Tak Memotivasi, Fat Shaming Justru Perburuk Obesitas

Bisa picu depresi hingga meningkatkan risiko bunuh diri

Kalau masih ada yang berpikir dengan mempermalukan seseorang yang obesitas bisa memotivasinya untuk menurunkan berat badan, pikir ulang. Bukti ilmiah menegaskan bahwa fat shaming tidak berdampak positif pada kondisi psikologis seseorang. Alih-alih memotivasi, ini justru membuat seseorang merasa lebih buruk tentang dirinya sendiri.

Apa saja dampak buruk fat shaming dan mengapa kita harus mendorong kesadaran untuk perubahan perilaku akan kita ulas lewat artikel ini.

1. Arti fat shaming

Tak Memotivasi, Fat Shaming Justru Perburuk Obesitasilustrasi obesitas (pexels.com/MART PRODUCTION)

Fat shaming adalah tindakan mengkritik dan melecehkan orang yang kelebihan berat badan untuk membuatnya merasa malu, seperti mengutip Healthline. Ada semacam keyakinan yang mengira bahwa fat shaming memotivasi orang untuk makan lebih sedikit, rajin olahraga, dan menurunkan berat badan. 

Dalam sebagian besar kasus, pelaku fat shaming bukanlah orang yang mengalami obesitas dan tidak  pernah harus berjuang dengan masalah berat badan. Penelitian dalam jurnal Translational Behavioral Medicine tahun 2014 mengungkap bahwa banyak diskusi tentang obesitas di media sosial yang melakukan fat shaming, yang sering berubah menjadi pelecehan dan cyber bullying, terutama pada perempuan. 

Bersangkutan dengan keyakinan dan temuan penelitian tersebut, stigma yang mendiskriminasi orang dengan obesitas justru menyebabkan bahaya psikologis yang besar serta memperburuk masalah. 

2. Fat shaming menyebabkan seseorang makan lebih banyak kalori

Tak Memotivasi, Fat Shaming Justru Perburuk Obesitasilustrasi makan donat (pexels.com/Andres Ayrton)

Penelitian yang membahas stigma pada orang dengan obesitas tahun 2014 menemukan beberapa hal terkait efek negatif diskriminasi yang menyebabkan stres. Tinjauan ilmiah yang dimuat oleh jurnal Appetite itu menunjukkan bahwa stres dapat mendorong individu untuk makan lebih banyak dan menambah berat badan. 

Temuan itu dilengkapi hasil penelitian yang melibatkan 93 perempuan, yang mana paparan informasi berisi stigmatisasi berat badan, membuat orang dengan obesitas makan kalori lebih banyak dan merasa kurang untuk mengontrol nafsu makan. Penelitian berjudul "The Ironic Effect of Weight Stigma" tahun 2014 itu juga menunjukkan bahwa stigma tidak memiliki pengaruh terhadap orang dengan barat badan normal. 

Bahkan, efek fat shaming lebih jelas terlihat dalam penelitian berjudul "The Impact of Weight Stigma on  Caloric Consumption" yang dilakukan terhadap 73 perempuan dengan berat badan berlebih. Partisipan yang sudah menonton video stigmatisasi obesitas ditemukan makan tiga kali lebih banyak, dibandingkan dengan mereka yang menonton video non-stigmatisasi.

Hasil studi tahun 2011 itu secara langsung menyangkal gagasan yang menganggap bahwa tekanan menurunkan berat badan lewat stigmatisasi adalah sebuah motivasi.

Dari sejumlah temuan di atas, dapat disimpulkan bahwa semua jenis fat shaming bisa menyebabkan orang kelebihan berat menjadi tertekan, mengonsumsi lebih banyak kalori, dan mengalami kenaikan berat badan. 

3. Fat shaming berkaitan dengan peningkatan risiko obesitas

Tak Memotivasi, Fat Shaming Justru Perburuk Obesitasilustrasi kenaikan berat badan (pixabay.com/jarmoluk)

Banyak studi yang telah mengobservasi kaitan antara diskriminasi berat badan dengan risiko kenaikan berat badan dan obesitas di masa mendatang. Dalam studi tahun 2013 yang dilakukan terhadap 6.157 orang tanpa obesitas yang mengalami diskriminasi berat badan, ditemukan risiko 2,5 kali yang lebih tinggi untuk mengembangkan obesitas selama beberapa tahun ke depan. 

Selain itu, penelitian berjudul "Perceived Weight Discrimination and Obesity" tersebut juga memperlihatkan bahwa orang dengan obesitas yang menerima diskriminasi memiliki peluang 3,2 kali lebih tinggi untuk tetap menjadi obesitas.

Tak hanya sampai di situ, studi lain pada 2014 yang dimuat jurnal Obesity, menemukan bahwa diskriminasi berat badan dikaitkan dengan risiko terkena obesitas 6,67 lebih besar. Sekali lagi, itu menunjukkan kalau fat shaming hampir tidak mungkin memotivasi orang untuk menurunkan berat badan. 

Baca Juga: 5 Dampak Negatif Obesitas yang Harus Kamu Ketahui!

4. Dampak berbahaya fat shaming

Tak Memotivasi, Fat Shaming Justru Perburuk Obesitasilustrasi gangguan makan berlebihan, binge eating, overeating (helpguide.org)

Efek serius yang lebih berbahaya dari fat shaming sebenarnya melampaui peningkatan berat badan. Penelitian dalam American Journal of Public Health tahun 2010 mengonfirmasi secara jelas kalau fat shaming merugikan orang secara fisik dan mental. Beberapa dampak negatif yang didukung penelitian adalah: 

  • Orang yang didiskriminasi karena berat badan berisiko lebih tinggi mengalami depresi dan masalah mental lainnya. 
  • Fat shaming dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan makan, seperti binge eating
  • Fat shaming juga berhubungan dengan penurunan harga diri secara signifikan.
  • Efek negatif lainnya adalah peningkatan stres yang mendorong produksi kortisol meningkat, penambahan berat badan yang memicu terkena risiko penyakit kronis. 

5. Risiko bunuh diri

Tak Memotivasi, Fat Shaming Justru Perburuk Obesitasilustrasi dampak buruk fat shaming (pexels.com/Darina Belonogova)

Seperti yang telah disebutkan, ada bukti yang menunjukkan bahwa diskriminasi berat badan berhubungan dengan peningkatan risiko depresi. Misalnya, dalam penelitian tahun 2012 yang dimuat jurnal Obesity menegaskan bahwa mereka yang pernah mengalami diskriminasi berat badan memiliki 2,7 potensi lebih mungkin untuk mengalami depresi. 

Penelitian lain turut menguatkan temuan tersebut, kalau depresi memang umum ditemukan pada orang-orang yang mengalami obesitas, terutama obesitas tingkat ekstrem, mengacu studi dalam jurnal Obesity Review tahun 2013 dan JAMA Psychiatry tahun 2010.

Depresi sendiri merupakan salah satu penyebab utama meningkatnya risiko bunuh diri. Sementara itu, obesitas parah memiliki risiko 21 kali lebih besar untuk perilaku bunuh diri dan 12 kali lebih besar terhadap percobaan bunuh diri. Ini mengacu pada hasil penelitian dalam jurnal Depression and Anxiety tahun 2013. 

Meski studi tentang fat shaming dan risiko bunuh diri masih terbatas, tetapi para pakar menilai bahwa efek berbahaya dari diskriminasi masuk akal dalam meningkatkan risiko bunuh diri.

Diskriminasi berat badan lewat fat shaming jelas merupakan hal yang tidak selayaknya ditujukan kepada siapa pun. Terlepas dari motif di baliknya yang mengira itu adalah hal wajar atau bahkan memotivasi, tetapi kenyataan menunjukkan sebaliknya. Jadi, sebisa mungkin hindari perilaku fat shaming kepada siapa pun, karena efek negatifnya bisa memengaruhi seseorang yang sedang berjuang untuk mendapatkan berat badan ideal.

Penulis: Dian Rahma Fika Alnina

Baca Juga: 5 Alasan Body Shaming Bukanlah Perilaku yang Bijak, Hentikan!

Topik:

  • Bella Manoban
  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya