Melawan Virus Corona, 6 Gambaran Situasi yang Dialami Pasien COVID-19

Mereka membutuhkan bantuan moral yang tinggi

Kasus penyebaran wabah COVID-19 tak kunjung berhenti. Angka kasus dikabarkan terus meningkat dan menunjukkan ribuan pasien harus mendekam serta menjalani isolasi di rumah sakit.

Tentu saja dari semua kasus tersebut, ada pula pasien yang dinyatakan sembuh dari penyakit. Namun demikian walau telah dinyatakan sembuh, kondisi pascatertular tidaklah mudah dilalui oleh para pasien.

Para pasien yang dipulangkan dari rumah sakit mengalami isu fisik, emosional, kognitif maupun neurologis. Mereka pun harus melalui proses penyembuhan dengan kondisi stres akibat pandemik yang masih berlangsung. Dilansir dari berbagai sumber, beginilah permasalahan-permasalahan yang dialami para pasien penderita COVID-19 agar dapat sembuh sepenuhnya.

1. Pasien penderita COVID-19 harus menerima kenyataan kondisi organ dalamnya yang sedikit banyak terganggu

Melawan Virus Corona, 6 Gambaran Situasi yang Dialami Pasien COVID-19covid-19rehab.nl

Penyakit yang datang lewat virus SaRS-COV-2 ini menyerang sistem pernapasan. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memberikan info gejala-gejalanya: demam, batuk, lemas, sakit kepala, otot sakit, hidung berair, hingga diare.

Untuk kondisi yang lebih parah, penderitanya akan kesusahan untuk bernapas hingga membutuhkan ventilator. Ini menunjukkan bagaimana infeksi virus tersebut sudah merusak paru-parunya.

Kerusakan pada paru-paru itu tidaklah selesai walau sang pasien sudah dinyatakan sembuh dari virus Corona. Mereka masih harus berjuang untuk memperbaiki pernapasan yang kualitasnya menurun dan sering sesak napas.

Malahan dalam artikel New York Times, disebutkan pula jika peradangan dari hasil COVID-19 bisa menyebar hingga hati, ginjal, jantung dan organ lainnya. Ini menyebabkan berbagai isu kesehatan lain. Salah satu contoh adalah permasalahan buang air dan metabolisme.

Beberapa mengalami batuk intermiten yang tidak kunjung sembuh hingga membuat mereka sulit bernapas,” ujar Dr. Zijian Chen, dokter di Mount Sinai Health System, yang ditanya oleh New York Times.

Terdapat laporan bahwa pasien yang sempat menggunakan ventilator menjadi kesusahan untuk menelan makanan dan berbicara.

2. Otot pasien juga sering menjadi lemas akibat terlalu lama beristirahat

Melawan Virus Corona, 6 Gambaran Situasi yang Dialami Pasien COVID-19gerald-simonds.co.uk

Terlepas dari COVID-19 sendiri, pasien juga mendapatkan dampak lamanya mereka harus tinggal di rumah sakit. Berbaringnya mereka di sana dalam waktu lama demi beristirahat dan sembuh menyebabkan ototnya menjadi lemas sehingga susah untuk menaiki tangga, memanjat objek atau bahkan berjalan.

Nursing Times sedikit menjelaskan fenomena otot lemas ini. Dalam artikelnya tersebut, dituliskan jika beristirahat terus menerus di tempat tidur tanpa melakukan aktivitas fisik menyebabkan adanya atrofi otot.

Dalam waktu satu minggu, kekuatan otot akan berkurang hingga 12 persen dan setelah tiga hingga lima minggu, kekuatan otot hampir berkurang sampai 50 persen. Ini belum ditambah jika pasien COVID-19 mendapatkan komplikasi yang menyerang saraf, menjelaskan bagaimana mereka susah berjalan.  

3. Pasien isolasi memiliki tingkat stres yang tinggi akibat kesepian

Melawan Virus Corona, 6 Gambaran Situasi yang Dialami Pasien COVID-19theglobeandmail.com

Pasien COVID-19 diharuskan melalui proses isolasi. Itu berarti tak ada seorang pun yang boleh menjenguknya dan ini bisa terjadi dalam jangka waktu yang tidak sebentar. Sedikit banyak ini menyebabkan rasa kesepian bagi sang pasien hingga menyebabkan trauma yang lebih tinggi.

Dr. David Putrino yang menjadi direktur di bagian rehabilitasi Mount Sinai Health System di New York yang juga menjadi narasumber New York Times turut menerangkan masalah ini.

Pengalaman punya penyakit yang parah dan kesepian yang ekstrem sangat memperkuat trauma. Mereka sampai mengatakan ‘Dengar, aku tidak seperti diriku sendiri dan aku butuh berbicara dengan seseorang.’”

Baca Juga: 5 Tip Berangkat Kerja Aman dari COVID-19 saat New Normal

4. Lebih susah lagi, pasien sering mendapatkan halusinasi akibat fenomena hospital delirium

Melawan Virus Corona, 6 Gambaran Situasi yang Dialami Pasien COVID-19telegraph.co.uk

Ada fenomena kesehatan yang dinamakan hospital delirium, suatu kondisi yang menimbulkan halusinasi paranoid dan kebingungan akan kecemasan. Ini cukup umum terjadi bagi pasien yang hidup dalam waktu lama di rumah sakit dengan kondisi mendapatkan obat penenang, terbatas untuk berinteraksi dan tidak dapat bergerak ke mana-mana. Fenomena ini bisa dipahami bakal dialami oleh pasien COVID-19.

Sejumlah peneliti dari Vanderbilt University Medical Center meneliti fenomena hospital delirium dengan objek pasien di ruang ICU. Hasil penelitian yang ditulis dalam jurnal berjudul “Long-Term Cognitive Impairment after Critical Illness” tersebut menunjukkan jika pasien yang mengalami hospital delirium cenderung mendapatkan ketidakseimbangan kognitif beberapa bulan setelah mereka meninggalkan rumah sakit.

5. Proses rehabilitasi pascapenyembuhan juga tidak mudah dijalani pasien

Melawan Virus Corona, 6 Gambaran Situasi yang Dialami Pasien COVID-19france24.com

Adalah hal yang umum bagi pasien yang telah keluar dari rumah sakit mengalami pasang surut penyembuhan. Proses menuju tubuh yang fit tidak serta merta terus mengalami peningkatan dan ada kalanya sang pasien merasakan hal yang tidak enak di tubuh mereka, seperti persendian sakit.

Untuk bisa melampaui hal tersebut, pasien harus bisa tekun dan pantang menyerah karena kondisi “satu langkah maju, dua langkah mundur” akan sering dialami. Hal ini susah dipahami oleh mereka, terlebih jika pasien tidak mendapatkan dukungan moral.

6. Beberapa pasien malah harus menerima kenyataan mendapatkan diagnosis kerusakan organ secara permanen

Melawan Virus Corona, 6 Gambaran Situasi yang Dialami Pasien COVID-19npr.org

Untuk bisa sembuh sepenuhnya, pasien COVID-19 harus menjalankan proses yang bisa memakan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Namun tidak semua dinyatakan sembuh total. Beberapa pasien, walau sudah tak ada lagi virus SARS-CoV-2 yang mendiami tubuhnya, tetap tak bisa sembuh sepenuhnya lantaran paru-parunya mendapat kerusakan permanen.

Berdasarkan data dari jurnal penelitian 2003 yang mengamati kondisi pasien SARS, ditemukan banyak gejala kecemasan, depresi dan sindrom pascatrauma yang diderita pasien. Hal ini berlangsung setelah satu tahun dari terjadinya wabah.

Bukanlah hal yang mudah menjadi pasien yang didiagnosis penderita COVID-19. Tak hanya kesehatan, bahkan dampaknya tersebut bisa dirasakan ke masalah sosial, seperti susah mendapatkan pekerjaan walau sudah dinyatakan sembuh. Dukungan moral dibutuhkan oleh mereka dan itu bisa dimulai dari kamu.

Baca Juga: Hati-hati Berenang Bisa Tingkatkan Risiko COVID-19, Ini Penjelasannya!

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono
  • Septi Riyani

Berita Terkini Lainnya