Anak Perempuan Jadi Tomboi, Mungkin Ini 5 Penyebabnya

Bisa karena dinamika keluarga itu sendiri

Kebanyakan ibu ingin mendandani anak perempuannya dengan pakai yang girly, lengkap dengan berbagai aksesori yang tak kalah imut. Namun, terkadang anak inginnya tampil lebih simpel atau beraktivitas layaknya anak laki-laki alias tomboi.

Mungkin banyak orang tua yang penasaran, apa, sih, yang membuat anak perempuan jadi tomboi? Simak penjelasannya berikut ini.

1. Dinamika keluarga

Anak Perempuan Jadi Tomboi, Mungkin Ini 5 Penyebabnyaunsplash.com/Brittani Burns

Dinamika dalam keluarga memberi pengaruh besar dalam susunan psikologis anak perempuan dan keinginannya untuk menjadi seorang tomboi. Keluarga adalah tempat pengasuhan dimulai.

Salah satu contoh utama anak perempuan menolak feminitas adalah ketika mereka tidak melihat ibu atau perempuan di sekitar mereka sebagai panutan yang layak.

Beberapa anak perempuan sulit untuk berhubungan dengan ibunya sebagai panutan. Kemungkinan karena mereka memandang ibunya sebagai korban yang tunduk kepada laki-laki.

Sang anak bisa juga memandang ibunya memiliki kehidupan yang membosankan, lemah, kurang suka bertualang, tidak ambisius, kurang pintar, terlalu banyak bekerja, tidak dihargai, dan terlalu bergantung pada suami.

Dibandingkan dengan ayahnya yang mereka pikir adalah pemberi nafkah, kuat, ramah, suka bertualang, kehadirannya dinantikan, dan dilayani bak raja.

Hal-hal tersebut membuat seorang anak perempuan mengidolakan sang ayah, menghormatinya, serta mengidentifikasi dirinya agar nantinya kelak seperti ayahnya.
 
Ketika tumbuh dewasa, anak perempuan akan mulai menjauhkan diri dari peran stereotip perempuan seperti melakukan pekerjaan rumah, memasak, menjahit, dan lainnya.

Pengaruh keluarga lainnya adalah ketika seorang anak tumbuh besar dan cenderung lebih banyak menghabiskan waktu bersama anak-anak lain dari jenis kelamin yang sama. 

2. Demi perasaan aman

Anak Perempuan Jadi Tomboi, Mungkin Ini 5 Penyebabnyapixabay.com/Victoria_Borodinova

Identitas tomboi menjadi pelindung seorang gadis dari tindakan negatif saat menjadi perempuan dalam masyarakat. Beberapa gadis, saat mereka tumbuh dewasa, menyaksikan pelecehan demi pelecehan dalam satu bentuk atau bentuk lain dari laki-laki ke perempuan. Mungkin kepadanya atau ibu atau saudara perempuannya. Pelecehan tersebut mungkin bersifat seksual atau dalam bentuk kekerasan fisik.

Pengalaman tersebut mungkin membuat seorang anak perempuan mengembangkan kebencian, ketidakpercayaan, dan ketakutan terhadap lawan jenis. Ironisnya, anak nantinya akan memiliki untuk tampil atau berperilaku seperti laki-laki yang mereka tolak atau benci, sebagai alat pertahanan diri.

Mereka akan membuang sisi kewanitaan mereka agar tidak terlihat rentan. Alasannya di sini adalah, jika mereka menggunakan atribut laki-laki, maka tidak akan ada yang melakukan pelecehan terhadapnya.

Pada kenyataannya, perlindungan yang ditawarkan identitas itu terbatas. Ini adalah coping mechanism. Di satu sisi, mereka berharap bahwa bertingkah seperti laki-laki akan melindungi mereka dan orang-orang yang mereka cintai.
 
Mereka memandang laki-laki lebih aman secara fisik daripada perempuan. Mereka mengorbankan sebagian besar diri mereka untuk perasaan aman itu.

Baca Juga: 7 Penyakit Ini Paling Sering Menyerang Anak Indonesia, yuk Jaga Mereka

3. Melihat privilese laki-laki

Anak Perempuan Jadi Tomboi, Mungkin Ini 5 Penyebabnyapixabay.com/Quangpraha

Beberapa gadis tomboi mengungkapkan beberapa keuntungan menjadi laki-laki. Contohnya adalah beberapa kegiatan yang cuma tersedia untuk anak laki-laki, seperti olahraga atau kelas tertentu.

Umumnya anak laki-laki didorong untuk mendalami sains dan teknologi, sementara perempuan didorong untuk mempelajari seni. Kemudian, anak laki-laki sering dibebaskan dari pekerjaan rumah dan mengasuh anak.

Selanjutnya, anak laki-laki dibesarkan untuk meraih kekayaan dan kesuksesan, sementara anak perempuan diajari untuk menikah, berumah tangga, dan mengasuh anak.

Dari situ, anak perempuan bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang berbeda tentang bagaimana masyarakat kebanyakan memperlakukan laki-laki.

Dengan banyaknya orang yang menganggap perempuan lebih rendah daripada laki-laki, akhirnya banyak perempuan yang jadi tomboi sebagai bentuk protes.

4. Genetik

Anak Perempuan Jadi Tomboi, Mungkin Ini 5 Penyebabnyapixabay.com/1041483

Faktor keturunan secara biologis juga dapat memengaruhi kencenderungan anak tumbuh tomboi maupun feminin.

Sementara itu, studi dari Child Development menyebut bahwa kadar testosteron selama masa kehamilan bisa menjadi salah satu dampak anak perempuan menjadi tomboi. Semakin tinggi kadar hormon tersebut ketika di dalam rahim, maka semakin besar pula kemungkinan dia akan menjadi tomboi. 
 
Kelak, ketika ia tumbuh dewasa, ia akan lebih menyukai permainan yang umumnya dimainkan oleh anak laki-laki. 
 
Dari data Avon Longitudinal Study of Parents and Children melihat masa kehamilan dan kesehatan anak. Para peneliti mengamati 679 anak berusia 18 bulan yang lahir di awal tahun 1990-an. Penelitian ini mengambil sampel darah ibu selama masa kehamilan untuk dianalisis kadar testosteronnya.
 
Namun, para periset mengatakan bahwa hubungan antara testosteron dan perilaku anak perempuan dalam penelitian ini hanya menyumbang 2 persen. Periset juga mengatakan bahwa anak perempuan mungkin sangat rentan terhadap efek testosteron, tetapi faktor sosial juga dapat berdampak pada perilakunya di kemudian hari.

5. Sikap orang tua

Anak Perempuan Jadi Tomboi, Mungkin Ini 5 Penyebabnyapixabay.com.com/Candid_Shots

Sebenarnya tak masalah anak perempuan menjadi tomboi, karena itu bukanlah perilaku negatif. Ambillah sisi positifnya, seperti anak jadi berjiwa kompetitif, bertualang, dan gigih.

Namun, bila anak mendapat tekanan dari lingkungan luar karena pilihannya itu, seperti anak diasingkan teman-temannya atau menjadi korban perundungan, orang tua bisa mengambil peran untuk mengatasinya.

Sebagai orang tua, dukunglah apa pun yang dilakukan anak selama itu adalah hal positif. Tanamkan nilai-nilai baik dalam hidup, kepedulian terhadap sesama, berbagi, toleransi, dan hal-hal positif lainnya.

Baca Juga: Jangan Apatis! Ini 4 Fakta Kesehatan Anak Muda yang Sering Diabaikan

Rizky Kusumo Photo Verified Writer Rizky Kusumo

Sedang menjajaki karir sebagai penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya