Berat Badan Pengaruhi Risiko Migrain? Ini Faktanya!

Waspadai indeks massa tubuh terlalu minim atau berlebihan

Sakit kepala sebelah atau migrain beda dengan sakit kepala biasa. Bukan hanya rasa sakitnya yang menyiksa, migrain bisa menyebabkan sensitivitas terhadap cahaya dan suara, gangguan penglihatan, hingga mual dan muntah.

Migrain diketahui dialami lebih dari 10 persen populasi dunia dan terjadi di kalangan usia 20 sampai 50-an. Umumnya, obat seperti parasetamol hingga antiinflamasi nonsteroid (NSAID) bisa digunakan untuk mengobati migrain.

Meski begitu, mencegah lebih baik daripada mengobati. Dari berbagai faktor yang memengaruhi risiko migrain, ternyata berat badan yang ditandai dengan indeks massa tubuh (IMT) adalah salah satunya.

1. Meneliti puluhan studi dan ratusan ribu partisipan

Berat Badan Pengaruhi Risiko Migrain? Ini Faktanya!ilustrasi migrain atau sakit kepala sebelah (freepik.com/master1305)

Dimuat dalam Headache: The Journal of Head and Face Pain pada 19 Juli 2022, para peneliti Iran dari Tehran University of Medical Sciences ingin mencari tahu hubungan antara IMT dan sakit kepala. Untuk itu, mereka meninjau 41 studi mengenai sakit kepala dan berat badan.

Diperiksa hingga September 2020 silam, para peneliti mendapatkan sebanyak 150.044 kasus sakit kepala yang terjadi di 792.500 orang. Dari berbagai gangguan sakit kepala yang diteliti, salah satunya adalah migrain.

2. Obesitas memicu risiko migrain

Sebagai catatan, menurut National Heart, Lung, and Blood Institute, IMT terbagi menjadi empat kategori:

  • Underweight (BMI <18,5).
  • Normal (BMI 18,5–24,9).
  • Overweight (BMI 25–29,9).
  • Obesitas (BMI >30).

Para peneliti menemukan bahwa ada hubungan antara IMT dan migrain. Dari berbagai jenis sakit kepala lainnya, risiko migrain lebih besar pada partisipan yang memiliki berat badan kurang (underweight) atau obesitas, masing-masing 21 dan 28 persen.

Risiko migrain terkecil ditemukan pada partisipan dengan IMT sekitar 20 dan meningkat pada IMT lebih dari 29.

Baca Juga: Penyebab Sakit Kepala Sebelah Kanan dan Fakta Medisnya

3. Mengapa IMT berhubungan dengan migrain?

Berat Badan Pengaruhi Risiko Migrain? Ini Faktanya!ilustrasi obesitas (pixabay.com/jarmoluk)

Dalam penelitian tersebut, para peneliti tidak menjelaskan lebih lanjut mengapa IMT berhubungan dengan migrain. Namun, dilansir Verywell Health, ada beberapa hal yang bisa memengaruhi hubungan IMT dan migrain.

Pertama, IMT berlebih bisa memicu inflamasi dalam tubuh, dan bukan rahasia kalau inflamasi jadi salah satu faktor pemicu migrain. Kedua, jika IMT underweight, ada kemungkinan bahwa pasien menerapkan diet ketat, sehingga mengalami kekurangan nutrisi penting untuk sistem neurovaskular.

Hal ini dibuktikan dalam penelitian di Iran pada tahun 2018. Dalam penelitian tersebut, kekurangan magnesium, niasin, riboflavin, vitamin B12, coenzyme Q10, karnitin, asam α-lipoat, dan vitamin D bisa menimbulkan migrain. Selain itu, risiko sembelit juga mengintai, dan dari berbagai gangguan pencernaan, sembelit bisa memicu migrain.

4. Masih butuh penelitian lebih lanjut

Meski begitu, penggunaan IMT sebagai ukuran kesehatan menimbulkan pro dan kontra. Ukuran IMT tidak melihat perbandingan lemak tubuh dan otot, sementara otot berkontribusi terhadap IMT. Dengan ukuran tersebut, seharusnya atlet "bermasalah" karena memiliki IMT tinggi.

Selain itu, ada beberapa hal yang perlu diketahui dari studi tersebut. Pertama, riset terbaru di Iran ini adalah studi analisis, serta bukan untuk mengetahui hubungan kausalitas antara IMT dan migrain. Lalu, para peneliti juga tidak menemukan penyebab mengapa IMT bisa memicu migrain.

"Akan tetapi, terbatas bukti yang mendukung hubungan antara IMT dan risiko gangguan sakit kepala primer jenis lainnya," tulis para peneliti Iran dalam kesimpulan.

Berat Badan Pengaruhi Risiko Migrain? Ini Faktanya!ilustrasi migrain (unsplash.com/Carolina Heza)

Terlepas dari kekurangan tersebut, bukan kejutan jika IMT yang tak terkendali bisa memicu migrain. Meski begitu, perlu penelitian lebih lanjut mengapa berat badan bisa memengaruhi risiko migrain. Salah satunya adalah obesitas bisa dipicu oleh faktor tertentu, seperti cedera yang tak memungkinkan mobilitas.

Selain itu, kesehatan mental juga seharusnya ikut dipertimbangkan. Obesitas juga bisa dipengaruhi oleh dampak kesehatan mental (seperti stres), sementara stres juga bisa memengaruhi migrain.

Kuncinya adalah jika kamu mengalami migrain secara terus-menerus atau sering kambuh, lebih baik temui dokter. Dengan begitu, kamu bisa mendapatkan pengobatan yang efektif dan tepat sasaran.

Baca Juga: 10 Cara Mengobati Migrain dengan Mudah, Dijamin Ampuh!

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya