6 Fakta Childhood Absence Epilepsy, Sering Terjadi pada Anak-anak
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Childhood absence epilepsy (CAE) adalah jenis epilepsi yang sering terjadi pada anak-anak. Gejalanya sendiri berbeda dengan epilepsi pada umumnya. Angka kejadian CAE sendiri cukup tinggi, yaitu 5-10 persen dari seluruh epilepsi yang dialami anak-anak.
Mengenali CAE sangat penting, terutama bagi para orang tua. Pasalnya, anak dengan CAE dapat mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran. Berikut ini adalah beberapa fakta tentang CAE yang penting untuk dipahami.
1. Sering terjadi pada anak-anak usia 4-10 tahun
Menurut sebuah tinjauan pustaka yang diterbitkan dalam jurnal Neurona tahun 2014, CAE atau juga dikenal dengan pyknolepsy, adalah epilepsi pada anak yang paling sering timbul, mencakup 10-17 persen epilepsi anak.
Definisi CAE menurut International League Against Epilepsy (ILAE) tahun 1989, CAE timbul pada anak usia sekolah dengan predisposisi genetik yang kuat. Kasusnya lebih sering terjadi pada anak perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki.
Pada tahun 2005, ILAE menambahkan kriteria CAE, yaitu usia onset antara 4-10 tahun, dengan puncaknya antara 5-7 tahun.
2. Ada peran genetik
Menurut keterangan dari Epilepsi Foundation, penyebab CAE kebanyakan adalah faktor genetik. Namun, kebanyakan anak dengan CAE tidak memiliki hasil abnormal pada pengujian gen epilepsi tertentu.
Sekitar 1 dari 3 keluarga anak-anak dengan CAE melaporkan tidak adanya kasus epilepsi dalam keluarga. Kakak atau adik kandung dari anak yang memiliki CAE memiliki peluang 1:10 untuk mengembangkan epilepsi.
Baca Juga: 5 Mitos Seputar Epilepsi di Masyarakat yang Harus Diluruskan
3. Gejalanya sering kali tidak disadari
Gejala CAE sering muncul dan hilang secara tiba-tiba. Gejala bisa muncul beberapa kali dalam sehari, bahkan bisa sampai puluhan hingga ratusan kali.
Melansir laman KidsHealth, gejalanya adalah berupa bengong selama beberapa detik saat kejang terjadi. Ini bisa terjadi hingga 100 kali per hari. Karena kejang bisa terlihat seperti lamunan, itulah kenapa gejala ini sering tidak disadari. Sering kali CAE sering salah terdiagnosis sebagai attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).
Kejang khas bisa terjadi secara tiba-tiba di tengah aktivitas dan bisa mendadak berhenti. Dalam satu kesempatan, anak bisa mengalami ini:
Editor’s picks
- Terlihat seperti melamun selama 3-15 detik
- Padangan terlihat seperti melihat ke atas
- Tidak menyadari apa yang terjadi selama kejang
- Kembali beraktivitas normal setelah kejang dan tidak menyadari kejang tersebut
Beberapa anak juga bisa berkedip berkali-kali, menggigiti bibir, atau menggosok kedua tangan. Ini disebut sebagai automatisms.
Ekspresi wajah pada anak juga akan hilang secara tiba-tiba. Saat terjadi kejang, biasanya anak menjadi tidak responsif baik terhadap sentuhan ataupun suara.
4. Sering dikira melamun
Buku Pellock's Pediatric Epilepsy: Diagnostic and Treatment, kejang pada CAE sering dikira sebagai lamunan biasa. Padahal, melamun biasa berkaitan dengan kebosanan dan biasanya anak yang melamun akan tetap responsif terhadap suara maupun sentuhan.
5. Bagaimana pengobatannya?
Menurut sebuah laporan dalam jurnal Pediatric Drugs tahun 2019, tidak semua obat anti epilepsi dapat diberikan kepada anak-anak dengan CAE. Karenanya, nyatanya ada beberapa jenis obat, seperti vigabatrin dan tiagabin, yang justru dapat memicu terjadinya CAE.
Obat anti epilepsi yang diberikan pada anak-anak dengan CAE umumnya adalah etosuksimid, asam valproate, dan lamotrigin.
Biasanya, dokter akan memberikan salah satu dari obat tersebut sebagai terapi. Namun, jika gejala sudah semakin parah, maka dokter mungkin akan mengombinasikan beberapa jenis obat.
6. Berbagai komplikasi bila anak dengan CAE tidak mendapatkan penanganan yang tepat
Walaupun CAE relatif jarang menimbulkan komplikasi, tetapi bukan berarti tak bisa terjadi. Bentuk komplikasi yang paling mungkin dialami oleh anak dengan CAE adalah kesulitan untuk mengikuti pelajaran.
Selain itu, meski sebagian besar kasus CAE pada akhirnya akan sembuh saat anak memasuki usia remaja, tetapi sebagian kecil kasus CAE bisa berkembang menjadi jenis epilepsi yang lain, seperti juvenile myoclonic epilepsy pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa.
Walaupun jarang, tetapi ternyata CAE juga dapat menyebabkan komplikasi berupa ADHD, depresi, dan kecemasan.
Itulah hal-hal seputar childhood absence epilepsy perlu dipahami, jenis epilepsi yang sering terjadi pada anak. Semoga bermanfaat!
Baca Juga: 7 Gejala Epilepsi Berdasarkan Jenis Kejangnya, Ayo Buat Pertolongan!
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.