5 Fakta tentang Hiperplasia Sebasea, Kelainan Kulit Mirip Jerawat
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Umumnya, benjolan atau bintil berisi di area wajah kebanyakan disama ratakan, dianggap sebagai jerawat. Padahal, ada, lho, beberapa kelainan kulit yang sekilas secara tampilan mirip jerawat. Salah satunya adalah hiperplasia sebasea (sebaceous hyperplasia).
Dikenal sebagai kelainan kulit yang tidak bisa disembuhkan, hiperplasia sebasea bisa dibilang tak banyak diketahui awam. Nah, supaya kamu bisa membedakan antara jerawat dan hiperplasia sebasea, yuk, simak beberapa faktanya berikut ini!
1. Hiperplasia sebasea bukan permasalahan kulit, melainkan kelainan kulit
Hiperplasia sebasea terjadi ketika kelenjar minyak mengalami pembesaran dan menyebabkan sebum (lemak yang dihasilkan oleh kelenjar lemak kulit) menjadi terperangkap.
Sebum yang terperangkap tersebut kemudian bertransformasi menjadi benjolan mengilap pada kulit, terutama di bagian wajah. Namun, harus diketahui bahwa tidak semua orang yang memiliki masalah serupa lantas akan mengalami kelainan kulit ini.
Mengingat kelenjar minyak terdapat pada seluruh tubuh, benjolan ini bisa terbentuk hampir di mana saja.
Kondisi ini lebih sering terjadi pada kelompok lanjut usia. Namun, menurut sebuah penelitian dalam jurnal "Medicina" tahun 2019, disebutkan bahwa hiperplasia sebasea juga bisa dialami oleh remaja dan dewasa muda, terutama yang punya anggota keluarga dengan kondisi kelainan kulit yang serupa.
2. Biasanya dipengaruhi oleh faktor keturunan
Bila ada anggota keluarga yang memiliki hiperplasia sebasea, kamu lebih berisiko mengalami kelainan kulit ini.
Sebuah studi dalam jurnal "EC Emergency Medicine and Critical Care" tahun 2019 menegaskan bahwa faktor patogenik seperti penuaan dini, paparan sinar matahari berlebihan, dan faktor genetik memengaruhi munculnya kelainan kulit yang satu ini.
Dilansir Healthline, meskipun hiperplasia sebasea tergolong sebagai kelainan yang tidak berbahaya, tetapi kondisi tersebut bisa berkembang menjadi tumor pada orang dengan sindrom Muir-Torre.
Baca Juga: 10 Fakta Vitiligo, Kelainan Kulit yang Dialami Model Winnie Harlow
3. Hiperplasia sebasea bisa makin parah jika tidak disertai pola hidup yang sehat
Editor’s picks
Kelainan hiperplasia sebasea memang lebih sering diderita oleh seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat serupa. Namun, pola hidup yang tidak sehat bisa menjadi pemicu munculnya atau memperparah lesi yang mulanya sudah terdapat di bagian wajah.
Pola hidup sehat yang perlu ditekankan untuk meminimalkan kelainan ini adalah dengan mengurangi makanan yang berminyak, membersihkan wajah secara teratur, memperbanyak minum air putih, dan lain sebagainya.
4. Umumnya, kelainan kulit ini bisa diatasi dengan terapi laser
Walaupun tidak berbahaya, tetapi hiperplasia sebasea bisa sangat mengganggu penampilan dan bikin rasa percaya diri menurun.
Jenis perawatan yang bisa dilakukan adalah dengan:
- Pengaplikasian krim retinoid
- Terapi laser (ini adalah terapi yang paling umum disarankan)
- Terapi fotodinamik
- Operasi plastik
- Bedah beku
- Elektrokauter
Selain metode di atas, sebuah penelitian yang dimuat dalam "An Bras Dermatol Journal" tahun 2019 menyebutkan bahwa penggunaan isotretinoin dalam mengobati hiperplasia sebasea juga terbukti efektif dalam mengurangi ukuran kelenjar sebaceous.
Dengan mengurangi ukuran kelenjar, secara otomatis ukuran benjolan juga mengecil, bahkan meminimalkan terjadinya kelainan ini.
5. Meski bisa dihilangkan dengan beberapa jenis perawatan medis, tetapi hiperplasia sebasea tetap bisa muncul lagi
Menurut sebuah penelitian dalam "Journal of Dermatological Treatment" tahun 2020, ditemukan bahwa efektivitas penyembuhan hiperplasia sebasea tidak hanya bergantung pada teknik perawatan, tetapi juga pada jumlah lesi, kemampuan finansial, faktor psikologis, fototipe kulit dan usia.
Bukan hal yang tidak mungkin jika benjolan yang tadinya hilang kemudian muncul kembali di permukaan kulit yang lain. Mengingat kelainan ini dipicu oleh faktor keturunan dan tidak bisa 100 persen hilang tanpa adanya pengulangan gejala pada penderitanya.
Meski demikian, kelainan kulit ini tetap bisa diminimalkan dengan perawatan rutin dan menjalani pola hidup sehat.
Perawatan yang bisa dilakukan sendiri di rumah adalah dengan mengompres wajah setelah mencuci muka, mengurangi paparan sinar matahari, dan membersihkan kulit setelah melakukan aktivitas yang banyak mengeluarkan keringat.
Baca Juga: 10 Masalah Kulit yang Tidak Boleh Kamu Remehkan, Segera ke Dokter ya!
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.