Selain Risiko Jantung, Ini 4 Alasan Perlunya Menjaga Kadar Kolesterol

Gak cuma orang tua, kolesterol tinggi juga makin banyak dialami usia yang lebih muda. Mau kurus atau gemuk, perempuan maupun laki-laki, kolesterol tinggi bisa mengancam siapa saja.
Kadar kolesterol yang tinggi diketahui merupakan faktor risiko gangguan kesehatan pada sistem kardiovaskular, termasuk penyakit jantung koroner. Penyakit yang menyebabkan kematian tertinggi di dunia ini kerap dipicu oleh kadar low-density lipoprotein (LDL) alias kolesterol jahat yang berlebihan.
Namun, ada alasan lain kenapa kamu perlu menjaga kadar kolesterol tetap dalam batas normal. Paling tidak kamu bisa menekan empat risiko kesehatan ini dengan level kolesterol yang ideal!
1. Batu empedu
Batu empedu adalah batu yang berasal dari timbunan kolesterol pada saluran empedu. Penyakit ini umumnya tidak menunjukkan gejala. Barulah jika batu ini menyumbat ujung empedu, rasa nyeri yang begitu hebat akan terasa hingga hitungan jam (sering disebut nyeri kolik).
Ukuran batu empedu bermacam-macam. Bila kecil (di bawah 1 cm), biasanya cukup mengonsumsi obat untuk meleburkan kolesterol. Namun, bila ukurannya besar, dokter mungkin akan menyarankan tindakan operasi. Pada beberapa kasus, batu empedu juga bisa menimbulkan risiko lain seperti infeksi.
2. Sesak napas
Keluhan ini cenderung tidak terlalu parah, tetapi cukup mengganggu. Sesak napas adalah efek akibat penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah.
Ketika arteri sebagai jalur untuk persebaran oksigen tersumbat, otomatis peredaran oksigen menjadi terganggu. Dalam kondisi ini, pasokan oksigen yang tidak lancar dari dan menuju jantung, otomatis kamu pun akan mengalami sesak napas.
Baca Juga: 8 Cara Menurunkan Kolesterol dengan Cepat Tanpa Harus Minum Obat!
3. Terganggunya sistem endokrin
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran yang berfungsi untuk melakukan sekresi hormon. Peranan kolesterol dalam sistem ini sangat penting untuk membentuk hormon seperti kortisol, estrogen, dan testosteron. Pun sebaliknya, hormon juga dapat memengaruhi kadar kolesterol.
Beberapa penelitian menemukan bahwa pada perempuan yang menopause, risiko untuk terkena serangan jantung akan lebih tinggi. Hal ini bisa terjadi karena penurunan kadar estrogen pada tubuh yang juga semakin sedikit dibandingkan dengan perempuan usia subur.
4. Stroke
Nah, kembali dengan urusan kardiovaskular, stroke juga jadi momok terbesar dari penderita kolesterol tinggi.
Dilansir Healthline, penumpukan plak yang disebabkan oleh tingginya kadar kolesterol bisa berbahaya karena suplai darah ke bagian penting otak berkurang atau terputus. Inilah yang terjadi saat stroke terjadi.
Editor’s picks
Stroke adalah kondisi darurat medis. Sangat penting untuk bertindak cepat dan mencari perawatan medis jika kamu atau siapa pun yang kamu kenal mengalami gejala stroke. Gejala yang perlu diwaspadai antara lain:
- Kehilangan keseimbangan dan koordinasi secara tiba-tiba
- Pusing mendadak
- Asimetri wajah (kelopak mata dan mulut terkulai hanya pada satu sisi)
- Ketidakmampuan untuk bergerak, khususnya hanya memengaruhi satu sisi tubuh
- Kebingungan
- Bicara cadel
- Mati rasa di wajah, lengan, atau tungkai, terutama di satu sisi tubuh
- Penglihatan kabur, penglihatan menghitam, atau penglihatan ganda
- Sakit kepala parah mendadak
Diagnosis kolesterol tinggi
Kolesterol tinggi sangat mudah didiagnosis dengan tes darah yang disebut panel lipid. Dokter akan mengambil sampel darah dan mengirimkannya ke laboratorium untuk dianalisis.
Dokter akan meminta kamu untuk tidak makan atau minum apa pun setidaknya 12 jam sebelum tes. Panel lipid mengukur kadar kolesterol total, kolesterol high-density lipoprotein (HDL), LDL, dan trigliserida.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyatakan bahwa ini adalah kadar yang normal"
- LDL: kurang dari 100 mg/dL
- HDL: 60 mg/dL atau lebih tinggi
- Trigliserida: kurang dari 150 mg/dL
Kolesterol total kamu umumnya dianggap "sedang atau ambang batas tinggi (borderline high)" jika berada di antara 200 dan 239 mg/dL dan dianggap "tinggi" jika angkanya di atas 240 mg/dL.
Kolesterol LDL umumnya dianggap "sedang atau ambang batas tinggi" jika berada di antara 130 dan 159 mg/dL dan dianggap "tinggi" jika di atas 160 mg/dL. Kolesterol HDL umumnya dianggap "buruk" jika angkanya di bawah 40 mg/dL.
Cara menjaga kadar kolesterol tetap dalam batas normal
Kadar kolesterol yang tinggi bisa diturunkan atau kamu bisa mempertahankan kadar kolesterol tetap normal dan mencegah kolesterol tinggi dengan melakukan perubahan hidup yang lebih sehat. Perubahan tersebut meliputi:
- Makan makanan yang mengandung lemak tak jenuh seperti kacang kenari atau minyak zaitun, dibandingkan makanan yang mengandung lemak jenuh atau lemak trans
- Perbanyak konsumsi biji-bijian, buah-buahan, dan sayuran yang dapat membantu menjaga kesehatan jantung dan menurunkan kolesterol
- Kurangi berat badan berlebih dan lakukan aktivitas fisik secara teratur
- Jadwalkan pemeriksaan kesehatan rutin secara teratur, terutama bila kamu memiliki faktor risiko
Dilansir Verywell Health, mengetahui risiko mengembangkan kolesterol tinggi sangat penting. Karena kolesterol tinggi jarang menimbulkan gejala, mengetahui faktor risiko bisa membantumu lebih memahami kenapa pemeriksaan diperlukan bahwa untuk orang dewasa yang sehat dimulai usia 20 tahun. Makin banyak faktor risiko yang dimiliki, semakin besar pula kebutuhan dan frekuensi pengujian lipid.
Beberapa faktor risiko kolesterol tinggi adalah hal-hal yang bisa kita ubah, seperti pola makan dan olahraga. Sementara itu, faktor risiko yang tidak bisa diubah meliputi jenis kelamin, usia, atau genetik.
Bila kamu memiliki kondisi di bawah ini, kamu lebih berisiko mengalami kolesterol tinggi dan harus memeriksakan diri bila belum pernah melakukannya:
- Gaya hidup sedenter
- Pola makan tinggi lemak jenuh dan lemak trans
- Obesitas
- Merokok
- Riwayat keluarga dengan kolesterol tinggi
- Diabetes tipe 2
Kolesterol tinggi tidak akan menunggumu tua dulu untuk menyerang. Jadi, terapkan pola hidup sehat dan aktif serta cek kadar kolesterol secara rutin setiap 6 bulan atau setahun sekali. Oh ya, sebelum melakukan tes, pastikan kamu puasa dulu selama 9-12 jam dan ikuti anjuran dokter, ya!
Baca Juga: 7 Tanda Kolesterol Tinggi Ini Akan Selamatkanmu jika Segera Diketahui