikan 7 Hal ini sebelum Melakukan Pengobatan Mandiriilustrasi obat (pexels.com/Julie Viken)

Peyimpangan penggunaan obat dari tujuan sebenarnya dapat menyebabkan efek samping yang membahayakan kesehatan.

Sebagai contoh, mengonsumsi obat antinyeri saat tidak mengalami nyeri. Ini lama-lama dapat menyebabkan luka pada lambung karena sebagian besar efek samping antinyeri dapat menyebabkan masalah lambung.

Penggunaan obat dengan efek samping mengantuk juga jangan sampai disalahgunakan untuk mengatasi insomnia, karena efektivitasnya dapat berkurang jika digunakan terus-menerus setiap hari.

7. Berapa lama pengobatan mandiri bisa dilakukan?

Perhatikan 7 Hal ini sebelum Melakukan Pengobatan Mandiriilustrasi berkonsultasi dengan dokter (pexels.com/Cottonbro Studio)

Penggunaan mandiri sebaiknya hanya dilakukan untuk penggunaan jangka pendek saja, antara 3 hari sampai seminggu jika tidak mengalami efek samping obat. Apabila gejala tidak membaik, atau bahkan memburuk, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter agar mendapat pemeriksaan dan penanganan yang lebih baik.

Bila muncul gejala alergi obat seperti sesak napas, kulit kemerahan, gatal, dan bengkak di bagian tertentu, segera hentikan pemakaian obat saat itu juga dan segera ke dokter untuk mendapatkan penanganan medis. Hal ini terjadi karena reaksi obat terhadap setiap individu akan berbeda walaupun obat sudah sesuai.

Saat melakukan pengobatan mandiri, kita tetap perlu menyadari kelebihan dan kekurangannya, sehingga dapat dipertimbangkan sekiranya lebih baik langsung berkonsultasi dengan dokter atau melakukan pengobatan mandiri terlebih dahulu, dengan harapan gejala dapat membaik setelahnya.

Pengobatan mandiri tentunya harus dilakukan dengan ketelitian. Perhatikan mulai dari label obat dan brosur obat, apalagi untuk anak-anak, lansia, dan ibu hamil. Jangan sampai niat untuk mengobati malah menjadi memperparah penyakit.

Baca Juga: 7 Obat-obatan yang Perlu Disimpan di Rumah, Selalu Sediakan ya!

Rifka Naila Photo Writer Rifka Naila

Serotonin needed~

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya