Mengenal Blue Brides, Depresi yang Dialami Perempuan Pascamenikah 

Sering merasa sedih, kecewa, dan hampa setelah menikah

Umumnya, pernikahan identik dengan hal-hal yang membahagiakan. Momen sakral ini menandakan laki-laki dan perempuan saling mengucapkan janji suci untuk menjalin hubungan rumah tangga.

Namun, alih-alih merasa bahagia, sejumlah perempuan yang baru menikah justru mengalami depresi. Fenomena ini kerap kali disebut dengan istilah blue brides.

Blue brides merupakan kondisi di mana perempuan merasakan sejumlah emosi negatif seperti kesedihan dan kekecewaan setelah prosesi pernikahan. Blue brides pernah menjadi topik yang populer dan disorot sejumlah media di Amerika Serikat. Untuk lebih jelasnya lagi, yuk, simak info mengenai fenomena tersebut berikut ini.

1. Terjadi pada perempuan yang baru menikah

Mengenal Blue Brides, Depresi yang Dialami Perempuan Pascamenikah ilustrasi pengantin wanita (pexels.com/Lina Kivaka)

Diterbitkan melalui Journal of Family Issues (2015), Laura Stafford dan Allison Scott melakukan penelitian pada 28 perempuan berumur 20-33 tahun dengan usia pernikahan 2-16 bulan. Ditemukan bahwa hampir 50 persen perempuan yang menjadi subjek penelitian menunjukkan tanda-tanda blue brides.

Taraf depresi yang dirasakan beragam mulai dari ringan, sedang, hingga cukup intens. Mereka umumnya merasakan sejumlah emosi seperti kesedihan, kekecewaan, dan rasa hampa. Ada juga yang merasa bingung karena pernikahan yang mereka jalani tidak sesuai bayangannya.

2. Merasa ragu dengan pernikahan yang dijalani

Mengenal Blue Brides, Depresi yang Dialami Perempuan Pascamenikah ilustrasi perempuan sedih (pexels.com/Engin Akyurt)

Perempuan yang menunjukkan gejala blue brides biasanya akan merasakan sejumlah keraguan setelah prosesi pernikahan. Misalnya, ragu bahwa keputusan yang mereka untuk menikah dengan sang suami adalah hal yang tepat, takut tidak bahagia, dan khawatir ekspektasi mereka akan hubungan rumah tangga yang ideal tidak terpenuhi.

Bahkan ada juga yang memikirkan kemungkinan untuk bercerai ketika masih dalam masa bulan madu. Jika tidak diatasi lebih lanjut, hal ini akan mengarah pada ketidakpuasan dengan hubungan yang dijalani, rumah tangga yang kurang harmonis, hingga pertengkaran.

Baca Juga: 9 Tanda Ayah Mengalami Baby Blues, Tak Hanya Dialami Ibu!

3. Menganggap pernikahan adalah sebuah akhir

Mengenal Blue Brides, Depresi yang Dialami Perempuan Pascamenikah ilustrasi menikah (pexels.com/Trung Nguyen)

Orang-orang yang mengalami gangguan blue brides umumnya berpikir bahwa acara pernikahan adalah klimaks atau bagian terpenting dalam suatu hubungan. Itulah kenapa. mereka sering merasa hampa setelah hari pernikahan atau usai bulan madu karena menganggap puncak dari kebahagiaannya telah berlalu.

Pada akhirnya, yang tersisa adalah perasaan kosong dan kebingungan akan arah hubungan rumah tangga yang dijalani. Padahal sejatinya, prosesi pernikahan hanyalah titik mula dalam kehidupan berumah tangga. Masih ada banyak hal yang dapat dieksplor bersama pasangan ke depannya.

4. Jangan terlalu fokus pada diri sendiri dan pesta pernikahan untuk mencegah blue brides

Mengenal Blue Brides, Depresi yang Dialami Perempuan Pascamenikah ilustrasi pesta pernikahan (pexels.com/Trung Nguyen)

Bagi sebagian perempuan, pernikahan adalah salah satu momen yang paling ditunggu-tunggu sepanjang hidup. Maka dari itu, acara pernikahan disiapkan dengan sematang mungkin, mulai dari konsep, gaun yang dikenakan, hingga makanan. Sebagian perempuan menganggap mereka hari pernikahan sebagai bride's day sehingga segala hal harus sempurna.

Pikiran tersebut pun membuatnya lupa bahwa acara pernikahan merupakan milik bersama antara mempelai perempuan, mempelai laki-laki serta kerabat, teman, dan keluarga keduanya. Dibanding terobsesi untuk memiliki pernikahan yang sempurna, ada baiknya lebih berfokus untuk menikmati jalannya acara bersama dengan orang-orang yang berharga untuk kita.

Dengan menanamkan mindset tersebut, banyak dampak positif yang akan dirasakan. Pengantin perempuan tidak mudah stres akan keinginan acaranya sempurna serta menurunnya risiko sindrom blue brides setelah acara selesai. Sebab, mereka paham bahwa pesta pernikahan yang usai justru menandakan bahwa kehidupan pernikahan dimulai.

5. Jangan lupa bangun komunikasi efektif bersama pasangan dan melakukan konseling

Mengenal Blue Brides, Depresi yang Dialami Perempuan Pascamenikah ilustrasi pasangan (pexels.com/Mikhail Nilov)

Dilansir Psychology Today, gejala blue brides dapat diatasi dengan beberapa strategi, di antaranya dengan mengidentifikasi dan mendiskusikan hal-hal yang dirasakan dengan pasangan. Misalnya, kalau kamu merasa ragu, coba analisis lebih dalam hal apa yang membuatmu ragu. Apakah kamu takut sikap pasanganmu berubah nantinya? Atau kamu khawatir bahwa pernikahan yang kamu jalani tidak sesuai ekspektasi?

Bicarakan juga hal-hal apa yang kamu harapkan dari pasanganmu. Misalnya, kamu berharap pasanganmu ikut ambil bagian dalam pekerjaan rumah, atau kamu ingin berkencan dengan pasanganmu setiap akhir pekan. Jika diperlukan, kamu juga bisa melakukan konsultasi agar kamu bisa mengidentifikasi lebih jelas apa yang kamu harapkan dari hubungan pernikahan.

Depresi setelah menikah dapat mempengaruhi keharmonisan rumah tangga. Untuk mengatasi munculnya gejala blue brides, ada baiknya para perempuan yang akan menikah lebih fokus pada hubungan dengan calon suami dibanding memiliki prosesi pernikahan yang sempurna.

Pada akhirnya, komunikasi yang efektif dengan pasangan penting untuk dilakukan. Dengan begitu, kedua belah pihak dapat saling memahami hal-hal yang ingin dicapai dalam kehidupan berumah tangga.

Baca Juga: 5 Peran Suami saat Istri Mengalami Baby Blues, Wajib Mendampingi

Abinaya Photo Verified Writer Abinaya

A girl who likes to write about anything interesting

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya