Pahami Lebih Jauh, Kenali 5 Fakta tentang Gangguan Panik Ini

Ternyata cukup sering terjadi, lho!

Gangguan panik merupakan suatu kondisi seseorang mengalami setidaknya dua kali serangan panik, yang membuat orang tersebut terus-menerus merasa khawatir sehingga mengubah rutinitasnya agar tidak mengalami serangan panik lagi.

Serangan panik itu sendiri adalah perasaan ketakutan dan kewalahan, meski orang tersebut sebenarnya tidak sedang dalam bahaya.

Angka kejadian serangan panik, setidaknya di Amerika Serikat (AS), cukup sering. National Institute of Mental Health melaporkan bahwa sekitar 2,7 persen populasi orang dewasa di AS mengalami gangguan panik setiap tahunnya. Diperkirakan sekitar 44,8 persen dari jumlah tersebut mengalami kasus gangguan panik yang diklasifikasikan sebagai "severe" alias parah.

Karena gangguan panik sering kali tidak disadari, kamu mesti tahu beberapa faktanya berikut ini.

1. Memiliki banyak faktor risiko

Pahami Lebih Jauh, Kenali 5 Fakta tentang Gangguan Panik Iniunsplash.com/Priscilla Du Preez

Merangkum keterangan dari Mayo Clinic, Medscape, dan panduan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-V (DSM-V) yang dikeluarkan oleh American Psychiatric Association, berikut ini adalah hal-hal yang dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan panik pada seseorang:

  • Jenis kelamin perempuan
  • Berusia kurang dari 60 tahun, dengan usia rata-rata 20-24 tahun
  • Merokok atau mengonsumsi kafein secara berlebihan
  • Memiliki penyakit asma
  • Adanya riwayat keluarga yang memiliki gejala gangguan panik atau serangan panik
  • Sedang atau pernah mengalami permasalahan berat
  • Genetik
  • Kelas sosial yang rendah
  • Belum menikah
  • Meninggalnya orang tua saat masa kanak-kanak
  • Adanya penganiayaan emosional pada masa kanak-kanak

2. Gejalanya bervariasi

Pahami Lebih Jauh, Kenali 5 Fakta tentang Gangguan Panik Inifreepik.com/@pch.vector

Berdasarkan keterangan dalam DSM-V, gangguan panik ditandai dengan adanya serangan panik spontan yang terjadi beberapa kali dalam satu hari. Serangan panik biasanya terjadi secara tiba-tiba dan memuncak dalam beberapa menit.

Serangan panik memiliki gejala, pemicu, dan intensitas yang bervariasi. Disebut sebagai serangan panik gejala penuh (full-symptom panic attack) jika setidaknya memenuhi 4 dari 13 gejala. Namun, jika hanya terdapat kurang dari 4 gejala, maka disebut serangan panik gejala terbatas (limited-symptom panic attack). Gejala yang dimaksud meliputi:

  • Jantung berdebar dan berdetak lebih cepat daripada biasanya
  • Berkeringat
  • Gemetar
  • Merasa sesak napas atau seperti tercekik
  • Merasa tersedak
  • Nyeri atau rasa tidak nyaman di dada
  • Mual atau rasa tidak nyaman di perut
  • Merasa pusing dan hilang keseimbangan, bahkan bisa pingsan
  • Merasa dingin atau panas
  • Mati rasa atau kesemutan
  • Timbulnya derealisasi (merasa bahwa lingkungan tidak nyata) atau depersonalisasi (merasa jiwanya terlepas dari raganya)
  • Ketakutan akan kehilangan kontrol atau menjadi gila
  • Ketakutan akan kematian

Selama serangan, penderita biasanya memiliki keinginan untuk melarikan diri dari malapetaka yang dirasa akan datang, seolah-olah mereka sekarat karena serangan jantung atau mati lemas.

Baca Juga: Serangan Panik vs. Serangan Kecemasan: Apa Sih Perbedaannya?

3. Faktor yang dapat meringankan dan memperberat gejala

Pahami Lebih Jauh, Kenali 5 Fakta tentang Gangguan Panik Iniunsplash.com/Dimitri Houtteman

Faktor-faktor yang dapat meringankan gejala dari gangguan panik yaitu adanya dukungan keluarga, motivasi yang kuat untuk sembuh, dan tidak adanya riwayat keluarga yang pernah mengalami gangguan kejiwaan.

Sementara itu, hal-hal yang dapat membuat gejala gangguan panik memburuk adalah frekuensi gejala muncul dan jarak rumah dengan rumah sakit jiwa atau klinik kejiwaan yang relatif jauh.

4. Kapan harus konsultasi ke dokter?

Pahami Lebih Jauh, Kenali 5 Fakta tentang Gangguan Panik Inifreepik.com/pressfoto

Jika seseorang mengalami gejala gangguan panik, apalagi yang berulang, sebaiknya konsultasikan kondisi tersebut ke ahli kejiwaan seperti psikolog atau psikiater.

Meskipun serangan panik sangat tidak nyaman, tetapi serangan panik umumnya tidak berbahaya. Namun, serangan panik cukup sulit untuk ditangani sendiri dan bisa menjadi lebih buruk jika tidak mendapatkan penanganan.

Biasanya, ahli kejiwaan jiwa akan merekomendasikan beberapa hal berikut ini:

  • Melakukan terapi perilaku kognitif yang membantu penderita mempelajari cara untuk mengubah pikiran dan perilaku tidak sehat yang menyebabkan serangan panik.
  • Pemberian obat antidepresan, seperti selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) atau serotonin and norepinefrin reuptake inhibitor (SNRI).
  • Pemberian obat benzodiazepin, yaitu obat penenang yang memengaruhi sistem saraf pusat. Obat ini juga dapat menjadi obat anti kecemasan. Obat ini biasanya tidak digunakan dalam waktu lama karena dapat menyebabkan ketergantungan.
  • Mengurangi konsumsi kafein.
  • Melakukan aktivitas fisik secara teratur. Menurut sebuah penelitian dalam Clinical Practice & Epidemiology in Mental Health tahun 2018, olahraga teratur tidak hanya dapat membantu menurunkan stres, kecemasan, dan ketegangan di seluruh tubuh, tetapi juga terbukti bisa mengurangi frekuensi kejadian serangan panik.
  • Berdasarkan penelitian dalam Journal of Neuroscience tahun 2013, gangguan tidur dan gangguan panik bisa menjadi lingkaran setan. Orang-orang dengan gangguan panik sering mengalami kesulitan tidur. Kondisi kurang tidur dapat menyebabkan gejala gangguan panik memburuk.
  • Membatasi konsumsi alkohol.
  • Latihan pernapasan dalam.

5. Dampak yang terjadi jika tidak diobati, salah satunya adalah timbulnya pikiran bunuh diri

Pahami Lebih Jauh, Kenali 5 Fakta tentang Gangguan Panik Inipexels.com/Kat Jayne

Jika tidak diobati, gangguan panik dapat memengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan penderitanya. Orang dengan gangguan panik mungkin akan sangat takut untuk mengalami lebih banyak serangan panik, sehingga penderitanya akan terus-menerus hidup dalam ketakutan. Hal ini akan merusak kualitas hidupnya.

Selain itu, orang dengan gangguan panik yang tidak diobati juga dapat mengalami perkembangan fobia spesifik, seperti takut berkendara atau meninggalkan rumah. Mereka juga akan menghindari situasi sosial dan dapat menimbulkan masalah di tempat kerja ataupun sekolah.

Depresi, gangguan kecemasan, dan gangguan kejiwaan lainnya dapat timbul pada penderita gangguan panik yang tidak diobati. Tidak jarang orang dengan gangguan panik yang tidak diobati memiliki pikiran untuk bunuh diri.

Gangguan panik yang tidak diobati juga dapat menyebabkan penderitanya mengonsumsi alkohol secara berlebihan atau melakukan penyalahgunaan zat lainnya. Masalah keuangan juga dapat menjadi komplikasi dari gangguan panik yang tidak diobati.

Bagi sebagian orang, gangguan panik mungkin termasuk agorafobia, yaitu keinginan untuk menghindari tempat atau situasi yang membuat mereka cemas karena mereka takut tidak dapat melarikan diri atau mendapatkan bantuan jika mengalami serangan panik.

Memang, gangguan panik umumnya memang tidak berbahaya. Namun, bila tidak mendapatkan penanganan yang tepat, kesehatan mental penderitanya akan terancam dan dampak buruknya bisa meluas.

Maka dari itu, kalau kamu mengalami gejala gangguan panik, jangan pernah malu untuk konsultasi ke ahli kejiwaan seperti psikolog atau psikiater agar mendapatkan penanganan sebaik mungkin.

Baca Juga: Ini Dampak Aplikasi Kencan Online pada Kesehatan Mental

Adena Riskivia Trinanda Photo Verified Writer Adena Riskivia Trinanda

Anak koas yang suka menulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya