Kenali Dampak Perilaku Antisosial pada Anak-Anak Sejak Dini

Agar tidak menyesal di kemudian hari

Apa itu perilaku antisosial pada anak-anak? Ini adalah perilaku yang menyimpang, yang sering terjadi pada kehidupan sehari-hari.

Perilaku antisosial merupakan setiap tindakan yang melanggar norma sosial dan merugikan hak-hak dasar orang lain. Ini termasuk ke dalam tindakan yang merusak untuk menyakiti atau melukai orang lain, termasuk merusak properti, menentang aturan, atau figur otoritas secara umum dan melanggar hukum. 

Kenali tanda-tandanya, perilaku antisosial dapat muncul sejak usia dini antara 3–4 tahun. Pada beberapa orang, perilaku antisosial dapat bertahan hingga usia dewasa. Namun, apa faktor penyebab dan dampaknya pada anak jika masalah ini tidak ditangani? Yuk, ikuti penjelasan berikut yang telah dirangkum dari laman Healthline dan Medical News Today.

1. Faktor genetik 

Kenali Dampak Perilaku Antisosial pada Anak-Anak Sejak DiniIlustrasi anak marah (pixabay.com/Mandyme27)

Menurut studi kembar dalam Journal of Criminal Justice tahun 2013 menemukan bahwa genetika dapat memengaruhi perilaku antisosial sekitar 41 persen, lingkungan yang menciptakan perbedaan di antara saudara kandung yang bertumbuh dalam keluarga yang sama (non-shared environment) sebesar 19 persen, dan pengaruh lingkungan yang membuat saudara kandung mirip (shared environment). Shared environment adalah faktor-faktor yang dimiliki oleh orang-orang yang tinggal bersama, seperti keluarga.

Faktor genetik merupakan salah satu penyebab dari perilaku antisosial pada anak. Maka, ini bisa menyebabkan anak mengalami kesulitan akademik, seperti sering bolos, pengendalian diri yang lebih rendah, dan termasuk tindakan kriminal.

Kemungkinan lainnya adalah faktor gangguan kejiwaan dari orang tua atau dari pengasuh, termasuk depresi pada seorang ibu. Kesulitan ekonomi atau kemiskinan bisa juga menjadi faktor pemicu dari perilaku antisosial ini.

2. Faktor individu dan lingkungan

Kenali Dampak Perilaku Antisosial pada Anak-Anak Sejak Diniilustrasi anak tampak kesal (pexels.com/Alex Green)

Kombinasi dari faktor individu dan lingkungan dapat meningkatkan risiko antisosial pada usia dini hingga usia remaja. Faktor individu itu sendiri punya tingkat rasa empati yang lebih rendah dan impulsif yang lebih besar. Ini merupakan faktor potensial dari perilaku antisosial. Anak-anak dan remaja dengan perilaku antisosial ini juga bisa melibatkan permusuhan atau sifat agresif terhadap orang tua, guru, teman sebayanya, atau orang dewasa lainnya.

Perhatikan perilaku keseharian anak-anak dari sejak dini sehingga tidak berisiko hingga remaja. Sebab, banyak penelitian menunjukkan bahwa pengasuhan sangat berperan dalam perkembangan sifat agresif atau pola perilaku yang tidak peduli pada orang lain serta kurangnya empati (callous-unemotional) pada anak.

3. Pengalaman masa kecil yang merugikan dan peran gender

Kenali Dampak Perilaku Antisosial pada Anak-Anak Sejak Diniilustrasi masa kecil yang merugikan (pexels.com/Mikhail Nilov)

Pengalaman masa kecil atau kanak-kanak yang merugikan misalnya penganiyaan dan pelecehan. Ini biasanya dikaitkan dengan peningkatan risiko perilaku antisosial yang agresif. Biasanya anak laki-laki mempunyai risiko lebih tinggi dibanding anak perempuan.

Bisa juga disebabkan oleh perbedaan pandangan masyarakat tentang peran jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan. Misalnya, anak laki-laki diberikan kebebasan untuk berkeliaran di luar rumah. Ini dapat menyebabkan perilaku antisosial pada anak perempuan kurang dikenali.

Pada saat yang sama, perilaku antisosial pada anak perempuan kurang dipelajari, padahal anak perempuan mewakili proporsi pelaku kekerasan yang terus meningkat.

Baca Juga: Memberi Gadget Bisa Sebabkan Anak Kesulitan Mengelola Emosi

4. Lingkungan sekitar rumah 

Kenali Dampak Perilaku Antisosial pada Anak-Anak Sejak Diniilustrasi anak kakak sedang memegang bahu adiknya (pexels.com/Ahmed akacha)

Faktor lingkungan sekitar juga dapat mengakibatkan anak-anak atau remaja dapat bersikap antisosial. Misalnya, jika anak laki-laki dari keluarga berpenghasilan rendah yang dikelilingi oleh tetangga yang lebih kaya menunjukkan tingkat perilaku antisosial yang lebih tinggi. Lingkungan sekolah juga dapat menjadi salah satu faktor perilaku antisosial.

Memuaskan kebutuhan psikologis dasar pada anak di sekolah, seperti kompetisi dan hubungan antara individu, juga bisa memengaruhi perilaku antisosial dan prososial mereka. Selain itu, paparan media, seperti kekerasan melalui game, televisi, dan film yang ditonton juga dapat menjadi faktor risiko penyebab perilaku agresif pada anak.

5. Pengasuhan yang otoriter

Kenali Dampak Perilaku Antisosial pada Anak-Anak Sejak Diniilustrasi pola asuh anak (pexels.com/RODNAE Productions)

Cara pengasuhan yang otoriter, terlalu keras pada anak, kurang kehangatan, dan terlalu sering diberi hukuman juga dikaitkan pada perilaku eksternal pada usia remaja yang impulsif. Sebab, orang tua yang otoriter biasanya juga bersifat impulsif dan bisa menurunkan perilaku yang sama pada anak mereka.

Selain itu, pola asuh otoriter bisa menimbulkan efek protektif pada perilaku anak-anak, termasuk saat anak menginjak pada usia remaja jika tidak ditangani sejak dini. Pengasuhan yang salah, kurangnya kasih sayang, komunikasi yang kurang baik dan terlalu mengekang mengakibatkan anak-anak dapat berperilaku antisosial.

Kenali gejala, penyebab, dan faktor risiko apa yang lebih buruk yang bisa saja terjadi sekarang atau nanti. Mengatasi dan mencegahnya sejak dini penting untuk menghindari hal-hal yang dapat merugikan masing-masing pihak.

6. Cara mencegah perilaku antisosial di lingkungan sekolah

Kenali Dampak Perilaku Antisosial pada Anak-Anak Sejak Diniilustrasi anak perempuan dan orang tua sedang konseling (pexels.com/Gustavo Fring)

Dilansir Healthline, bentuk perilaku antisosial yang parah dapat menyebabkan gangguan perilaku atau diagnosis gangguan pemberontak oposisi. Anak-anak antisosial juga dapat mengalami putus sekolah dan kesulitan mempertahankan pekerjaan dan hubungan yang sehat.

Perilaku tersebut juga dapat menyebabkan gangguan kepribadian antisosial pada masa dewasa. Gangguan perilaku lainnya dapat dilihat gejalanya sebelum memasuki usia 15 tahun. Untuk itu, melakukan langkah-langkah pencegahan sangat penting karena intervensi dini adalah kunci untuk mencegah perilaku antisosial.

Center for Effective Collaboration and Practice menyarankan agar sekolah mengembangkan dan menerapkan tiga strategi pencegahan yang berbeda.

1. Pencegahan primer 

Ini termasuk melibatkan siswa dalam kegiatan sekolah yang dapat mencegah perilaku antisosial seperti: 

  • Mengajarkan resolusi konflik.
  • Keterampilan manajemen kemarahan.
  • Literasi emosional.

2. Pencegahan sekunder 

Ini menargetkan siswa yang beresiko mengembangkan kecenderungan antisosial dan melibatkan mereka dalam aktivitas individual, termasuk: 

  • Bimbingan khusus.
  • Penyuluhan.
  • Pendampingan.
  • Pelajaran keterampilan sosial dalam kelompok kecil.

3. Pencegahan tersier (pengobatan)

Langkah ketiga ini dapat dilanjutkan dengan konseling intensif. Ini adalah cara memperlakukan anak antisosial dengan pola kenakalan dan agresi kronis. Juga, disarankan agar keluarga, konselor, guru, dan pihak lainnya mengoordinasikan upaya untuk menangani anak-anak yang memiliki perilaku antisosial.

7. Cara menangani perilaku antisosial pada anak sejak usia dini

Kenali Dampak Perilaku Antisosial pada Anak-Anak Sejak Diniilustrasi anak-anak bahagia (pexels.com/samer daboul)

Orang tua juga dapat menjalani pelatihan manajemen untuk mengatasi masalah pengasuhan negatif, yang dapat menyebabkan perilaku antisosial sosial pada anak sejak usia dini.

Kehangatan dan kasih sayang, kedisiplinan yang masuk akal, dan gaya pengasuhan yang berwibawa akan memberikan hasil positif bagi anak-anak. Sebab, ini dapat membantu anak menciptakan hubungan yang positif serta dapat meningkatkan kinerja di sekolah.

Cara lain yang dapat dilakukan untuk mengobati perilaku antisosial meliputi pelatihan keterampilan memecahkan masalah, terapi perilaku kognitif, intervensi perilaku keluarga, dan terapi keluarga maupun terapi pada anak remaja.

Bicaralah dengan anak-anak jika merasa khawatir tentang perilakunya, sehingga orang tua atau pengasuh dan anak dapat memiliki pemahaman yang lebih baik tentang apa yang telah terjadi dari sudut pandangnya. 

Mungkin wajar jika anak-anak dan remaja menunjukkan beberapa kecenderungan antisosial, seperti menarik diri atau sedikit memberontak. Namun, bagi sebagian anak kecenderungan itu juga bisa menandakan sesuatu yang lebih mengkhawatirkan dari apa yang terlihat.

Meskipun anak-anak memberontak dan menunjukkan kecenderungan perilaku antisosial, tetapi ini mungkin menandakan masalah mendasar pada beberapa anak saja, terutama ketika perilaku bermasalah tersebut terus berlanjut.

Makin lama perilaku antisosial tidak ditangani, maka akan makin sulit untuk diatasi. Mengatasi perilaku sejak dini dapat membantu mencegahnya berkembang menjadi kondisi yang lebih parah. Sayangi dan beri kebahagian yang layak pada anak.

Baca Juga: Kenali Ciri-ciri Anak yang Menjadi Korban Kekerasan Seksual

Salma Wati Photo Verified Writer Salma Wati

Let it flow in its own time

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya