5 Fakta Penanganan Penyakit Tidak Menular saat Pandemik COVID-19

Makin susah karena banyak orang takut ke rumah sakit

Pandemik COVID-19 yang masih merebak dan meresahkan warga menghantam berbagai aspek kehidupan. Tentu saja salah satunya adalah sektor kesehatan.

Fokus utama saat ini adalah bagaimana menurunkan laju kasus. Berbagai kebijakan dan kampanye pun digaungkan. Seperti kerja dari rumah, pakai masker, menghindari kerumunan, dan sebagainya. Namun, fokus tersebut membuat penanganan kasus penyakit tidak menular jadi kurang diperhatikan.

Lewat webinar "Rekomendasi Pakar di ASEAN: Pentingnya Mengoptimalkan Pencegahan dan Pelayanan Pengobatan Penyakit Tidak Menular di Masa Pandemik" hari Sabtu (17/10/2020), disebutkan bahwa penyakit tidak menular menyumbang 73 persen kasus penyebab kematian di Indonesia.

Mendatangkan narasumber yang ahli di bidangnya, yaitu Dr. dr. Anwar Santoso, SpJP(K), FIHA, Dewan Penasihat & Dewan Etik Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI); Dr. dr. Lia G. Partakusuma, Sp.PK(K), MM, MARS, selaku Sekjen Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI); dr. Ade Meidian Ambari, SpJP, FIHA, selaku Wakil Sekjen II PERKI; dan Satria Surjati selaku General Manager Upjohn Division, Pfizer Indonesia, simak penjelasannya berikut ini.

1. Penyakit tidak menular meliputi penyakit jantung dan tekanan darah tinggi

5 Fakta Penanganan Penyakit Tidak Menular saat Pandemik COVID-19slma.cc

Membuka webinar, Dr. Anwar mendeksripsikan jenis penyakit tidak menular, salah satunya adalah penyakit jantung.

Jantung merupakan organ yang memompa 4-5 liter darah ke seluruh tubuh. Gangguan pada organ vital tersebut jelas akan mengganggu peredaran darah, sehingga dapat memicu banyak masalah kesehatan. 

Selain itu, jenis penyakit tidak menular lainnya adalah hipertensi, diabetes, kanker, dan masih banyak lagi.

Banyak orang yang menganggap penyakit tersebut dialami saat usia lanjut. Faktanya, Dr. Anwar menyebut bahwa jumlah pasien usia lebih muda makin meningkat.

“Setidaknya satu dari empat orang di Indonesia mengalami hipertensi. Jika menilik data penyebarannya, Kalimantan Selatan adalah daerah dengan kasus tekanan darah tinggi paling tinggi di Indonesia. Angkanya adalah 44,1 persen.”

2. Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan penyakit tidak menular

5 Fakta Penanganan Penyakit Tidak Menular saat Pandemik COVID-19secretsunlocked.org

Setiap dokter menyebutkan penyakit tidak menular kebanyakan timbul dari gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok, konsumsi alkohol, tingginya konsumsi makanan berlemak, gula, dan masih banyak lagi. Itu semua juga didukung oleh bertambahnya usia, adanya riwayat penyakit tertentu dalam keluarga, jarang atau tidak pernah berolahraga, hingga jenis kelamin.

Tingginya angka kasus penyakit tidak menular di Indonesia dan kurangnya penanganan disebutkan oleh dr. Ade bisa terjadi akibat dua hal: faktor manusia dan sistem kesehatan.

Faktor manusia meliputi kurangnya pengetahuan akan penyakit tersebut, sikap serta perilaku yang cuek, atau masih rendahnya kesadaran individu.

Sementara itu, dari faktor sistem kesehatan, tak bisa dimungkiri Indonesia masih kekurangan sumber daya manusia, kurang baiknya distribusi fasilitas kesehatan. hingga skrining atau deteksi penyakit yang tidak bisa dibilang bagus.

Baca Juga: Hipertensi si 'Silent Killer', Kenali agar Kamu Tak Jadi Korban

3. Pandemik memperburuk masalah penyakit tidak menular ini

5 Fakta Penanganan Penyakit Tidak Menular saat Pandemik COVID-19newyorker.com

Sempat disebutkan jika angka kasus kematian COVID-19 masih jauh lebih rendah daripada angka akibat penyakit tidak menular. Maka dari itu, penanganan penyakit tidak menular tidak boleh dikesampingkan.

Dr. Anwar menyebut, angka kasus kematiannya di dunia adalah 17,7 juta dari 39,5 juta kematian per tahunnya. “Ini disampaikan oleh WHO,” sebutnya.

Pada situasi pandemik ini, menurut Dr. Lia, penyakit tidak menular menjadi semakin parah. Penyebabnya adalah kebijakan karantina wilayah hingga ketakutan masyarakat untuk pergi memeriksakan diri atau berobat ke fasilitas layanan kesehatan.

“Masyarakat takut jika berkunjung ke instansi-instansi kesehatan tersebut, mereka akan tertular COVID-19. Padahal, dengan tidak memeriksakan diri, penyakit tidak menular mereka semakin parah,” terang Dr. Lia.

4. Penyakit tidak menular juga memperburuk kondisi penderita COVID-19

5 Fakta Penanganan Penyakit Tidak Menular saat Pandemik COVID-19weforum.org

Bicara tentang COVID-19, adanya penyakit tidak menular pada seseorang bisa membuat pasien COVID-19 mengalami infeksi parah. Dr. Lia membeberkan fakta: “penyakit tidak menular menjadi penyumbang nomor tiga kasus infeksi COVID-19.” Komplikasi kedua macam penyakit itu juga menurunkan risiko bertahan hidupnya seorang pasien.

Dalam penanganan kasus ini, ada satu pertanyaan yang sering ditanyakan: mengapa seorang pasien tidak bisa dirawat di rumah sakit atau selalu dirujuk ke rumah sakit yang lain.

Kata Dr. Lia, tidak semua rumah sakit memiliki dokter spesialis di bidang itu, sehingga untuk perawatan yang lebih baik haruslah dirujuk ke rumah sakit yang punya dokter spesialis itu.

“Tidak hanya spesialis penyakit tidak menular, tetapi rumah sakit itu haruslah juga punya tenaga medis di bidang COVID-19. Oleh karena itu, sebenarnya tidak mudah memberikan rujukan.”

5. Peningkatan kesadaran sekaligus pemerataan fasilitas perlu diberlakukan untuk menekan angka penyakit tidak menular

5 Fakta Penanganan Penyakit Tidak Menular saat Pandemik COVID-19businessinsider.com

Mengingat ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang mengalami penyakit tidak menular, pencarian solusinya tidak semudah yang dibayangkan.

Memang sudah ada upaya yang dilakukan, seperti adanya jasa telekonsultasi jarak jauh, penggunaan APBD oleh petugas kesehatan, hingga memberikan jarak antrean ataupun tempat duduk.

Namun, lebih dari itu, perlu ada tindakan lebih lanjut seperti pemerataan fasilitas kesehatan hingga membuat skrining penyakit menjadi lebih cepat.

Anjuran dari dr. Ade adalah, alangkah lebih baik jika setiap orang berolahraga secara teratur, setidaknya total 150 menit dalam seminggu.

“Untuk intensitasnya sendiri, olahraga ringan atau sedanglah yang bagus untuk saat ini. Olahraga berat malah bisa menyebabkan kelelahan dan menurunkan daya tahan tubuh, menyebabkan mudah tertular COVID-19,” ujarnya.

Memang tidak mudah menjaga kesehatan di kala pandemik, apalagi sebagian besar wilayah Indonesia sudah masuk musim hujan yang juga biasanya disertai banyak penyakit seperti demam berdarah dengue.

Maka dari itu, upaya untuk menjaga dan meningkatkan daya tahan tubuh jangan sampai kendor. Bila kamu memiliki penyakit tidak menular, jangan sampai melewatkan kontrol rutin. Bicarakan dengan dokter bagaimana solusi terbaiknya.

Baca Juga: Aterosklerosis, Kondisi Berbahaya Penyebab Penyakit Jantung dan Stroke

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya