5 Mitos seputar Penyuntikan Vaksin Sinovac, Tidak Harus Tegak Lurus

Aman pula karena vaksin sudah melewati tahap uji 1, 2, dan 3

Vaksin COVID-19 sudah tiba di Indonesia dan pertama kali diberikan untuk Presiden Joko "Jokowi" Widodo. Meski demikian, banyak perdebatan akan penyuntikan tersebut. Mulai dari keamanan vaksin, ada yang bilang bahwa Jokowi bukan divaksinasi CoronaVac dari Sinovac, hingga teknik penyuntikan.

Sempat beredar kabar lewat pesan berantai lewat aplikasi pesan tentang kesalahan cara penyuntikan vaksin Sinovac kepada Jokowi. Dikatakan bahwa suntikan tidak terserap benar di tubuhnya karena sudut penyuntikan yang dianggap salah. 

Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof. dr. Zubairi Djoerban, Sp.PD-KHOM, FINASIM, membantah anggapan tersebut dan memberikan penjelasan lewat cuitan akun Twitter miliknya. 

1. Menyuntik tidak selalu harus tegak lurus 90 derajat

5 Mitos seputar Penyuntikan Vaksin Sinovac, Tidak Harus Tegak Lurusmedicaldialogues.in

Permasalahan utama yang disampaikan dalam cuitan Prof. Zubairi adalah masalah sudut penyuntikan. Kabar yang beredar, jika penyuntikan tidak memiliki sudut 90 derajat, maka kandungan vaksin tidak akan masuk ke dalam darah dan hanya sampai di kulit saja.

Prof. Zubairi menjelaskan bahwa menyuntik tidak perlu terlalu meributkan masalah sudut harus tegak lurus atau tidak. Bahkan, dengan sudur 72 derajat pun suntikan masih bisa tetap masuk ke dalam darah. 

Mitos ini sudah dibahas dalam studi berjudul "The myth of the 90 degrees-angle intramuscular injection" yang dilakukan oleh D.L. Katsma dan R. Katsma dan diterbitkan dalam jurnal Nurse Educator tahun 2000.

2. Walau sedikit miring, keberhasilan akan kedalaman suntikan mencapai 95 persen

5 Mitos seputar Penyuntikan Vaksin Sinovac, Tidak Harus Tegak Luruspitribe.com

Berdasarkan hitung-hitungan ilmu trigonometri yang terdapat dalam studi tersebut, Prof. Zubairi meyakini apa yang dilakukan oleh Prof. dr. Abdul Muthalib, Sp.PD-KHOM, tenaga kesehatan yang menyuntikkan vaksin pertama kepada Jokowi berhasil.

“Pasalnya, trigonometri menunjukkan, suntikan yang diberikan pada 72 derajat, hasilnya itu mencapai 95 persen dari kedalaman suntikan yang diberikan pada derajat 90,” cuitnya.

Hal ini bisa terlihat dalam infografis di atas. Setidaknya ada lima teknik penyuntikan, yaitu Z-trackventrogluteal, deltoid, vastus lateralis, dan dorsogluteal. Tiap teknik punya tujuan dan kegunaan tersendiri, sehingga perlu digunakan sesuai kondisi.

Baca Juga: Kemanjuran Vaksin Pfizer yang Sesungguhnya, Hanya 19 Persen?

3. Anggapan bahwa vaksin akan memberikan penyakit baru adalah hoaks!

5 Mitos seputar Penyuntikan Vaksin Sinovac, Tidak Harus Tegak Luruspulsetoday.co.uk

Selain masalah arah suntikan, satu isu lagi yang menjadi perhatian adalah dampak terbalik dari vaksin Sinovac. Disebut juga dengan antibody-dependent enhancement (ADE) atau kondisi semakin parahnya infeksi seseorang lantaran vaksin yang didapatnya, Prof. Zubairi mengatakan tidak perlu khawatir.

Dalam cuitannya tersebut, dia menyebutkan kalau vaksin ini sudah teruji klinis melewati tahap satu, dua, dan tiga, sehingga tidak perlu khawatir.

“Kan tidak terbukti di uji klinis satu, dua, dan tiga bahwa ADE itu terjadi pada vaksin Sinovac,” kata Prof. Zubairi.

4. Untuk isu bentuk tubuh dan penyuntikan, dokterlah yang akan menangani

5 Mitos seputar Penyuntikan Vaksin Sinovac, Tidak Harus Tegak Lurusepmonthly.com

Satu lagi yang dikatakan Prof. Zubairi dari berbagai pertanyaan yang dilontarkan kepadanya: apakah bentuk tubuh punya pengaruh dengan ukuran jarum suntik?

Jawabnya adalah iya. Anggap saja kamu mengalami obesitas, maka jarum suntik pun akan lebih susah masuk ke dalam otot.

“Dokter yang nantinya bisa menilai ukuran jarum suntik itu ketika akan divaksin,” cuitnya lebih lanjut.

Melansir Verywell Health, ada beragam ukuran jarum suntik yang beredar. Mereka yang punya kebutuhan menyuntik diri sendiri perlu memahami ini terlebih dahulu agar tidak salah memilih ukuran jarum dan dapat mengurangi rasa sakit.

Namun, dalam urusan vaksinasi, penyuntikan akan dilakukan langsung oleh petugas kesehatan. Mak, sesuai cuitan Prof. Zubairi, petugaslah yang akan menentukan dan kamu tidak perlu bingung akan hal itu.

5. Jangan menunda-nunda untuk mendapatkan vaksin

5 Mitos seputar Penyuntikan Vaksin Sinovac, Tidak Harus Tegak Lurusscitechdaily.com

Selain kasus penularan yang masih tinggi, hal lain yang dikhawatirkan tentang COVID-19 adalah mutasi virusnya.

Ditemukannya berbagai mutasi varian baru SARS-CoV-2 di beberapa negara cukup meresahkan para peneliti. Mereka menyarankan untuk tidak menunda-nunda mendapatkan vaksin agar virus SARS-CoV-2 bisa segera ditangani tubuh dan tidak bermutasi lebih lanjut.

Intinya, vaksinasi COVID-19 diperlukan agar dunia bisa segera pulih dari COVID-19, sehingga kamu tak perlu khawatir berlebihan. 

Bila kamu mendapatkan pesan berantai seputar vaksin COVID-19, jangan langsung percaya dan cek dulu kebenarannya. Bila memungkinkan, tanya langsung kepada pakar kesehatan yang memang lebih paham atau bisa juga cek di hoax buster milik Satuan Tugas Penanganan COVID-19 di laman: covid19.go.id/p/hoax-buster. 

Baca Juga: Pertanyaan tentang Vaksin COVID-19 Paling Umum beserta Jawabannya

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya