[CEK FAKTA] Benarkah Qusthul Hindi Bisa Mengobati COVID-19? 

Belum dapat izin BPOM, penjualannya dianggap ilegal

Selama pandemik COVID-19, tidak sedikit oknum yang tidak bertanggung jawab yang memanfaatkan kesempatan. Berbagai hoaks atau disinformasi soal penyakit akibat virus corona SARS-CoV-2 menyebar luas. Pasalnya, bila dipercaya ini bisa menyesatkan bahkan nyawa bisa jadi taruhannya.

Salah satu kabar yang beredar adalah mengenai khasiat obat herbal quds al hindi atau qusthul hindi (D. costus, sebelumnya S. costus) atau "kayu India". Menurut kesaksian beberapa orang, tanaman herbal dari India ini konon dapat menyembuhkan COVID-19. Apakah betul demikian? Cek faktanya di sini!

1. Qusthul hindi tidak dapat menyembuhkan COVID-19

[CEK FAKTA] Benarkah Qusthul Hindi Bisa Mengobati COVID-19? ilustrasi quds al hindi atau qusthul hindi (etsy.com)

Dihubungi oleh IDN Times pada Selasa (10/8/2021), peneliti di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional di bawah naungan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan RI (Balitbangkes), dr. Danang Ardiyanto, membantah hal tersebut.

Menurutnya, klaim qusthul hindi sebagai obat COVID-19 adalah berlebihan atau overclaim. Ini karena belum ada hasil penelitian yang mengiyakan khasiat qusthul hindi pada pasien COVID-19.

"Ini penting untuk diluruskan. Terkait qusthul hindi, sampai saat ini, belum ada penelitian yang menyatakan kalau obat ini bisa menyembuhkan COVID-19. Ini yang harus digarisbawahi," ujar dr. Danang pada IDN Times.

Ia mengatakan bahwa hingga saat ini, penelitian qusthul hindi masih terbatas pada in silico atau berdasarkan simulasi komputer. Sementara itu, untuk mencapai klaim medis, qusthul hindi diharuskan melewati berbagai pengujian, dari sel hingga hewan, sampai ke tahap klinis pada manusia.

2. Meski punya manfaat bagi kesehatan, tetapi qusthul hindi bukan obat ajaib

[CEK FAKTA] Benarkah Qusthul Hindi Bisa Mengobati COVID-19? ilustrasi quds al hindi atau qusthul hindi (zayoshe.com)

Selanjutnya, dr. Danang mengatakan bahwa qusthul hindi memang mengandung senyawa Syrigaresinol yang memiliki khasiat antiinflamasi. COVID-19 memang menimbulkan gejala-gejala akibat reaksi inflamasi seperti batuk pilek. Oleh karena itu, qusthul hindi dapat memainkan perannya di sana.

"Jadi, qusthul hindi bukanlah antivirus yang bisa mengobati COVID-19. Inilah yang sering menjadi salah persepsi," kata dr. Danang meluruskan.

Qusthul hindi juga terkenal memiliki khasiat imunomodulator atau meningkatkan sistem imun. Akan tetapi, dr. Danang memperingatkan kalau khasiat tersebut hanya bagian kecil dari pengobatan COVID-19, apalagi jika klaim tersebut hanya berasal dari 1-3 orang saja.

Sekitar 80 persen kasus COVID-19 bersifat ringan atau tanpa gejala (OTG). Oleh karena itu, dr. Danang mengingatkan kalau faktor keparahan pun juga termasuk. Kemungkinan besar, qusthul hindi hanya berpengaruh minim, tetapi makan makanan sehat dan istirahat cukuplah yang membantu menaikkan imun dalam proses pemulihan.

“Kalau dibilang bisa menyembuhkan, saya bisa bilang kalau itu hoaks. Jangan sampai masyarakat terkecoh dengan klaim herbal atau bahan yang bisa menyembuhkan COVID-19,” dr. Danang menekankan.

Baca Juga: Positif COVID-19 dengan Gejala Anosmia, Tanda Pulih Lebih Cepat? 

3. Tetaplah mengacu pada tata laksana COVID-19!

[CEK FAKTA] Benarkah Qusthul Hindi Bisa Mengobati COVID-19? ilustrasi kombinasi obat-obatan (pexels.com/Karolina Grabowska)

Dalam menangani COVID-19, dr. Danang mengatakan kalau tata laksana dari Kemenkes RI harus tetap dipegang. Seperti yang diketahui, COVID-19 memiliki tingkatan OTG, ringan, sedang, hingga berat. Sementara gejala sedang hingga berat butuh intervensi medis, gejala ringan dan OTG bisa menjalani isolasi mandiri (isoman) di rumah.

Sesuai dengan tata laksana tersebut, salah satu terapi yang bisa dipakai oleh pasien COVID-19 OTG dan yang bergejala ringan adalah obat tradisional, baik herbal, fitofarmaka, atau yang lainnya. Akan tetapi, perlu diingat, herbal seperti qusthul hindi hanyalah terapi pendukung.

“Perlu diingat, ini bukan terapi utama. Untuk terapi pendukung, ini hanya untuk pasien COVID-19 OTG dan gejala ringan. Untuk meringankan gejala dan menaikkan imun tubuh, bukan mengobati COVID-19.”

4. Dosis dan efek samping qusthul hindi

[CEK FAKTA] Benarkah Qusthul Hindi Bisa Mengobati COVID-19? ilustrasi qusthul hindi dalam bentuk bubuk (serbia.desertcart.com)

Hingga saat ini, dr. Danang mengatakan kalau takaran qusthul hindi yang diizinkan untuk beredar belum dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Oleh karena itu, ia memperingatkan kalau aktivitas penjualan herbal ini, baik daring maupun luring, adalah perbuatan ilegal dan tidak bertanggung jawab.

Umumnya qusthul hindi hadir dalam bentuk bubuk. Kata dr. Danang, takaran yang umum secara empiris adalah setengah sampai satu sendok teh (2,5-5 mL). Faktanya, memang qusthul hindi telah dipakai selama 2.500 tahun di India hingga Yunani untuk menyembuhkan penyakit.

[CEK FAKTA] Benarkah Qusthul Hindi Bisa Mengobati COVID-19? ilustrasi minum air putih (freepik.com/pressfoto)

Akan tetapi, konsumsi qusthul hindi juga disertai efek samping. Dokter Danang mengatakan bahwa mengonsumsi qusthul hindi harus dibarengi dengan asupan cairan yang banyak.

Ini karena qusthul hindi memiliki sifat tonik atau panas karena merangsang respons imun. Hal ini dapat membuat tubuh menggunakan banyak cairan, sehingga menyebabkan dehidrasi.

“Tanaman tonik yang merangsang atau meningkatkan daya tahan tubuh jangan sampai memicu dehidrasi. Jadi, harus diimbangi dengan konsumsi air putih yang banyak,” ujar dr. Danang.

Ia pun mengingatkan bahwa qusthul hindi harus digunakan secara hati-hati. Karena obatnya berasal dari luar Indonesia, maka harus diteliti kemurnian bahannya. Jika dikonsumsi asal-asalan, maka bisa menimbulkan efek negatif.

5. Qusthul hindi dan interaksi obat

[CEK FAKTA] Benarkah Qusthul Hindi Bisa Mengobati COVID-19? ilustrasi rupa olahan qusthul hindi (verywellhealth.com)

Dokter Danang mengingatkan bahwa obat yang diberikan bersamaan pasti menimbulkan interaksi: menunjang khasiat obat atau menurunkannya. Terkait qusthul hindi, dr. Danang menyayangkan minimnya data ilmiah penggunaan obat tersebut. Jadi, hasil interaksi atau kombinasi qusthul hindi dengan obat lain masih belum diketahui.

Agar lebih aman dan mencegah interaksi obat negatif, disarankan pemberian jeda pada konsumsi obat dan qusthul hindi. Karena absorpsi obat terjadi pada lambung atau usus dan butuh waktu 1-2 jam hingga kosong lagi, maka qusthul hindi dapat diberikan 1-2 jam setelah minum obat.

[CEK FAKTA] Benarkah Qusthul Hindi Bisa Mengobati COVID-19? ilustrasi obat herbal (unsplash.com/Jan Antonin Kolar)

Kesimpulannya, klaim qusthul hindi untuk menyembuhkan COVID-19 tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat. Oleh karena itu, khasiat medisnya amat diragukan terhadap COVID-19. Meski menunjukkan manfaat untuk gejala COVID-19, bahan herbal ini lebih bersifat suportif atau pendukung terapi obat utama.

Selain itu, karena qusthul hindi bukan asli Indonesia, maka kemurnian bahannya pun diragukan. BPOM belum memberikan izin untuk qusthul hindi, sehingga tidak disarankan untuk dikonsumsi.

Dokter Danang menyarankan, daripada qusthul hindi, lebih baik mengonsumsi obat-obatan herbal yang asli Indonesia yang sudah teruji oleh berbagai penelitian ilmiah.

"Jangan sampai overclaim. Kalau saya sarankan, lebih baik menggunakan herbal asli Indonesia seperti temulawak, kunyit, bawang putih, hingga sambiloto yang sudah lebih banyak dukungan ilmiahnya daripada qusthul hindi," kata dr. Danang menutup pembicaraan.

Baca Juga: Pasien COVID-19 Meninggal akibat Interaksi Obat? Ini Kata Ahli!

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya